itu, untuk menyiarkan ajaran Rasulullah dari satu negeri ke negeri lain. Orang tua bijak itu membimbing Ramli agar bersikap rendah hati, jangan
sombong, menghormati adat istiadat yang berlaku dinegeri orang, bersikap welas asih, yang tua dihormati yang muda disayangi, dan ringan tangan
dalam memberi bantuan pada orang yang memerlukan bantuan, agar kelak Ramli dikasihi Allah”.
Demikian lah paparan watak dan perwatakan dalam cerita rakyat keramat kuda. Berdasarkan paparan tersebut terlihat bahwa watak atau tokohnya hanya
tiga orang. Yaitu Ramli, Datok Pao dan Tuan Syekh Maulana Maghribi yang digambarkan dengan baik karena watak ketiga tokoh tersebut sangat hidup
layaknya manusia dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan perwatakannya yang digambarkan oleh pengarang seperti sifat dan prilaku
manusia dalam kehidupan yang nyata pada zamannya.
4.2 Nilai-Nilai Sosiologis Cerita Keramat Kuda
4.2.1 Sifat Kikir dan Kejam Dalam cerita Keramat Kuda, sifat kikir dan kejam Datok Pao kepada
pembantu dan penduduk desa mengkudu begitu jelas, akibatnya pembantu dan penduduk sekitar sangat membenci Datok Pao. Hal ini dapat terlihat pada kutipan
cerita berikut : “Walaupun Datok Pao sangat kaya namun dia memiliki sifat kikir,
sombong, kejam dan angkuh. Hampir setiap hari ada saja pembantunya berhenti, disebabkan tidak tahan menerima caci maki serta pukulan Datok
Pao yang ringan mulut dan ringan tangan, sementara upah yang diberikan sangat kecil”.
Universitas Sumatera Utara
Kekejaman Datok Pao juga terlihat pada ramli pengurus kuda milik Datok Pao, Datok Pao tak segan-segan menendang ramli kerana sifat ringan tangan
Datok Pao. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Sore harinya ketika Datok Pao mau melakukan kegiatan berjalan keliling
kampung, dia menyuruh ramli mengeluarkan putih. Ramli ke istal mengeluarkan putih dan membawanya ke Datok Pao”.
“Datok Pao terkejut melihat keadaan siputih, langkahnya lamban, matanya merah berair, hidungnya mengeluarkan lendir dan tubuhnya panas tinggi.
“Hei, budak celaka, kenapa Siputih?”, bentaknya dengan suara kasar. Ramli menjawab dengan ketakutan, “Siputih, siputih sakit Datok.” “Sakit?
Kenapa dia sakit, apa tak kau urus?” sergahnya kasar, sambil mendekati Ramli dan melayangkan tangannya yang besar ke pipi ramli”.
“Menerima tamparan itu ramli tersungkur, pipinya merah, bibirnya pecah berdarah. “Ampun, ampunkan hamba Datok,” mohon Ramli dengan suara
kesakitan”.
“Tanpa merasa kasihan, dengan barangnya Datok Pao menendang Ramli, kemudian melemparkannya keluar istana. Ramli pingsan, melihat itu
Datok Pao meninggalkannya”.
4.2.2 Sifat Sombong dan Angkuh Dalam cerita Keramat Kuda ini, sifat sombong dan angkuh juga dimiliki
Datok Pao, sifat ini terlihat ketika Datok Pao berkendara atau menunggangi kuda putih miliknya itu. Hal ini dapat terlihat pada kutipan cerita berikut :
“Salah satu perbuatan Datok Pao yang sangat dibenci masyarakat adalah jika Datok Pao sedang mengendarai Siputih, dia akan menabrak siapa saja
yang berpapasan dengannya, tak peduli oraang itu anak-anak atau pu yang sudah lanjut usia. Bila orang yang ditabraknya itu melawan, tak urung ia
akan mengentikan siputih dan langsung mengajak orang itu berkelahi, itu sebabnya maka penduduk kampung mengkudu sangat membencinya, da
bila mereka berpapasan dengan nya, maka akan segera menghindar atau menjauh”.
Universitas Sumatera Utara
Sifat sombong dan angkuhnya ini tidak terlepas dari kekutan atau ilmu yang dimilki Datok Pao, sehingga penduduk sekitar tidak ingin berurusan dengan
Datok Pao. Kekuatan datok pao terdapat pada kaca mata hitam nya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Datok Pao belum pernah terkalahkan dalam perkelahiannya, konon kekuatan terletak pada kaca mata hitam yang selalu dikenakannya, bila ia
menggunakan kaca mata itu, dia akan menjadi sakti mendera guna, tidak dapat ditembus oleh senjata apapun”.
4.2.3 Kasih Sayang Dalam cerita Keramat Kuda ini, kasih sayang yang diberikan oleh Ramli