dipimpin oleh Minamoto no Yoritomo dan Genji yang dipimpin oleh Minamoto no Yoshinaka dari Kiso, yang tidak lain merupakan sepupu dari Yoritomo sendiri.
Saat klan Taira meninggalkan ibukota Kyoto, Genji dari pihak Yoshinaka memasuki wilayah ibukota dan menggantikan kekuasaan Taira. Tetapi keadaan ini
tidak bertahan lama. Sementara itu di Kamakura, Genji dari pihak Yoritomo semakin memperkuat prajuritnya bersama adiknya Minamoto no Yoshitsune.
Minamoto no Yoritomo berhasil mengalahkan sisa-sisa keluarga Taira pada tahun 1185 pada perang Dannoura. Kekuasaan pun berpindah ke klan
Minamoto. Klan Minamoto memperkuat prajuritnya di Jepang bagian timur yaitu di Kamakura Situmorang, 2009:16.
2.3.2 Keadaan Budaya
Disaat klan Fujiwara menguasai pemerintahan, anggota keluarga mereka semua tinggal di istana dan dengan cara memperkuat posisi melalui pernikahan
anggota keluarga kaisar. Jasa terbesar klan Fujiwara adalah berkembangnya budaya dan kesenian Jepang, yang mulai menggali potensi negeri sendiri, tidak
hanya mengimpor mentah-mentah budaya negara lain. Seni sastra, pakaian, melukis, puisi dan permainan olahraga seperti Igo dan Shogi berkembang di era
ini. Penghuni istana amat memiliki cita rasa seni yang tinggi. Pakaian pun dibuat indah dengan aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna
yang berbeda untuk setiap musim. Kaum wanitanya pun berbusana Kimono yang sudah menggunakan teknik pencelupan warna dan sulaman yang indah.
Dalam masa Heian, timbul semangat “ke-Jepangan” yang lebih kuat dan hubungan dengan Cina pun mulai dikurangi. Bahasa Jepang yang banyak
menggunakan huruf Cina atau Kanji, mulai dikembangkan dengan huruf Jepang
Universitas Sumatera Utara
“kana” yang disempurnakan, berupa Katakana dan Hiragana Suryohadiprojo, 1985:13.
Walaupun pada masa itu sistem tulisan Hiragana Katakana telah diciptakan, tetapi huruf Kanji Cina tetap dipakai oleh kaum pria dari kalangan atas
yang membuktikan bahwa ia terpelajar. Dengan adanya perkembangan bahasa, dunia sastra juga berkembang.
Dalam hal kesusastraan, Murasaki Shikibu, bangsawan wanita yang kala itu menulis Genji Monogatari, sebuah karya sastra yang amat diakui hingga masa
kini. Selain itu, ada juga Lady Sei Shonagon dengan bukunya Makura no Soshi dan banyak buku harian para bangsawan wanita, seperti Kagero Nikki, yang isinya
bisa dikategorikan sebagai karya sastra. Mengapa sastra lebih banyak ditulis oleh wanita? Karena zaman itu, posisi wanita dianggap cukup penting. Seorang
perempuan bila pandai menulis puisi atau cerita, bermain musik, maka ia bisa masuk ke kalangan atas dengan menjadi selir atau istri. Kaum bangsawan pria
sering meminta selirnya untuk menciptakan puisi secara mendadak, jadi apabila sang wanita bisa memenuhi permintaannya itu, ia akan dihormati. Dengan
pengaruh ini, nuansa kebudayaan Jepang berkembang dengan penuh cita rasa dan keindahaan.
Munculnya Konjaku Monogatari kisah masa lalu dan sekarang pada sekitar tahun 1100 menambah dimensi baru pada kesusastraan. Lebih dari 1000
koleksi kisah Buddhis dari China, India dan Jepang ini menonjol akan penggambarannya yang penuh tentang kehidupan bangsawan dan rakyat
kebanyakan di Jepang pada waktu itu Kedutaan Besar Jepang, 1985:163.
Universitas Sumatera Utara
Pada zaman Heian juga terdapat beberapa festival yang dilaksanakan seperti Aoi Matsuri, Jidai Matsuri, Hina Matsuri dan lain sebagainya. Dalam
festival ataupun acara hiburan, salah satu pertunjukkan yang dipertunjukkan adalah tarian Shirabyoushi, tarian ini muncul sejak awal zaman Heian.
2.3.3 Keadaan Masyarakat