Relativitas Bahasa KAJIAN PUSTAKA

masyarakat budaya. Nilai budaya juga memperlihatkan cara yang berbeda-beda. selain itu, juga bahasa bukan hanya untuk menentukan kebudayaan melainkan juga untuk memahami jalan pikiran penuturnya masyarakat dalam suatu budaya.

2.6 Relativitas Bahasa

Relativitas bahasa pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm van Humboldt dalam Mu’nayah, 2012:26, berpendapat bahwa terdapat hubungan yang erat antara masyarakat, bahasa dan kebudayaan. Selanjutnya, Humboldt menyatakan bahwa setiap bahasa memiliki perbedaan antara bahasa satu dengan bahasa lainnya, kemudian dari itu pikiran dan bahasa merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Humboldt juga menegaskan bahwa struktur bahasa berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir manusia, dan dalam setiap bahasa terkandung pandangan dunia yang khas. Kebudayaan hampir tidak dapat dipahami sebelum memahami suatu bahasa yang berkembang dalam kebudayaan. Atas dasar itu tentu diperlukan ilmu yang sesusai dalam membidangi pemahaman terhadap bahasa dan kebudayaan Frans Boaz, 1858-1942. Boaz merupakan seorang antropologi yang menghubungkan antara bahasa dengan realitas dari pengalaman bahasa tersebut. Ia memadukan kedua ilmu tersebut dalam suatu kemasan disiplin ilmu yang dinamakan antropolinguistik. Buah pemikiran Boaz tentu menjadi pendorong bagi para ahli antropolinguistik ikut serta berpendapat bahwa relativitas bahasa merupakan inti dari ilmu antropololinguistik. Pemahaman ataupun pemikiran Boaz yang berkaitan dengan relativitas bahasa, dikembangkan oleh Edward Sapir 1884-1939 dan Benjamin Lee Whorf 1897-1941. Menyatakan bahasa merupakan sebuah fenomena yang bersifat relatif antara bahasa satu dengan yang lain. Selain itu tidak ada bahasa memiliki kesamaan yang dominan dalam proses mengungkapkan sebuah realitas yang sama. Dari konsep tersebut maka munculah hipotesis Sapir dan Whorf yang berhubungan dengan relativitas bahasa dan determinisme, relativitas bahasa merupakan perbedaan struktur bahasa secara umum yang bersifat paralel dengan perbedaan kognitif non-bahasa. Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pola pikiran orang yang menggunakan bahasa, sedangkan determinisme merupakan struktur bahasa yang mempengaruhi persepsi manusia terhadap realitas. Dengan demikian, kedua hipotesis tersebut merupakan hipotesis yang diungkapkan oleh Sapir dan Worf.

2.7 Konsep, Simbol, dan Makna