ditinggalkan pasukannya karena tidak mempercayainya lagi. Ambisinya terhadap jabatannya, membuat dirinya lupa akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
3.2.3 Klan Fujiwara
Cuplikan 1
Vol. 13, hal. 140-141 Yoshitsune
: bergumam dalam hati “He… Hebat… Disini berdiri begitu banyak kuil dan rumah megah dan hampir semuanya dilapisi emas.
Kota ini berkilauan emas. Jadi ini Hiraizumi, kota berlapis emas?” Vol. 13 hal 143
Yoshitsune :”Kakak, ini aula emas Kuil Chusonji.”
Noriyori :”Wah, hebat Smuanya dari emas”
Universitas Sumatera Utara
Yoshitsune :”Konon Tuan Motohira, pendahulu tuan Hidehira dan Tuan
Kiyohira serta pendahulu Tuan Motohira tidur di bawahnya.” Vol. 18 hal. 66
Analisis:
Keadaan pada cuplikan di atas menggambarkan kemegahan Oshu Hiraizumi. Hiraizumi adalah sebuah wilayah di utara Jepang, terletak di perfektur
Iwate. Dipimpin oleh seorang Shogun markas militer, Fujiwara no Hidehira. Yang membawa Hiraizumi menjadi sebuah wilayah yang aman, karena memiliki
17 ribu pasukan berkuda, wilayah yang damai, karena dijaga oleh keluarga Satou Motoharu dari Shinobu, dan juga sebuah wilayah yang megah dan makmur,
karena konon emas mudah didapat disana, banyak rumah megah dengan atap tinggi berlapis emas disana, bahkan patung-patung Buddha di Kuil pun banyak
yang terbuat dari emas. Hal tersebut mengundan banyak pedagang asing di Hiraizumi.
Hal ini sesuai dengan sejarah, bahwa terdapat banyak kuil-kuil berlapis emas di Hiraizumi, seperti yang terdapat di cupilkan di atas, seperti Kuil Chusonji,
Kuil Motsuji, Kuil Takkoku no Iwaya, Kuil Gikeido Takadachi, dan lain-lain.
Cuplikan 2
Ryouama :“Saya rasa rakyat disini bisa hidup bahagia berkat kepemimpinan
keluarga Fujiwara di Oshu.” Hidehira
:“Tidak.”
Universitas Sumatera Utara
Ryouama :“Kalau dibandingakan disini, kehidupan di Ibukota kurang
memuaskan karena kepemimpinan Heike. Di mana ada Heike disitu ada tirani di luar batas-batas perikemanusiaan, sehingga para
bangsawan dan rakyat pun menderita. Apa tuan tahu hal itu?” Hidehira
:“Begitulah gosipnya…” Ryouama
:“Bagaimana pendapat tuan Hidehira tentang Heike yang seperti itu?”
Hidehira :“Saya terkesan karena meskipun keluarga samurai, mereka
Berjaya sejauh itu.” Ryouama
:“Bagaimana jika tuan menggantikan mereka?” Hidehira
:“Samurai kampung tidak punya kekuatan sebesar itu.” Ryouama
:“Tuan bisa mendapatkan kekuatan jika menginginkannya bukan? Misalnya… dengan merangkul klan Genji…”
Hidehira :“Kami memimpin wilayah ini secara turun temurun dan berusaha
keras untuk mengembangkannya. Saya tidak punya ambisi seperti itu.” Vol. 17 hal 84-86
Analisis:
Dalam cuplikan dialog tersebut terjadi percakapan antara Fujiwara no Hidehira dan seorang biksu dari Eizen, Ryouama yang datang ke Oshu untuk
mengantar sutra. Biksu itu sebenarnya adalah seorang Gubernur Mutsu, Fujiwara no Norisue. Ia merupakan utusan Kiyomori yang diperintahkan untuk memata-
matai keadaan Yoshitsune di Oshu. Dalam dialog tersebut terlihat bahwa Fujiwara no Norisue terus-terusan
membahas tentang Heike dan membanding-bandingkan keadaan Oshu Hiraizumi
Universitas Sumatera Utara
tersebut dengan keadaan di Ibukota Kyoto dengan maksut memojokkan Hidehira sampai dia akhirnya mau mengatakan bahwa dia mampu menggantikan Heike
atau dia bersekutu dengan Genji. Dari cuplikan tersebut digambarkan sosok Hidehira sebagai seorang
pemimpin yang memiliki sikap tenang, dia menanggapi semua pertanyaan dengan senyuman, sebenarnya dia tahu bahwa tamunya saat itu adalah suruhan Kiyomori,
tapi tetap berlagak tidak mengetahuinya. Hidehira tidak tamak akan kekuasaan, baginya cukup mengatur pemerintahan di Hiraizumi saja. Dia tidak mau terlibat
akan kekacauan yang terjadi antara Genji dan Heike. Karena dibandingkan di Ibukota, Hiraizumi merupakan tempat yang lebih aman, makmur dan tentram.
Cuplikan di atas tidak sesuai dengan kondisi sejarah pada masa itu. Yoshikawa 2012:207 menceritakan bahwa Oshu Fujiwara tidak senang melihat
kemakmuran klan Taira dan gaya diktator Taira no Kiyomori. Dia takut akan meluasnya kekuasaan Taira. Tetapi dia ingin menghindari bentrokan secara
langsung, yang diharapkannya adalah berimbangnya kekuasaan Minamoto dan Taira. Jika kedua pihak tersebut beradu di pusat, maka oshu dapat menumpuk
kekayaan, menjaga kedamaian sehingga bias memperluas wilayah ke arah barat.
Cuplikan 3
Yoshitsune :“Semua ini untuk mengalahkan Heike”
Noriyori :“Apa? Tu… Tuan Yoshitsune, tuan tidak boleh mengatakannya
Bisa jadi ada yang mendengarnya, kalau kita gegabah…”
Universitas Sumatera Utara
Yoshitsune :“Tenanglah, tuan Noriyori. Ini Oshu, bukan Ibukota. Kekuatan
Heike takkan sampai sini.” Vol. 18 hal. 47
Analisis:
Oshu adalah sebuah kota yang terletak jauh dari ibukota, Kyoto. Wilayah yang bebas dari kekuasaan Heike. Tidak seperti di Ibukota, sedikit saja keluar kata
yang menjelek-jelekkan Heike, maka akan disebut sebagai pemberontak. Hal ini sesuai dengan sejarah bahwa
Saat itu Yoshitsune menceritakan ambisinya untuk menjatuhkan Heike kepada kakaknya Minamoto no Noriyori yang datang dari Mutsu, dan bertemu
dengannya di Oshu. Meskipun besar di Kurama bersama biksu-biksu, Yoshitsune tetap memilih menjadi seorang samurai sebagai jalan hidupnya, karena dia
berfikir di dalam dirinya terdapat darah samurai, oleh karena itu bagaimanapun juga ia harus membalaskan dendam ayahnya terhadap Heike.
Hal ini tidak sesuai dengan sejarah, bahwa Noriyori dan Yoshitsune berjumpa di Oshu. Kenyataannya mereka bertemu di Kamakura, saat Yoritomo
mempersatukan kekuatan Genji di bawah kekuasaannya. Noriyori dan Yoshitsune bahkan saling bantu membantu di dalam peperangan menjatuhkan Yoshinaka.
Saat itu Noriyori bertindak sebagai panglima besar pasukan utama, sedangkan Yoshitsune sebagai panglima pasukan bayangan.
Noriyori adalah anak keenam dari Yoshitomo. Ibunya adalah pelacur di Penginapan Ikeda. Dia dibesarkan oleh Fujiwara no Norisue di Mutsu. Jadi, sama
seperti Yoshitsune, Noriyori juga merupakan saudara tiri dari Yoritomo.
Cuplikan 4
Universitas Sumatera Utara
Noriyori :“Di Hiraizumi banyak orang asing ya.”
Yoshitsune :“Ya, mereka negeri Chin. Mereka suka bergaul. Model rambutnya
memang aneh, tapi mereka orang baik.” Vol. 18 hal. 71
Analisis:
Di Hiraizumi banyak berkeliaran orang asing yang berasal dari negeri Chin China, mereka melakukan perdagangan di Hiraizumi, mulai dari berdagang
obat, kuda, kain sutra, patung Budha dan lain sebagainya. Mereka memasuki wilayah Hiraizumi bukan hanya melalui jalur darat, tapi juga jalur sungai, karena
ada pelabuhan sungai di Hiraizumi, yaitu Kitagami. Hal ini sesuai dengan sejarah bahwa pada akhir zaman Heian, saat
Kiyomori berkuasa pelabuhan mulai dibuka, jadi perdagangan dengan negeri asing mulai dijalankan lagi.
Kiyomori berfikir bahwa dengan membangun kerjasama perniagaan dengan luar negeri, budaya baru akan masuk sehingga kemakmuran tidak hanya
dinikmati keluarganya, tetapi juga untuk rakyat. Padahal pada awal zaman Heian, kerjasama dengan bangsa luar terutama Cina mulai dikurangi, tetapi saat
Kiyomori berkuasa Kebudayaan Dinasti Sung di Cina mulai masuk lagi ke Jepang. Bukan hanya barang dagangan, tapi juga buku sejarah atau ekonomi diimpor
untuk dipersembahkan ke Istana Kekaisaran. Rute baru Laut Dalam Seto dibuka, Pelabuhan Hyogo dibangun serta diperbaiki hingga menjadi ramai dengan kapal
Jepang maupun Sung. Oleh karena itu bukan hanya pelabuhan di Ibukota aja yang dibuka, di Hiraizumi pun demikian.
Karena di Hiraizumi, emas mudah didapat, maka mereka dapat menjual dagangan mereka dengan harga tinggi, atau atau ditukar dengan sejumlah emas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan