Kategori pantangan perbuatan Bentuk Ungkapan Pantangan di Lingkup Keluarga

Ungkapan pantangan pada data 6 pantangan di atas, merupakan pantangan yang menyatakan pekerjaan menjahit di malam hari. Menjahit di malam hari berarti melanggar pantangan dalam keluarga karena hal tersebut tidak diijinkan keluarga. Apabila menjahit dimalam hari maka akan membutakan mata. Hal ini merupakan suatu alasan yang selalu disampaikan orang tua dalam menjaga kesehatan anak-anaknya serta menganjurkan untuk menjaga adat istiadat yang diberlakukan dalam keluarga. Ungkapan pantangan pada data 7 juga meruapakan ungkapan pantangan kategori pekerjaan melewati bawah jemuran. Apabila melewati di bawah tali jemuran maka ketampanan pada wajah anak laki-laki akan hilang atau dengan kata lain wajah seorang anak laki-laki tidak memiliki cahaya untuk memikat seorang gadis. Ungkapan pantangan ini masih dijalankan sebagai suatu adat istiadat yang tidak mengijinkan anak laki-laki melewati bawah tali jemuran.

4.1.1.3 Kategori pantangan perbuatan

Tradisi pantangan mencelupkan tangan kedalam panci berkaitan dengan gejala alam. Apabila melanggar pantangan tersebut, hujan akan turun dengan deras pada saat melangsungkan acara pernikahan, dan pantangan menggunakan tutup panci sebagai piringnya juga akan berdampak pada diri sendiri seperti menutup-nutupi permasalah tidak baik. Oleh karena itu, para orang tua selalu mengajarkan kepada anak-anaknya yang masih muda dan masih perawan untuk tidak melanggar perbuatan yang dipantangkan berdasarkan norma adat dalam keluarga. Latar belakang budaya masyarakat setempat mencerminkan kepercayaan terhadap nilai keyakinan adat maupun agama. Dengan menjaga aturan pantangan berarti juga menjaga keselamatan dan kebahagian diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat Tidung secara umum. Pantangan yang berkaitan dengan perbuatan, dapat dilihat berikut ini. 8 nupo kalap ngagog de kulon, lala ko kawin dasam bangot “tidak boleh mencelupkan tangan ke dalam periuk, nanti waktu menikah akan turun hujan lebat” 9 sama ngakan de dalom tutub belanga “jangan makan menggunakan tutup panci sebagai piringnya” 10 sama ngakan gebengkulung “jangan makan saling berbelakangan” 11 sama temudung desawat ubut. nakan kupos keno “jangan duduk di atas bantal nanti dimakan bisul” 12 nupo kalap ngentinu kanon masin de dalom taun “tidak boleh membakar ikan kering didalam hutan” 13 nupo kalap malong jualop waktu ulun azan magrib „tidak boleh tidur di sore hari saat orang azan magrib” 14 nupo kalap ningkang de apon, siyal jadi ne “tidak boleh melangkahi pancing, nanti susah dapatnya” Ungkapan pantangan pada data 8 dan 9 merupakan pantangan berdasarkan sikap dan perilaku ataupun perbuatan. Pantangan memasukan tangan ke dalam panci atau tutup panci dijadikan pengganti piring maka keluarga akan beranggapan anak itu tidak memperdulikan perbuatan yang baik serta telah melanggar norma kekeluargaan. Kemudian pelanggar pantangan itu tentu tidak akan merasakan kebahagiaan dan keselamatannya pun akan terancam karena akibat dari perbuatan yang salah yang seharusnya tidak pantas untuk dilakukan. Pada data 10 merupakan pantangan berdasarkan perbuatan. Sikap dan perbuatan makan saling berbelakangan tidak dianjurkan dalam keluarga. Apabila makan saling berbelakangan maka diakhirat kelak tidak akan bertemu dengan keluarga. Ungkapan pantangan ini merupakan perbuatan yang tidak baik serta melanggar norma dalam keluarga. Para orang tua selalu menyampaikan pantangan tersebut guna menjaga hubungan keharmonisan antara keluarga. Pada data 11 merupakan pantangan yang menyatakan perbuatan. Pantangan duduk di atas bantal merupakan perbuatan yang tidak baik serta melanggar sopan santun dalam keluarga. Pelanggar pantangan duduk di atas bantal akan terancam kesehatan tubuhnya karena akibat dari perbuatan yang buruk telah dilakukan. Adapun ciri pantangan yang telah dilalaikan menimbulkan penyakit bisul yang akan tumbuh pada bagian tumbuh si pelanggar pantangan. Pada data 12 di atas merupakan pantangan berdasarkan sikap dan perbuatan. Pantangan membakar ikan didalam hutan dianggap perbuatan yang menimbulkan keburukan dan tidak diijinkan oleh budaya dalam keluarga. Apabila pantangan dilanggar maka akan mendatangkan mahluk halus seperti imbeluwo atau hantu hutan. Para orang tua selalu memberikan alasan untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain guna menjaga keselamatan pada waktu didalam hutan. Ungkapan pantangan pada data 13 tidur di sore hari disaat azan magrib berarti melanggar pantangan dalam keluarga karena dianggap merugikan diri sendiri. Apabila tidur disaat azan magrib maka seseorang akan ketdiduran selama- lamanya atau dengan kata lain meninggal dunia. Para orang tua selalu memberikan alasan untuk tidak melanggar norma adat dalam keluarga serta tidak melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan mengedepankan keselamatan. Pantangan ini berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat Tidung terhadap hal-hal perbuatan buruk. Jadi, sebaiknya seseorang mempertimbangkan saat yang tepat untuk beristirahat. Ungkapan pantangan ini mencerminkan budaya anggota masyarakat Tidung yang selalu mengedepankan keyakinan adat istiadat dalam keluarga. Ungkapan pantangan pada data 14 di atas juga merupakan pantangan yang menyatakan perbuatan melangkahi pancing. Apabila melangkahi pancing maka akan mempengaruhi hasil tangkap para nelayan. Hal tersebut tentu didasari oleh budaya kehidupan masyarakat Tidung yang hidup bergantung pada hasil laut. Dengan demikian, para nelayan selalu mengedepankan adat istiadat budaya dalam mencari usaha.

4.1.2 Bentuk Ungkapan Pantangan Menyatakan Mistis