penjasorkes sebagai proses yang menguntungkan kalau penyesuaian diri belajar gerak, neuro muscular, intelektual sosial, kebudayaan baik
emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang baik aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh.
Sedangkan menurut J.B. Nash dalam Tarigan, 2010 : 2 pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan
menggunakan menekankan aktifitas yang mengembangkan fitnes organ tubuh kontrol neuro muscular, kekuatan intelektual dan pengendali emosi.
Dari beberapa
pendapat para
ahli di
atas,peneliti menyimpulkanbahwa penjasorkes adalah mata pelajaran yang menekankan
aktifitas penyesuaian diri dan gerak organ tubuh, kekuatan intelektual, dan pengendalian emosi.
G. Pendekatan Ilmiah Scientific Approach
Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah scientific approach. Kemendikbud 2013 : 4 menyatakan bahwa
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah scientific approach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Menurut S udrajat
2013 penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran
tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan
ilmiah, antara lain metode: 1 Problem Based Learning; 2 Project Based Learning; 3 Discovery Based Learning.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa pendekatan ilmiah scientific approach adalah suatu pendekatan untuk
memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang didasarkan pada struktur logis dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
H. Penilaian Otentik
Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran adalah penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian
otentik. Nurgiyantoro 2011 : 23 menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan
membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Selanjutnya menurut Stiggins dalam Nurgiyantoro, 2011 : 23 penilaian
otentik merupakan penilaian kinerja performansi yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang
merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Mueller dalam Nurgiyantoro, 2011 : 30 mengemukakan sejumlah
langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan asesmen otentik, yaitu yang meliputi i penentuan standar, ii penentuan tugas otentik, iii
pembuatan kriteria, dan iv pembuatan rubrik. Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa
penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya di dunia