Hubungan perwatakan dan alur mejadi penting karena perwatakan adalah sifat menyeluruh manusia yang disorot, termasuk perasaan, keinginan, cara berfikir dan
cara bertindak. Bangun, dkk 1993 : 32, “Perwatakan atau tokoh dapat dilihat melalui
tiga aspek yaitu aspek psikologis, visiologis dan sosiologis”. Perwatakan adalah karakter dari tokoh. Dalam hal ini pengertian sifat atau
ciri khas yang terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan yang lainnya. Gambaran watak tokoh dapat diketahui melalui apa yang
diperankan dalam cerita tersebut, kemudian jalan pikirannya serta bagaimana penggambaran fisik tokoh.
Aspek perwatakan karakter merupakan imajinasi pengarang dalam membentuk suatu personalita tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang
sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri seseorang tokoh yang ada dalam karyanya.
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan sosiologi sastra sebagai
landasan teori dalam menganalisis cerita rakyat Keramat Kuda. Menurut teori ini,
karya sastra dilihat hubungannya dan kenyataan, di mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan-kenyataan yang mengandung arti luas, yakni segala
sesuatu yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh sosiologi sastra. Abrams Damono, 1981 : 179, mengatakan bahwa “Sosiologi sastra
diaplikasikan pada tulisan-tulisan para kritikus sejarawan sastra yang menaruh
Universitas Sumatera Utara
prihatin utama pada cara atau keadaan seseorang pengarang dipengaruhi kelas sosialnya, ideologi sosialnya, kondisi ekonominya, profesinya, dan pembaca”.
Welleek dan Warren dalam Damono,1999 : 84, “Mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi : pertama, sosiologi pengarang yang
memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yanag
memasalahka karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Ketiga,
sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra”.
Adapun nilai-nilai sosiologis menurut pendapat Welleek dan Werren adalah sistem politik, ekonomi dan sosial. Hal ini untuk melihat pengaruh
masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan bersifat deskriptif, yang oleh Nawawi 1987 : 63 diartikan “Sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat
sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Dengan demikian dalam penelitian ini penulis hanya mendeskripsikan
data-data fakta yang terdapat didalam cerita sehingga dapat diketahui unsur-unsur pembentuk ceritanya dan nilai-nilai sosiologisnya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di desa Mata Pao kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai. Penulis memilih lokasi ini karena masih banyak
masyarakat yang melakukan ritual di Keramat Kuda tetapi tidak mengetahui benar cerita Keramat Kuda yang sebenarnya, penulis juga mengetahui lokasi ini
karena penulis tinggal di kabupaten yang sama. Maka penulis ingin mengetahui
lebih dalam tentang cerita rakyat Keramat Kuda tersebut agar nanti nya cerita ini
dapat diketahui masyarakat dan generasi muda yang membacanya.
Universitas Sumatera Utara