.1 Per tum buhan Ekonom i

Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-10 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Bab I I 2009 sebagai antisipasi untuk mengur angi dampak kr isis global dan pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu Presiden. Komponen belanja barang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,1 per sen yoy pada tahun 2010, padahal pada tahun 2009 mampu mencapai 24,5 persen yoy. Sedangkan belanja pegawai tumbuh sebesar 4,6 persen yoy terkait dengan kebijakan kenaikan gaji pensiun pokok dan pemberian gaji ke-13. I nvestasi mengalami akseler asi per tumbuhan dimana pada tahun 2010 mampu tumbuh 8,5 persen yoy, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2009 yang hanya 3,3 per sen yoy. Lonjakan kenaikan tersebut ter jadi sebagai akibat naiknya kegiatan produksi ter kait dengan pulihnya aktivitas global dan meningkatnya per mintaan domestik. Hampir semua jenis investasi mengalami peningkatan kecuali investasi jenis lainnya yang berasal dar i domestik mengalami kontr aksi sebesar 4,2 per sen yoy. Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh investasi jenis mesin dan perlengkapan dari luar negeri yang mencapai 19,3 persen yoy. Hal ini seiring dengan meningkatnya impor barang modal. Sementara itu, investasi jenis mesin dan perlengkapan yang berasal dari domestik hanya tumbuh 5,5 persen yoy . I nvest asi bangunan t um buh st abi l sebesar 7,0 per sen k ar ena ber l anj ut nya pembangunan sektor properti dan rehabilitasi beberapa tempat pasca-bencana alam. Dari sisi perdagangan internasional, pada tahun 2010 kinerja sektor eksternal juga semakin baik. Setelah mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2009 ekspor-impor berkontraksi masing-masing sebesar minus 9,7 persen dan minus 15,0 persen akibat krisis global, pada tahun 2010 ekspor-impor tumbuh kuat masing-masing sebesar 15,1 persen yoy dan 17,5 persen yoy. Hal ini terkait dengan mulai membaiknya perekonomian global dan volume perdagangan dunia, kenaikan har ga minyak mentah dunia, ser ta kenaikan harga kom odi t as i nt er nasi onal . M eni ngkat nya kegi at an i m por sej al an dengan peni ngkat an konsumsi masyarakat dan investasi, terutama impor bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya ekspor-impor barang yang masing-masing tumbuh 15,7 persen yoy dan 18,8 persen yoy. Sementara itu, ekspor- impor jasa juga tumbuh positif masing-masing di level 9,9 per sen yoy dan 13,6 per sen yoy. Dari sisi penawaran, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, bahkan tiga di antaranya mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu Sektor I ndustri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, serta Sektor Keuangan. Pertumbuhan tertinggi tetap terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 13,4 persen yoy, melambat bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang tumbuh sebesar 15,6 per sen yoy. Per t um buhan t er sebut t er ut am a di dor ong ol eh Subsekt or 5,7 5,5 6,3 6,0 4,6 6,1 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 2005 20 06 2007 20 08 2009 20 10 GRAFI K I I .12 PERTUM BUH AN PD B , yoy Sumber : Badan Pusat St at ist ik -20,0 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 Kons RT Kons Pem PMTB Ekspor Im por GRAFI K I I .13 SUM BER-SUM BER PERT UM BUH AN PD B , YOY 2008 2009 2010 Sumber : Badan Pusat St at ist ik Bab I I Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-11 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Komunikasi yang tumbuh 18,1 per sen kar ena meningkatnya mobilitas sarana komunikasi baik dar i sisi jenis maupun intensitas penggunaannya. Subsektor Pengangkutan tumbuh sebesar 6,8 per sen yoy, didor ong oleh tumbuhnya Subsektor Angkutan Udar a sebesar 19,0 persen yoy. Pertumbuhan jumlah penumpang dan rute penerbangan menjadi pendor ong utama Subsektor Angkutan Udara. Sementara itu, Subsektor Angkutan Jalan Raya yang selam a ini menjadi penyum bang ter besar Subsektor Pengangkutan tum buh 5,1 persen yoy. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan tumbuh 2,9 persen yoy, melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun 2009 yang mencapai 4,0 per sen yoy. Pertumbuhan ter tinggi terjadi pada Subsektor Perikanan sebesar 5,9 persen yoy. Sedangkan Subsektor Tanaman Bahan M akanan yang biasanya menjadi kontributor utama per t um buhan, hanya t um buh 1,8 per sen yoy, mel am bat bi l a di bandi ngkan dengan per tumbuhan di tahun 2009 yang sebesar 5,0 per sen yoy. M elambatnya per tumbuhan Subsektor Tanaman Bahan M akanan karena pengaruh gangguan cuaca yang menyebabkan penurunan pada produksi pertanian. Sektor I ndustri Pengolahan sepanjang tahun 2010 tumbuh cukup kuat di level 4,5 persen yoy, mengalami peningkatan bila dibanding dengan pertumbuhan tahun 2009 yang hanya 2,2 persen yoy. Lonjakan pertumbuhan sektor ini didorong oleh pertumbuhan pada Subsektor I ndustr i Nonmigas yang mencapai 5,1 persen yoy, sedangkan Subsektor I ndustr i M igas mengalami kontraksi sebesar 2,3 persen yoy. Pertumbuhan Subsektor I ndustri Nonmigas ditopang oleh industri alat angkut mesin dan peralatannya sebesar 10,4 per sen, dan oleh industri pupuk, kimia, dan barang dari karet sebesar 4,7 persen. Sementara itu, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya justru mengalami penurunan sebesar 3,5 persen yoy. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 8,7 persen yoy, meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2009 yang hanya 1,3 persen yoy. Pertumbuhan sektor ini tersebut utamanya ditopang oleh kinerja Subsektor Per dagangan Besar dan Ecer an yang tumbuh 9,7 per sen yoy sedangkan Subsektor Hotel dan Subsektor Restoran masing-masing tumbuh 7,1 persen yoy dan 3,2 persen yoy. M emasuki tahun 2011, perekonomian nasional menunjukkan kinerja yang semakin membaik. Pada triwulan I 2011 PDB tumbuh sebesar 6,5 persen yoy, lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,6 persen yoy. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB didukung oleh konsumsi rumah tangga yang naik sebesar 4,5 per sen yoy, lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi triwulan I tahun 2010 sebesar 3,9 per sen yoy. Per tum buhan konsum si r umah tangga didor ong ol eh meni ngkat nya konsum si nonm akanan yang tumbuh sebesar 5,3 per sen dan konsum si makanan sebesar 3,4 persen. Konsumsi pemerintah tumbuh 3,0 persen yoy, meningkat bila dibandingkan dengan kinerja periode yang sama tahun sebelumnya yang turun minus 7,6 persen. Pertumbuhan tersebut sebagai akibat dari masih rendahnya realisasi penyerapan anggaran yang secara musiman terjadi di awal tahun. Pada triwulan I 2011, belanja barang hanya tumbuh 2,9 persen, belanja pegawai tumbuh 6,3 per sen sedangkan penerimaan barang dan jasa yang menjadi faktor pengurang konsumsi pemerintah tumbuh tinggi yaitu sebesar 25,8 persen. Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-12 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Bab I I I nvestasi tumbuh sebesar 7,3 per sen yoy, sedikit melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal I tahun 2010 yang mencapai 8,0 persen yoy. Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya investasi jenis mesin dan perlengkapan asing sebesar 22,8 persen, serta investasi jenis alat angkutan domestik sebesar 9,9 persen. I nvestasi jenis bangunan yang mer upakan komponen ter besar penyusun investasi 86 persen tumbuh melambat sebesar 5,3 persen. Sedangkan investasi asing lainnya justru mengalami kontr aksi sebesar 5,9 persen. Ekspor dan impor pada triwulan I I 2011 tumbuh masing-masing 17,4 persen dan 16,0 persen yoy, melambat bila dibandingkan dengan per tumbuhan triwulan I I -2010 yang sebesar 14,6 persen dan 18,4 persen yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya ekspor- impor barang, masing-masing sebesar 18,8 persen dan 18,8 persen, Sedangkan ekspor-impor jasa tumbuh masing-masing sebesar 5,8 persen dan 6,9 persen. Net ekspor pada periode ini hanya member ikan kontr i busi m ini mal ter hadap per t umbuhan ekonomi yaitu sebesar 0,1 persen. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal III tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa di awal tahun 2011 per mintaan domestik mengalami peningkatan yang relatif lebih cepat daripada permintaan eksternal. Dari sisi produksi, semua sektor ekonomi pada triwulan I I 2011 mengalami peningkatan, sebagi an sekt or bahkan mengal am i aksel er asi per t um buhan. Per t um buhan ter t i nggi dihasilkan ol eh Sektor Pengangkut an dan Komunikasi. Kenaikan taj am yang ter jadi di Subsektor Angkutan Udara dan Subsektor Komunikasi mendorong sektor tersebut mampu tumbuh sebesar 10,7 persen yoy. Dua sektor ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu Sektor Pertanian dan Sektor I ndustri Pengolahan tumbuh cukup kuat. Sektor Pertanian tumbuh 3,9 persen yoy, yang didorong oleh peningkatan Subsektor Tanaman Perkebunan dan Subsektor Perikanan, yang masing-masing tumbuh sebesar 6,5 persen dan 4,5 persen. Pertanian 4,8 4,0 2,9 Pertambangan dan Penggalian 0,7 4,4 3,5 I ndustri Pengolahan 3,7 2,2 4,5 Listrik, Gas Air Bersih 10,9 14,3 5,3 Konstruksi 7,6 7,1 7,0 Perdagangan, Hotel Restoran 6,9 1,3 8,7 Pengangkutan dan Kom unikasi 16,6 15,5 13,5 Keuangan, Real Estat Jasa Perusahaan 8,2 5,1 5,7 Jasa-jasa 6,2 6,4 6,0 Pr oduk Dom estik Br uto 6 ,0 4,6 6 ,1 Sum ber : Badan Pusat St at istik T ABEL I I .2 PERT U M BU H AN PD B SEKT OR AL T AH U N 20 0 8 – 20 10 per sen, yoy Sekt or 2008 2009 2010 Bab I I Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-13 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Sem ent ar a i t u Sek t or I ndust r i Pengol ahan t um buh sebesar 4,5 persen yoy, lebih tinggi bila dibandingkan dengan per tumbuhan pada k uar t al I I t ahun 2010 yang sebesar 6,1 per sen yoy. Subsektor M igas berkontraksi sebesar 3,8 persen, namun penur unan ter sebut mampu di tutupi oleh ki ner j a per t um buhan Subsektor I ndustr i Nonmi gas yang t um buh 6,6 per sen. I ndust r i N onm i gas yang m engal am i peni ngkatan taj am adal ah i ndustr i logam dasar , besi dan baja, yang tumbuh sebesar 15,5 persen dan industr i tekstil, barang kulit dan alas kaki yang tumbuh sebesar 8,0 persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, meskipun melambat tetapi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 9,6 persen, yang utamanya didorong oleh pertumbuhan Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Subsektor Hotel, yang tumbuh masing-masing sebesar 10,3 persen dan 7,8 persen. Dengan memper timbangkan r ealisasi pada tr iwulan I 2011, per tumbuhan ekonomi tahun 2011 di per ki r akan m am pu t um buh sebesar 6,5 per sen yoy, sedi ki t l ebi h ti nggi bil a dibandingkan dengan angka perkiraan APBN 2011 yang sebesar 6,4 persen. Konsumsi masyarakat yang dalam APBN 2011 diperkirakan tumbuh sebesar 5,0 persen yoy mengalami penurunan perkir aan menjadi 4,9 persen yoy dalam tahun 2011. Penur unan ter sebut disebabkan oleh adanya tekanan inflasi yang diperkirakan masih terjadi di tahun 2011 sehingga ber pengar uh pada daya beli masyar akat. Untuk menahan laju penur unan konsumsi masyar akat, Pemer intah tetap melanjutkan ber bagai kebijakan yang telah dan sedang dilaksanakan antara lain program beras beras untuk rakyat miskin raskin, program k el uar ga har apan PKH , pel ayanan k esehat an m asyar ak at Yank esm as , bant uan operasional sekolah BOS, dan program nasional pemberdayaan masyarakat PNPM , serta berbagai subsidi untuk masyarakat miskin. Konsumsi Pemerintah yang pada tahun 2011 semula diperkirakan tumbuh sebesar 6,6 persen yoy dalam APBN 2011 akan m engal ami kor eksi m enj adi 5,1 per sen yoy. Konsum si Pemerintah tetap diarahkan untuk mendukung program pendidikan, melanjutkan reformasi birokrasi untuk beberapa kementerian dan lembaga, dan menjaga kesinambungan program kesejahter aan r akyat. Penyer apan anggar an Pemer intah dihar apkan bisa optimal untuk mendukung pembangunan nasional. I nvestasi diperkirakan tumbuh sebesar 9,5 persen yoy pada tahun 2011, lebih rendah bila dibandingkan dengan perkir aan semula dalam APBN 2011 yang sebesar 10,2 persen yoy. M asih cukup tingginya suku bunga kredit perbankan dalam mendorong kinerja dunia usaha m enj adi sal ah sat u f akt or yang i k ut ber pengar uh dal am per t um buhan i nvest asi . Pembangunan infr astr uktur yang sedang dilaksanakan diharapkan mampu menciptakan iklim investasi semakin kondusif. 6,0 4,6 6,1 6,4 6,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 2008 2009 2010 2011 APBN 2011 APBN-P GRAFI K I I .14 PERTU M BU H AN PD B TAH U N AN ,YOY Sumber : Badan Pusat St at ist ik Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-14 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Bab I I Dar i sisi ekster nal, pertumbuhan ekspor tahun 2011 diper kirakan mengalami peningkatan perkiraan dari 8,5 persen yoy dalam APBN 2011 menjadi 14,1 persen yoy. M eningkatnya per t umbuhan gl obal dan vol ume per dagangan duni a, ser t a kenai kan har ga komodit as internasional ikut mendongkrak kinerja ekspor nasional. Sementara itu, impor juga mengalami peningkatan yaitu dari 9,5 persen yoy menjadi 17,3 persen yoy di tahun 2011. Dalam tahun 2011, sektor yang di per ki r akan m enjadi penopang ut ama per ekonomi an I ndonesia adalah Sektor I ndustr i Pengolahan, Sektor Per tanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan masih tetap menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi. U RAI AN Konsum si 5.2 5.0 Konsum si M asyarakat 5.0 4.9 Konsum si Pem erintah 6.6 5.1 I nvestasi 10.2 9.5 Ekspor 8.5 14.1 I m por 9.5 17.3 Sum ber : Kem enterian Keuangan T ABEL I I .3 PER T U M BU H AN PD B T AH U N 20 11, per sen, yoy APBN APBN -P Per tanian 4.1 4.0 Per tambangan dan Penggalian 3.5 4.0 I ndust r i Pengolahan 4.5 4.9 List r ik, Gas Air Ber sih 5.7 5.7 Konstr uksi 7.9 6.3 Per dagangan, Hotel Restor an 8.4 8.7 Pengangkut an dan Komunikasi 12.9 13.3 Keuangan, Real Estat Jasa Per usahaan 6.7 6.9 Jasa- jasa 5.9 6.0 Sumber : Kementerian Keuangan Sekt or APBN APBN - P PERKI RAAN PERT U M BU H AN PDB SEKT ORAL T AH U N 20 11 per sen T ABEL I I .4 Bab I I Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-15 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Sektor I ndustri Pengolahan diperkirakan tumbuh 4,9 persen yoy di tahun 2011, lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan awal dalam APBN 2011 yang sebesar 4,5 persen yoy. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kinerja ekspor nasional untuk memenuhi permintaan dunia akan produk I ndonesia. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan yang dalam APBN 2011 diperkirakan tumbuh 4,1 persen yoy, mengalami penurunan menjadi 4,0 persen yoy. Faktor gangguan cuaca yang diperkirakan masih terjadi, akan menyebabkan gangguan pada produksi pertanian di tahun 2011. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang diperkirakan tumbuh 8,4 persen yoy dalam APBN 2011 sedi ki t m engal am i peni ngkat an per t um buhan m enj adi 8,7 per sen yoy. Sedangkan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan tumbuh 13,3 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan perkiraan semula sebesar 12,9 persen yoy.

2.4 .2 Inflasi

Tahun 2010 diwar nai ol eh adanya anom ali i klim , ket egangan geopol itik yang melanda beberapa negara produsen bahan pangan dan energi dunia, bencana banjir dan kekeringan sehingga mempengaruhi kinerja perekonomian global. Kondisi ini tercermin dari meroketnya harga komoditas bahan pangan dan energi di pasar dunia. Keadaan tersebut juga berpengaruh ter hadap kiner ja per ekonomian nasional. Tingginya har ga komoditas bahan pangan dan ener gi di pasar internasional berdampak terhadap peningkatan harga komoditas sejenis di pasar domestik. M eningkatnya harga bahan pangan dan energi di dalam negeri telah mendorong meningkatnya laju i nflasi tahun 2010. Laju inflasi yang dihitung ber dasar kan hasi l pem ant auan I ndeks H ar ga Konsum en I H K di 66 kot a sel am a tahun 2010 tercatat sebesar 6,96 persen yoy, jauh lebih tinggi dari inflasi tahun 2009 sebesar 2,78 persen yoy. Secara historis, inflasi tahun 2010 berada sedikit di atas r ata-r ata inflasi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 6,56 persen. Satu- satunya deflasi sepanjang tahun 2010 terjadi pada bulan M aret yaitu sebesar 0,14 persen, yang antar a lain disebabkan oleh musim panen raya lihat Gr afik I I .15. Realisasi inflasi tahun 2010 juga lebih tinggi dari asumsi inflasi pada APBN-P 2010 sebesar 5,3 persen. Pergerakan laju inflasi dapat dilihat baik berdasar kan kelompok pengeluarannya maupun komponen yang membentuknya. Dari sisi kelompok pengeluarannya, meningkatnya harga kel ompok bahan m akanan sebesar 15,64 per sen yoy ser ta kel ompok m akanan j adi , minuman rokok dan tembakau sebesar 6,96 persen yoy mendorong peningkatan laju inflasi t ahun 20 10. Secar a t ahunan, kenai kan har ga kom odi t as bahan pangan m er upak an penyumbang terbesar dan memberikan andil inflasi sebesar 3,50 per sen, atau lebih dar i setengah laju inflasi tahun 2010. Kelompok sandang serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga m engal ami kenaikan yang cukup si gni fi kan, m asing-masi ng sebesar 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 Ja n Fe b M ar A pr M ei Ju n Ju l A gs t Se p O kt N ov D es Ja n Fe b M ar A pr M ei Ju n Ju l A gs t Se p O kt N ov D es Ja n Fe b M ar A pr M ei Ju n 2009 2010 2011 persen persen GRAF I K I I .15 L AJU I N FL ASI 20 0 9 – 20 11 Laju Inf lasi mtm Laju Inflasi yoy RHS Sum b er : Badan Pusat St at i st i k Per kembangan Makr o Ekonomi Tahun Anggar an 2011 II-16 Nota Keuangan dan APBN-P 2011 Bab I I 6,51 persen yoy dan 4,08 per sen yoy. Ber dasar kan kom odi t asnya, beras dan bumbu-bumbuan menjadi k om odi t as penyum bang i nf l asi terbesar selama tahun 2010, dengan total menyumbang 2,23 persen yoy ter hadap inflasi tahun 2010. I nflasi pada kel om pok sandang di dor ong oleh kenaikan harga emas perhiasan baik di pasar inter nasional maupun domestik, sedangkan kenaikan pada kel om pok per um ahan di sum bang oleh kebijakan kenaikan tar if dasar l i st r i k TDL r at a- r at a sebesar 10 persen pada Juli tahun 2010 lihat Gr afik I I .16. Dari sisi komponennya secara tahunan, tingginya inflasi tahun 2010 terutama lebih dominan disebabkan oleh sumbangan inflasi pada komponen harga bergejolak volatile food, yaitu sebesar 17,74 persen. I nflasi komponen ini terjadi sebagai akibat anomali iklim dan bencana alam yang menyebabkan penurunan produksi dan pasokan bahan pangan ke pasar domestik serta terganggunya arus distribusi bahan pangan antar wilayah. Di samping itu, komponen inflasi administer ed pr ice menunjukkan kenaikan sebesar 5,47 persen yoy sebagai dampak beberapa kebijakan Pemerintah seperti kenaikan TDL, kebijakan cukai rokok, dan kenaikan har ga pem bel i an pem er i nt ah H PP gabah, m asi ng-m asi ng dengan r at a-r at a sebesar 10 persen. Sementara itu, komponen inflasi inti cor e inflation juga mengalami peningkatan sebesar 4,28 persen yoy yang antara lain dipengaruhi oleh tekanan dari faktor ekster nal sebagai dampak multiplier effect dari kenaikan harga komoditas bahan pangan dan energi di pasar internasional lihat Gr afik I I .17. Tahun 2011, tekanan laju inflasi Juni kembali pada pola nor mal yang cender ung stabil. Sampai dengan Juni 2011, inflasi tahunan mencapai sebesar 5,54 per sen yoy dan inflasi kumulatif mencapai sebesar 1,06 persen ytd, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi akhir tahun sebelumnya sebesar 6,96 persen yoy. Deflasi yang terjadi pada M aret dan April 2011 masing-masing sebesar 0,32 persen dan 0,31 persen turut menekan laju inflasi sampai dengan semester I 2011. Pada bul an-bul an m endat ang, inflasi diperkirakan akan meningkat seir i ng dengan tahun ajar an bar u dan har i r aya keagamaan seper t i lebaran, natal dan tahun baru. Selain i t u, k et egangan geopol i t i k yang t er j adi di negar a- negar a Ti m ur Tengah dan Af r i k a U t ar a yang mer upakan sumber penghasil dan penyupl ai m i nyak di pasar internasional perlu terus diwaspadai k ar ena ak an dapat m endor ong 8,16 5,39 4,96 7,39 4,16 4,04 3,0 5 10,27 7,85 2,26 5,0 5 2,30 3,72 1,27 0 , 0 2, 0

4, 0 6, 0

8, 0 10 ,0

12, 0 Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, listrik, gas, dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olah raga Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan Sumber: Bad an Pusat Statistik GRAFI K I I .16 I NFLASI M EN U RU T K ELOM POK PEN GELU ARAN Juni 20 10 Juni 20 11 3,97 2,6 0 11,51 4,63 5,61 8 ,57 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 I nt i H arga Diat ur Pemerint ah Bergejolak GRAFI K I I .17 KOM PON EN I N LASI yoy, per sen Juni 2010 Juni 2011 Sumber : Badan Pusat Statistik