2. Apakah lebih baik dijual secara
borongan atau dijual retail; 3.
Apakah lebih baik dijual per bagian dari bisnis atau dijual keseluruhan
dalam satu paket; 4.
Apakah perlu memakai perantara profesional atau tidak;
5. Apakah perlu dilakuakan tender atau
tidak; 6.
Apakah perlu dibuat iklan penjualan; UU Kepailitan Pasal 185
mengintrodusir 2 dua cara penjualan aset debitur yaitu :
1. Menjual didepan umum melalui Kantor Lelang;
2. Menjual dibawah tangan dengan ijin Hakim Pengawas seperti negosiasi,
tender terbatas, iklan surat kabar dan lain sebagainya.
c. Tanggung jawab Kurator
Selanjutnya mengenai tanggung jawab kurator, kepada siapa kurator bertanggung jawab dan
bagaimana wujud pertanggung jawabannya dapat dilihat dari diagram berikut
162
: Diagram 7. Diagram Tanggung Jawab Kurator dan Pengurus
Pasal 72 jo Pasal 234 Ayat 4 Kurator
Pihak yang
dirugikan Pengurus
bertanggung jawab pribadi atas Kesalahan
dan kelalainnya
dalam Pengurusan
dan Pemberesan
Pasal 202 Ayat 3 Kurator Hakim
Pengawas tanggung
jawab tentang
kepengurusan Sebulan
setelah proses kepailitan selesai
Pasal 74 Kurator Hakim
Pengawas laporan tiga bulanan selama proses
162
Ibid, Hal. 53
Pailit dan Pelaksanaan tugas curator
Pasal 167 Ayat 1 Kurator Debitur
perhitungan dan
pertanggungjawaban Setelah
pengesahan perdamaian
inkracht Dihadapan
Hakim Pengawas
Pasal 239 Ayat 1 Pengurus
Publik perhitungan
dan pertanggungjawaban
Setelah pengesahan
perdamaian inkracht
6 Panitia Kreditur
Pada prinsipnya panitia kreditur adalah pihak yang mewakili pihak kreditur sehingga panitia kreditur tentu
akan memperjuangkan segala kepentingan hukum dari pihak kreditur. Ada 2 dua macam panitia kreditur
berdasarkan UU kepailitan, yaitu : a.
Panitia Kreditur Sementara yang ditunjuk dalam putusan pernyataan pailit;
b. Panitia Kreditur Tetap yakni yang dibentuk oleh
hakim pengawas apabila dalam putusan pailit tidak diangkat panitia kreditur sementara.
Atas permintaan kreditur konkuren dan berdasarkan putusan kreditur konkuren dengan suara terbanyak
biasa simple majority, hakim pengawas berwenang menggantikan panitia kreditur sementara dengan
panitia kreditur tetap atau membentuk panitia kreditur tetap jika tidak diangkat penitia sementara. Dalam hal
ini hakim pengawas wajib menawarkan kepada para kreditur untuk membentuk suatu panitia kreditur
tersebut. Kemudian khusus dalam hal prosedur penundaan
kewajiban pembayaran utang, maka Pengadilan harus mengangkat suatu panitia kreditur jika :
1. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang dalam jumlah yang besar dan rumit; 2.
Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditur konkuren yang mewakili paling sedikit ½ bagian
dari seluruh tagihan yang diakui Pasal 231 Ayat 1 UU Kepailitan
7. Pengurus Pengurus hanya dikenal dalam proses penundaan
kewajiban pembayaran utang tetapi tidak dikenal dalam proses kepailitan. Yang dapat menjadi pengurus adalah
: a.
Perorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam
rangka mengurus harta debitur;
b. Telah terdaftar pada departemen yang berwenang
Pasal 234 Ayat 3 UU Kepailitan. Mengenai hubungan kerja antara pengurus dengan
panitia kreditur Pasal 231 Ayat 2 dapat dilihat sebagai berikut
163
: Diagram 8
Diagram Hubungan Kerja Antara Pengurus dan Panitia Kreditur
163
Ibid, Hal. 40
Panitia member rekomendasi Pengurus
Panitia Kreditur
Pasal 231 Ayat 2
Pengurus wajib meminta pertimbangan saran Panitia Kreditur
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keengganan Kreditor