ke abad ke-13 seolah-olah wilayah mereka sendiri. Oshu terkenal dengan emasnya. Serbuk emas dari Oshu sangat diminati di Ibukota Yoshikawa, 2009:146
Walaupun klan Taira merajalela di pusat, mereka tidak berbuat apa-apa di tanah Oshu. Bila ditanya apakah darah di daerah Oshu berasal dari Minamoto atau
Taira, darah Minamoto cenderung lebih kental di sana Yoshikawa, 2012:163. Oleh karena itu pada saat melarikan diri dari Gunung Kurama, Yoshitsune
melarikan diri ke Oshu Hiraizumi dengan bantuan Kichiji, seorang pedagang emas dari Oshu. Tujuannya kesana adalah untuk meminta perlindungan kepada
Hidehira.
2.4.2 Klan Genji Minamoto
Minamoto 源 adalah nama keluarga di Jepang. Dalam konteks sejarah Jepang, klan Minamoto 源 氏 Genji adalah sebutan untuk anggota keluarga
kaisar di zaman Heian yang tidak berhak atas tahta. Mereka menjadi warga biasa dan mendapat nama keluarga Minamoto no Ason Ason adalah gelar dalam
sistem Yakusa no Kabane. Genji merupakan sebutan lain untuk klan Minamoto, karena aksara kanji
untuk Minamoto juga dibaca sebagai Gen, sedangkan ji shi berarti klan. Kanji untuk nama keluarga Minamoto diambil dari nama keluarga Yuan hanzi: 源
yang diberikan Kaisar Taiwu asal negara Bei Wei di Tiongkok kepada Tufa Poqiang Yuan He. Nama keluarga ini ditulis dengan aksara hanzi yang berarti
sumber atau asal-usul untuk melambangkan klan Tufa dan keluarga kekaisaran berasal dari leluhur yang sama http:id.wikipedia.orgwikigenji.
Universitas Sumatera Utara
Kaisar Saga yang ahli sejarah Tiongkok memberikan nama keluarga untuk keturunannya yang menjadi warga biasa dengan aksara kanji yang sama dengan
nama keluarga Yuan di Tiongkok, namun dibaca di Jepang sebagai Minamoto atau Gen. Pemberian nama keluarga Minamoto dimaksudkan sebagai
penghormatan bagi klan Minamoto yang memiliki asal-usul leluhur yang sama dengan keluarga kekaisaran.
Sesudah masa Kaisar Saga, nama keluarga Minamoto juga diberikan kepada keturunan kaisar-kaisar selanjutnya yang menjadi warga biasa. Klan
Minamoto kemudian ditambah dengan nama kaisar yang menjadi asal keturunan, misalnya: Nimmyo Genji klan Minamoto keturunan
Kaisar Nimmyō, Seiwa Genji, Montoku Genji, Uda Genji, dan seterusnya. Klan Minamoto terdiri dari 21
percabangan klan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan: klan Minamoto yang menjadi samurai dan klan Minamoto yang menjadi kuge
aristokrat istana. Pada zaman Heian, klan Minamoto merupakan salah satu bangsawan yang
mempunyai pengaruh di wilayah Kanto. Di Kyoto sendiri pada masa itu, klan Minamoto di pimpin oleh Minamoto no Yoshitomo.
Pada pemberotakan Hōgen tahun 1156 dan pemberontakan Heiji pada
tahun 1159, klan Taira yang dipimpin oleh Taira no Kiyomori berhasil mengalahkan klan Minamoto yang dipimpin oleh Yoshitomo. Kedua putra
Yoshitomo tewas dalam perang tersebut. Yoshitomo berhasil melarikan diri dan sampai di Provinsi Owari, namun tewas setelah dikhianati oleh pengikutnya. Anak
laki-lakinya yang tersisa, Yoritomo, Yoshitsune, dan Noriyori menerima hukuman pengasingan setelah nyawa mereka diampuni oleh Kiyomori.
Universitas Sumatera Utara
Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of Japan 1978:62-63 menjelaskan tentang pengasingan Yoritomo dan Yoshitsune:
“He sent Yoritomo to Izu in eastern Japan as a ward of one of trusted members of Heike, the Hojo family. Yoshitsune was permitted to remain
with his mother until he was six or seven when he was transferred to a Buddhist temple in Kurama, a few miles north of Kyoto.”
“Dia Kiyomori mengirim Yoritomo ke Izu di sebelah timur Jepang sebagai wilayah salah satu anggota Heike yang terpercaya, keluarga Hojo.
Yoshitsune diizinkan untuk tetap tinngal bersama Ibunya sampai ia berumur 6 atau 7 tahun sampai saat ia harus dikirim ke sebuah kuil
Buddha di Kurama, beberapa kilometer dari sebelah utara Kyoto.” Yoritomo diasingkan ke Izu, Yoshitsune dititipkan di kuil Kurama.
Selanjutnya Yoshitsune keluar dari Kurama ke Hiraizumi di Mutsu, dan dititipkan kepada Fujiwara no Hidehira yang menjabat kepala klan
Ōshū Fujiwara sekaligus penguasa Mutsu.
Setelah mendapat perintah resmi Pangeran Mochihito, Yoritomo dan Yoshitsune yang berhasil menyatukan kekuatan klan Minamoto dari berbagai
wilayah bertempur untuk menyingkirkan klan Taira. Setelah menguasai wilayah Kanto, Yoritomo mendirikan markas besar militer samurai di Kamakura.
Yoritomo diangkat sebagai Sei- i Taishōgun pada tahun 1192. Pemerintahan
militer yang dirintisnya disebut Kamakura Bakufu. Yoritomo menganggap Kamakura sebagai tempat strategis karena
dilindungi oleh 3 gunung di setiap sisinya, dan terdapat laut di depannya. Yoshikawa 2013:166-167 menjelaskan bahwa Kamakura adalah tanah asal klan
Minamoto, kampung halaman bagi samurai Bandou, tanah yang dilindungi benteng alami. Banyak prajurit rendahan yang menjadikan Kamakura sebagai
tempat tujuan. Bahkan tujuan hidup rakyat jelatapun diarahkan kesana secara alami.
Universitas Sumatera Utara
Disaat Yoritomo sibuk mengurusi kekuasaannya di Kamakura, Minamoto no Yoshinaka adik sepupu Yoritomo memulai gerakannya ke Ibukota guna
mengusir Heike. “Minamoto no Yoshinaka, a cousin who had become a power in north
central Japan between 1180 and 1183, had defeated a Taira army which had been sent against him, and on the momentum of that victory he had
emerged from his mountainous homeland and had raced into Kyoto.” Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of Japan,1978:86
“Minamoto no Yoshinaka, seorang sepupu yang telah berkuasa di wilayah pusat Jepang bagian utara antara tahun 1180-1183, telah menaklukkan
pasukan Taira yang dikirim untuk melawannya, dengan semangat kemenangannya itu dia muncul dari kampungnya yang bergunung-gunung
dan bergerak ke Kyoto.” Para kesatria Kiso yang berasal dari wilayah utara, Bushido atau jalan
kesatria belum dijunjung. Dibandingkan kaum kesatria muda di Kamakura yang menjunjung tinggi harga diri, kesatria dari Kiso hanya membanggakan kekuatan
fisik, dan lemah terhadap kemewahan seperti makanan lezat, bermain perempuan, dan sebagainya Yoshikawa, 2013:302. Hal ini membuat ketertiban di Ibukota
menjadi kacau. Yoshinaka cenderung mengabaikan pendapat Mantan Kaisar Go
Shirakawa. Dalam hal urusan kebijakan Negara, dia mulai bertindak sewenang- wenang, yaitu dengan merampas jabatan anggota klan Taira yang sudah mlarikan
diri ke negeri barat. Sering terjadi perselisihan diantara rakyat dan pejabat yang berasal dari
kaum kesatria Kiso yang mementingkan kegagahan dan tak mengerti isi hati rakyat maupun inti kebudayaan Yoshikawa, 2013:267. Padahal rakyat
mengaharapkan perubahan yang lebih baik. Walaupun begitu, mereka hanya
Universitas Sumatera Utara
membisu dengan berwajah muram di bawah kekuasaan serta pengaruh besar Yoshinaka, sang Jenderal Asahi.
Houou Go Shirakawa merasa resah dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Yoshinaka dan pasukannya, dia bahkan ingin menobatkan
Pangeran Hokuroku, putra Pangeran Michihito sebagai Kaisar selanjutnya, tetapi permintaan tersebut diabaikan dengan mengangkat Kaisar Toba sebagai Kaisar
yang baru. Yoshinaka juga bertindak gila. Dia membakar Kuil Houjuu, merampas
jabatan bangsawan, mengaku sebagai kepala Istana Mantan Kaisar. Singkat kata, dia menjadi raja kecil yang lalim, seolah hanya meniru sisi buruk Kiyomori
Yoshikawa, 013:269. Oleh karena itu, Houou Go Shirakawa mengirim sebuat mandate ke Yoritomo untuk menghabisi pasukan Kiso Yoshinaka.
Tidak tinggal diam, Yoritomo mengirim kedua adiknya sebagai Jendral Perang melawan Yoshinaka. Noriyori sebagai panglima besar pasukan bayangan
dan Yoshitsune sebagai panglima pasukan bayangan. “On orders of Yoritomo, Yoshitsune and another brother Noriyori were
given joint command of an army in order to try and dislodge Yoshinaka from Kyoto.” Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of
Japan,1978:86 “Atas perintah Yoritomo, Yoshitsune dan saudaranya yang lain, Noriyori
diberi peritah untuk bersama-sama memimpin pasukan untuk mencabut kekuasaan Yoshinaka di Kyoto.”
Noriyori memimpin pasukan utama yang akan menyerbu Setaguchi,
sedangkan Yoshitsune memimpin pasukan bayangan yang akan menyerbu melalui Sungai Uji. Kekalahan telak dialami oleh Yoshinaka, bersama dengan Imai
Kanehira, Yoshinaka dibunuh secara malang di Awazugahara.
Universitas Sumatera Utara
Peperangan tidak berhenti begitu saja, pada tahun 1185 di bawah pimpinan Yoritomo, klan Minamoto berhasil membalas kekalahan mereka atas klan Taira di
perang Dannoura. Setelah mengalahkan Taira dan merebut kekuasaan, Yoritomo tidak menempatkan kekuasaan di Kyoto, melainkan tetap bermarkas di Kamakura
Suryahadiprojo, 1987:15. Masa inilah yang mengawali masa pemerintahan feodalisme militer Jepang yang lebih dikenal dengan Bakufu Kamakura. Masa
Kamakura juga menjadi masa keemasan bagi para samurai yang memang bekerja sesuai fungsi mereka sebagai prajurit militer Jepang.
2.4.3 Klan Heike Taira