Ungkapan pantangan di atas, merupakan sebagai alat kontrol dalam kehidupan masyarakat Tidung agar dapat memahami serta mematuhi ungkapan
pantangan yang ada dalam masyarakat Tidung di desa Salimbatu.
2.4 Pendekatan-Pendekatan Terhadap Penelitian Linguistik Antropologi
Ruang lingkup penelitian mengacu pada pendekatan linguistik antropologi sebagai kajian bahasa dan dianggap sesuai untuk mengungkapkan
makna yang terkandung pada budaya terhadap pantangan masyarakat Tidung. 1.
Pendekatan Struktural, 2.
Pendekatan Semiotik 3.
Pendekatan Etik dan Emik 4.
Pendekatan Etnografi 5.
Pendekatan Hermeneutika dan Fenomenologi.
Berdasarkan beberapa pembagian pendekatan linguistik antropologi dianggap relevan dapat dilihat sebagai berikut:
2.4.1 Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural digunakan sebagai pendekatan untuk penelitian linguistik antropologi atau dengan kata lain linguitik kebudayaan, pendekatan
tersebut berhubungan dengan adanya bahasa dalam suatu budaya yang memiliki makna tertentu. Ola 2010:8 mengatakan pendekatan linguistik kebudayaan
diperlukan karena bahasa, kebudayaan, makna merupakan suatu sistem bentuk,
fungsi, dan makna bahasa dapat mengungkapkan makna budaya. Sementara Menurut Mu’nayah 2012:12 pendekatan struktural merupakan pendekatan
penelitian antropolinguistik dengan menggunakan beberapa analisis, yaitu bentuk,
makna, dan fungsi bahasa untuk mengungkapkan kebudayaan.
Berdasarkan kaitannya dalam penelitian ini, pendekatan teori struktural dipakai untuk menentukan bentuk, makna, dan fungsi bahasa ungkapan pantangan
dalam masyarakat Tidung yang ada di Kalimantan Utara. Adapun maksud dari penentuan bentuk satuan gramatikal tersebut yaitu frasa, klausa, dan kalimat.
2.4.2 Pendekatan Semiotik
Van Zoest 1993:1 menjelaskan semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. Jika ditinjau secara umum semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda, seperti bahasa, kode, sinyal,
dan sebagainya Halliday dan Ruqaiya Hasan, 1994:3.
Santoso 2003:6 mengatakan bahwa semiotik adalah cenderung melihat bahasa adalah sistem tanda atau simbol yang mengekspresikan nilai dan norma
cultural dan sosial suatu masyarakat tertentu di dalam sutau proses sosial kebahasaan. Selanjutnya Santoso 2003 menjelaskan ilmu semiotik tidak lagi
cendurung melihat bahasa sebagai entitasnya, melainkan melihat bahasa sebagai realitas sosial. Baik bahasa dan kebudayaan, keduanya merupakan sistem tanda
Hoed, 1991:11.
Sehubungan dari beberapa pendapat di atas, bahwa manfaat pendekatan semiotik dipakai untuk penelitian linguistik antropologi yang berkaitan dengan
simbol-simbol budaya yang digunakan suatu masyarakat pemilik budaya. Simbol- simbol yang dimaksud yaitu simbol berupa verbal dan simbol berupa non-verbal.
Dari pernyataan itu, ungkapan pantangan dalam masyarakat Tidung merupakan simbol atau tanda budaya untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam
melakukan tindak tutur secara lisan.
2.4.3 Pendekatan Etik dan Emik