Pokok-pokok Per ubahan Asumsi Dasar Ekonomi M akr o

Bab I Pendahuluan I-3 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 tukar r upiah cender ung mengal ami penguat an sepanjang tahun 2011. Dengan ber bagai per kembangan tersebut, dalam keseluruhan tahun 2011, nilai tukar rupiah ter hadap dolar AS diperkirakan mencapai rata-rata Rp8.700 per dolar AS, atau mengalami apresiasi sebesar 5,9 persen dari yang diasumsikan dalam APBN 2011 sebesar Rp9.250 per dolar AS. M eskipun ar us masuk modal asing tersebut dapat memperkuat nilai tukar rupiah, namun karena sebagian besar dari arus masuk modal asing dimaksud bersifat jangka pendek yang ber isiko, dalam r angka mendorong pengalihan modal asing ke instrumen dengan jangka lebih panjang, dan sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya pembalikan dana asing secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar , maka sejak bulan Novem ber 2010, Bank I ndonesia mengambil kebijakan untuk menghentikan lelang SBI bertenor 1 dan 3 bulan. Dalam APBN 2011, suku bunga SBI 3 bulan digunakan sebagai basis dalam penyusunan postur. M engingat SBI 3 bulan sudah tidak dilelang, penetapan asumsi untuk suku bunga beralih ke suku bunga Surat Perbendaharaan Negara SPN 3 bulan. Sampai dengan Juni 2011, SPN 3 bulan telah dilakukan lelang sebanyak 5 kali, dengan besaran suku bunga r ata-rata mencapai sebesar 5,1 persen. Sejalan dengan kebijakan kenaikan suku bunga acuan, dalam keseluruhan tahun 2011, suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai 5,6 persen. Sem ent ar a i t u, kecender ungan nai k nya har ga k om odi t as pangan dan ener gi sel ai n diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya harga beberapa komoditas domestik, juga akan menaikkan ekspektasi inflasi masyarakat. Seiring dengan tren pergerakan harga minyak internasional, harga rata-rata minyak mentah I ndonesia I ndonesian Cr ude Pr ice I CP pada tahun 2011 diperkirakan mengalami peningkatan hingga mencapai USD95 per bar el, atau nai k USD15,0 per bar el bi l a di bandi ngkan dengan r at a-r at a har ga m i nyak I CP yang diasumsikan dalam APBN 2011 sebesar USD80,0 per barel lihat Tabel I .1. Perkembangan harga I CP tersebut, ditambah dengan faktor inter nal, seperti peningkatan per m i nt aan dom est i k sej al an dengan sem aki n m em bai knya per ekonom i an nasi onal diperkirakan akan mendorong laju inflasi tahun 2011. Di lain pihak, koordinasi yang semakin baik antara Pemerintah, Bank I ndonesia, dan PemerintahDaerah diharapkan dapat menekan ekspektasi inflasi masyarakat. Dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi - Pertum buhan ekonom i y-o-y 6,4 6,5 - I nflasi y-o-y 5,3 5,65 - Tingkat bunga SPN 3 bulan 1 6,5 5,6 - Nulai tukar Rp USD1 9.250,0 8.700,0 - Harga m inyak U SD barel 80,0 95,0 - Lifting m inyak ribu barel per hari 970,0 945,0 1 APBN 2 0 11 m en ggu n ak an t i n gk at su k u bu n ga SBI 3 bu l an Sum ber : Kem ent er i an Keuangan U RAI AN T ABEL I .1 ASU M SI EKON OM I M AKRO 2011 20 11 APBN APBN -P Pendahuluan I-4 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Bab I inflasi ter sebut, l aju inflasi yang dalam APBN tahun 2011 semula diasumsikan sebesar 5,3 persen, diperkirakan meningkat menjadi 5,65 persen. Di lain pihak, pencapaian tar get lifti ng minyak mentah dalam APBN tahun 2011 sebesar 970 ribu barel per hari berpotensi untuk meleset ke bawah. Hal ini berkaitan dengan adanya berbagai kendala yang dihadapi, baik teknis maupun non-teknis, yang menyebabkan kinerja lifting minyak dalam tahun 2011 diperkirakan hanya akan mencapai 945 ribu barel per hari. Sekalipun demikian, Pemerintah akan terus berupaya untuk menerapkan beberapa langkah antisipasi guna mencapai target produksi minyak, seperti ketentuan mengenai cost r ecover y biaya pengganti kegiatan eksplorasi dan produksi, pemberian keringanan pajak untuk impor peralatan migas, mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur minyak yang diterlantarkan, dan komunikasi intensif dengan para kontraktor kontrak kerja sama dalam rangka perbaikan kinerja dalam pencapaian target produksi.

1.3 Pokok- pokok K ebijakan Fiskal APBN Per ubahan 20 11

Per kem bangan pel aksanaan APBN 2011, dan pr oyeksi nya sampai dengan akhir t ahun dipengar uhi oleh beberapa faktor , terutama: a perkembangan indikator ekonomi makro yang menjadi basis perhitungan besaran APBN; b pelaksanaan langkah-langkah kebijakan yang telah direncanakan dalam APBN tahun 2011; c kebutuhan tambahan anggaran belanja pr i or i t as dal am t ahun 20 11; ser t a d l angk ah-l angk ah ant i si pasi dal am r angk a mengamankan pelaksanaan APBN 2011. Per tama, perkembangan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2011 yang berbeda dari yang diharapkan, sangat berpengaruh ter hadap postur APBN 2011. Per tumbuhan ekonomi yang diper kir akan lebi h tinggi dar i asumsinya dalam APBN 2011 menyebabkan peningkatan pener imaan per paj akan. Sem ent ar a it u, peningkatan har ga mi nyak yang cukup ti nggi, berpengaruh pada sisi pendapatan negara, berupa peningkatan penerimaan migas, dan pada sisi belanja negara, mendorong peningkatan beban subsidi, khususnya subsidi energi dan dana bagi hasil migas, yang berdampak memperbesar anggaran pendidikan. Di lain pihak, penur unan lifti ng ber pengar uh pada komponen APBN, baik pendapatan negara, berupa penerimaan migas, maupun belanja negar a berupa perubahan DBH migas. Kedua, implementasi dari langkah-langkah kebijakan yang telah direncanakan sebelumnya dal am penet apan APBN t ahun 2011, m em ber i kan pengar uh yang sangat besar pada perubahan APBN 2011. Hal ini tercermin antara lain pada implementasi kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi yang tidak berjalan seperti yang diharapkan, yang akan berdampak pada terlampauinya volume konsumsi BBM bersubsidi dari yang direncanakan dalam APBN 2011 sebesar 38,6 juta kl. Potensi penambahan konsumsi BBM tersebut pada akhirnya akan ber dampak pada kenaikan beban subsidi BBM pada APBN-P tahun 2011. Sementara itu, terkait dengan kebijakan subsidi listrik, risiko terbesar dari perubahan parameter subsidi listrik antara lain bersumber dari keterlambatan penyelesaian commer cial oper ation date COD PLTU, sehingga produksi listrik berkur ang dari yang seharusnya 67,7 juta M Wh menjadi 65,3 juta M Wh; penurunan pasokan gas dari 389 TBTU menjadi 320 TBTU; kenaikan harga batubara dari Rp630 kg menjadi Rp715 kg; dan adanya keterlambatan pengoperasian floating stor age r egasification unit FRSU. Keti ga, adanya kebutuhan tambahan anggar an bagi beber apa pr ogr am pr i or it as yang dilakukan Kementer ian Lembaga, yang berpengaruh pada per ubahan APBN tahun 2011. Bab I Pendahuluan I-5 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Kebutuhan penambahan anggar an ini penti ng agar kegi atan pem bangunan yang t el ah direncanakan di tahun 2011 dapat berjalan lebih cepat dan optimal, ser ta mengantisipasi kondisi perekonomian nasional pada semester I I 2011. Keempat, sebagai akibat dari ketiga faktor di atas, tidak dapat dihindari peningkatan defisit APBN tahun 2011 dar i yang dir encanakan sebelumnya sebesar 1,8 per sen ter hadap PDB menjadi sekitar 2,1 persen terhadap PDB. Penambahan defisit pada RAPBN-P tahun 2011 t er sebut di r encanakan akan di tut upi dar i sum ber pem bi ayaan dalam neger i , dengan menggunakan dana saldo anggar an lebih SAL. Dal am k er angk a t er sebut , per ubahan APBN 2011 di t uj uk an ant ar a l ai n unt uk : a mengantisipasi perubahan indikator ekonomi makro dalam tahun 2011 agar ber bagai besaran APBN-P menjadi lebih realistis dan dapat dilaksanakan secar a baik; b menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri; serta c mempercepat pelaksanaan program- pr ogr am pr i or i t as pem bangunan nasi onal dal am t ahun 2011 dan j angka m enengah. Per ubahan APBN 2011 tersebut dilakukan secara menyelur uh guna menampung seluruh perubahan dalam pendapatan, belanja, serta defisit dan pembiayaan anggaran.

1.3.1 Pokok-pokok Per ubahan Postur APBN 20 11

Dalam APBN-P 2011, pendapatan negara dan hibah dir encanakan mengalami perubahan dar i Rp1.104.902,0 miliar dalam APBN tahun 2011 menjadi Rp1.169.914,6 miliar , atau mengalami peningkatan Rp65.012,7 miliar 5,9 persen. Peningkatan perkiraan pendapatan negar a dan hibah dalam APBN-P tahun 2011 ter sebut ber sumber , baik dar i pener imaan perpajakan maupun dari penerimaan negara bukan pajak PNBP. Pener imaan perpajakan dir encanakan mengalami peningkatan Rp28.429,7 miliar 3,3 per sen dari sasaran semula Rp850.255,5 miliar dalam APBN tahun 2011 menjadi Rp878.685,2 miliar . Sementara itu, PN BP di har apkan m eni ngkat Rp35.660 ,3 m i l i ar 14,2 per sen dar i sasar an sem ul a Rp250.907,0 miliar dalam APBN tahun 2011 menjadi Rp286.567,3 miliar . Demikian pula, penerimaan hibah juga mengalami per ubahan, yakni dar i Rp3.739,5 miliar dalam APBN tahun 2011 menjadi Rp4.662,1 miliar, atau meningkat Rp922,6 miliar 24,7 persen. Perubahan rencana pendapatan negar a dan hibah dalam tahun 2011 ter sebut dipengaruhi oleh beberapa kondisi berikut. Per tama, perubahan proyeksi ekonomi makro, seperti harga I CP dari USD80 menjadi USD95 per barel, penurunan target lifting minyak dari 970 r ibu bar el per har i bph m enj adi 945 r i bu bph, ser t a apr esi asi ni l ai t uk ar r upi ah dar i Rp9.250 menjadi Rp8.700 per USD, yang kesemuanya mempengaruhi penerimaan perpajakan dan PNBP dari migas. Kedua, meningkatnya kegiatan ekonomi, terutama dari per dagangan l uar neger i , ser t a t i nggi nya har ga cr ude pal m oi l CPO yang m em acu peningkatan pener imaan kepabeanan. Anggaran belanja negara dalam APBN-P tahun 2011 dir encanakan mengalami perubahan dar i pagu sem ul a sebesar Rp1.229.558,5 m i l i ar dal am APBN t ahun 20 11 m enj adi Rp1.320.751,3 m i l i ar at au m engal am i peni ngkat an Rp91.192,8 m i l i ar 7,4 per sen. Peningkatan perkiraan belanja negara dalam tahun 2011 tersebut bersumber dari peningkatan belanja pemerintah pusat dan tr ansfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat direncanakan m engal am i per ubahan dar i Rp836.578,2 m i l i ar dal am APBN t ahun 20 11 m enj adi Rp908.243,4 miliar, atau mengalami peningkatan Rp71.665,3 miliar 8,6 persen. Sementara