Jenis Usaha PENGERTIAN PERUSAHAAN ASURANSI

1. Pengertian Utang yang tidak didefinisikan secara tegas sehingga menimbulkan banyak interpretasi mengenai utang tersebut; 2. Pengertian kreditor yang tidak membatasi kreditor mana saja yang dapat mengajukan permohonan kepailitan; 3. Pengertian utang jatuh tempo; 4. Eksekusi putusan pengadilan niaga yang masih mencerminkan inkonsistensi dalam penerapan hukum kepailitan; dll

B. PERUSAHAAN ASURANSI PADA UMUMNYA

1. PENGERTIAN PERUSAHAAN ASURANSI

a. Jenis Usaha

Perasuransian Istilah perasuransian melingkupi kegiatan usaha yang bergerak di bidang usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menentukan: “Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau tehadap hidp atau meninggalnya seseorang”. Pasal 2 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menentukan: “Usaha penunjang usaha asuransi adalah yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian kerugian asuransi, dan jasa aktuaria.” Dalam pasal 3 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Usaha asuransi dikelompokkan menjadi 3 tiga jenis, yaitu: a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa tidak pasti. b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. c. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam asuransi utang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Dalam pasal 3 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, usaha penunjang usaha asuransi dikelompokkan menajdi 5 lima, yaitu: 109 a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti kerugian dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. b. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian 109 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Pt. Citra Aditya bakti, Bandung, 2002, hal. 30. ganti kerugian reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan Perusahaan Asuransi. c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan. d. Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria. e. Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Pengelompokan jenis usaha perasuransian dalam pasal 3 tersebut didasarkan pada pengertian bahwa perusahaan yang melakukan usaha asuransi adalah perusahaan yang menanggung risiko asuransi. Selain itu di bidang perasuransian terdapat pula perusahaan- perusahaan yang kegiatan usahanya tidak menanggung risiko asuransi yang kegiatannya dikelompokkan sebagai usaha penunjang usaha asuransi. Walaupun demikian sebagai sesama usaha penyedia jasa di bidang perasuransian, perusahaan di bidang uasaha asuransi dan penunjang usaha asuransi merupakan mitra usaha yang saling membutuhkan dan saling melengkapi, yang secara bersama-sama perlu memberikan kontribusi bagi kemajuan sektor perasuransian di Indonesia. Selain pengelompokkan menurut jenis usahanya, usaha asuransi dapat pula dibagi berdasarkan sifat dan penyelenggaraan usahanya menjadi 2 dua kelompok, yaitu: a. Usaha asuransi sosial dalam rangka penyelenggaraan Program Asuransi Sosial yang bersifat wajib compulsary berdasarkan undang-undang dan memberikan perlindungan dasar untuk kepentingan masyarakat. b. Usaha asuransi komersial dalam rangka penyelenggaraan Program Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa yang bersifat kesepakatan voluntary berdasarkan kontrak asuransi dengan tujuan memperoleh keuntungan motif ekonomi.

b. Bentuk Hukum Usaha Perasuransian