Alur atau Plot Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Keramat Kuda

Hal ini melihatkan begitu sombong dan agkuhnya Datok Pao ketika menunggangi kuda miliknya tanpa memperdulikan penduduk lain yang melitas atau sekedar berpapasan dengannya. Dalam bagian cerita ini diceritakan bahwa kesombongan dan keangkuhan Datok Pao tidak terlepas dari kekuatan yang dimilikinya, kekuatan itu terletak pada kaca mata hitam yang dikenakannya, hal itu menyebabkan dalam perkelahiannya Datok Pao tidak sekalipun terkalahkan. Akan tetapi sesombong dan sekuat apapun Datok Pao, iya akhirnya meninggal dunia akibat kesombongan dan keangkuhanya sendiri, ia meninggal akibat terjangan kaki kuda nya Siputih sendiri yang tidak terima orang yang selalu merawatnya aka ditebas lehernya oleh Datok Pao. Dari cerita Keramat Kuda tampak unsur-unsur kesombongan yang dimilki oleh Datok Pao sebagai orang kaya pada zamannya. Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tema dari Keramar Kuda adalah kesombongan dan keangkuhan dapat merugikan diri sendiri.

4.1.2 Alur atau Plot

1. Situation pengarang mulai melukiskan suatu keadaan Situation merupakan tahap awal dari bagian sebuah cerita dan memperkenalkan terlebih dahulu tentang permulaan terjadinya sebuah kisah atau dapat disebut pengantar cerita. Universitas Sumatera Utara Cerita Keramat Kuda ini mengisahkan tentang seorang anak yang bernama Ramli, yang terpaksa mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini didukung oleh kutipan cerita berikut : “Dikampung mengkudu, tinggal seorang anak bernama Ramli, Ramli sejak kecil sudah mejadi yatim piatu, ia terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai pengurus kuda juragan kaya Datok Pao namanya”. 2. Generating Circumtances peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak Peristiwa selanjutnya mulai terjadi setelah melihat sifat Datok Pao yang kikir, sombong, kejam dan angkuh. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan cerita berikut : “Walaupun Datok Pao sangat kaya namun dia memiliki sifat kikir, sombong, kejam dan angkuh. Hampir setiap hari ada saja pembantunya berhenti, disebabkan tidak tahan menerima caci maki serta pukulan Datok Pao yang ringan mulut dan ringan tangan, sementara upah yang diberikan sangat kecil”. 3. Rising Action keadaan mulai memuncak Keadaan mulai memuncak ketika Datok Pao dengan sombong dan angkuh menunggangi kuda putihnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “Salah satu perbuatan Datok Pao yang sangat dibenci masyarakat adalah jika Datok Pao sedang mengendarai Siputih, dia akan menabrak siapa saja yang berpapasan dengannya, tak peduli orang itu anak-anak atau pun yang sudah lanjut usia. Bila orang yang ditabraknya itu melawan, tak urung ia akan mengentikan Siputih dan langsung mengajak orang itu berkelahi, itu sebabnya maka penduduk kampung mengkudu sangat membencinya, da bila mereka berpapasan dengan nya, maka akan segera menghindar atau menjauh”. Rising Action terus meningkat saat Datok Pao melempar keluar Ramli dari Istananya. Dapat dilihat dari kutipan cerita berikut: Universitas Sumatera Utara “Sore harinya ketika Datok Pao mau melakukan kegiatan berjalan keliling kampung, dia menyuruh Ramli mengeluarkan putih. Ramli ke istal mengeluarkan putih dan membawanya ke Datok Pao”. “Datok Pao terkejut melihat keadaan Siputih, langkahnya lamban, matanya merah berair, hidungnya mengeluarkan lendir dan tubuhnya panas tinggi”. “Hei, budak celaka, kenapa siputih?”, bentaknya dengan suara kasar. Ramli menjawab dengan ketakutan, “Siputih, siputih sakit Datok.” “Sakit? Kenapa dia sakit, apa tidak kau urus?” sergahnya kasar, sambil mendekati ramli dan melayangkan tangannya yang besar ke pipi Ramli”. “Menerima tamparan itu Ramli tersungkur, pipinya merah, bibirnya pecah berdarah. “Ampun, ampunkan hamba Datok,” mohon Ramli dengan suara kesakitan”. “Tanpa merasa kesihan, dengan barangnya Datok Pao menendang Ramli, kemudian melemparkannya keluar Istana. Ramli pingsan, melihat itu Datok Pao meninggalkannya, kemudian dia membawa Siputih ke tabib hewan yang ada di kampung Mengkudu”. 4. Climax peristiwa mencapai puncak Peristiwa mencapai puncak setelah Datok Pao melihat dua pria tak mau menepi ketika iya ingin lewat, kebetulan dua pria itu adalah Ramli dan gurunya Tuan Syekh Maulana Maghribi yang baru pulang dari menyiarkan ajaran Rasulullah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “Dari jauh pun Datok menatap heran pada dua orang berpakaian putih yang tidak mau menepi, dengan marah dia memacu kudanya kearah keduan orang berbaju putih itu untuk menabraknya”. “Untuk menjaga keselamatan gurunya dengan sigap Ramli melompat kedepan menghadang kuda, jangan sampai menabrak gurunya Tuan Syekh Maulana Maghribi yang sangat dicintai dan dihormatinya”. “Disaat akan terjadi benturan, tiba-tiba Siputih yang tidak pernah melupakan Ramli memutar arah 180 derajat kebelakang, mengakibatkan kaca mata Datok Pao tercampak jatuh dan pecah mengenai batu”. “Menerima keadaan itu Datok Pao marah, iya melompat dari punggung siputih sembari mencabut pedang dan menebaskannya kearah leher Ramli, Universitas Sumatera Utara untuk menghindarkan Ramli dari sabetan pedang Datok Pao, Siputih mengangkat kedua kaki depannya dan menerkam Datok Pao”. “Pedang Datok Pao mengoyak perut Siputih, hingga mengakibatkan Siputih tewas dan Datok Pao meninggal dengan kepala pecah terkena terjangan Siputih. Melihat kejadian itu Ramli melompat memeluk tubuh Siputih dan menangis sekuat-kuatnya”. 5. Denoument pengarang memberikan pemecahan soal dalam sebuah peristiwa Pada tahapan ini Tuan Syekh Maulana Maghribi memberikan wajangan kepada masyarakat yang melihat kejadian tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “Orang yang tadinya menjauh, berdatangan dengan wajah sedih dan penuh simpati kepada siputih. Orang tua bijak Tuan Syekh Maulana Maghribi menatap kejadian itu dengan wajah penuh kasih sayang dan berwibawa sembari mengucapkan, “Innalillahi Wa Inna lllahi Raji’un. Dari Allah kembali kepada Allah. Binatang tahu balas budi mudah-mudahan dia menjadi binatang penghuni Surga kelak”. “Kemudian orang tua bijak itu memberi wejangan kepada yang hadir bahwa, dalam hidup ini kita harus saling kasih mengasihi antara sesama makhluk hidup. Jalan merupakan transportasi umum, janganlah berbuat sesuka hati, misalnya dijalanan kita berkendara haruslah menghargai pemakain jalan lainnya, jangan berkendara sangat cepat karena dapat mengganggu orang lain”. “Hargai yang lebih tua dari kita, misalnya walau kita mengendarai kendaraan super hebat, jangan sombong itu semua pinjaman dari tuhan, dari itu jika bertemu dengan orang tua dijalan hendaknya kita bertutur sapa, bersopan santun dengan cara memberi tumpangan atau bertegur sapa”. “Setelah Tuan Syekh Maulana Maghribi memberikan wejangan, Ramli memohon izin padanya untuk membuka jubah putihnya sebagai pembalut tubuh kuda putih yang kaku. Kemudian Ramli, orang tua bijak itu dan masyarakat yang menyaksikan kejadian itu menggali lubang untuk tempat peristirahatan siputih ditepi jalan dekat kejadian tragis itu. Selesai mengubur siputih mereka beramai-ramai membawa mayat Datok Pao untuk diserahkan kepada keluarganya di Istana duka”. Universitas Sumatera Utara Tempat tewasnya Datok Pao dan Siputih sekarang disebut Desa Mata Pao, sementara kuburan Siputih binatang yang tahu membalas budi itu, sampai sekarang terawat bersih yang dinamakan masyarakat sekitar dengan sebuatan Keramat Kuda. 4.1.3 Latar atau Setting Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial. Menurut Nurgiyantoro 2001 : 227 “Unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur ini walau masing- masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri , pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya”. Ketiga unsur latar tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Latar tempat, latar ini menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu maupun lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah nama- nama yang dijumpai dalam dunia nyata misalnya hutan, pantai, desa dan lain-lain. b. Latar waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang Universitas Sumatera Utara ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya persamaan perkembangan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sungguh- sungguh ada dan terjadi. c. Latar sosial, latar ini menyarankan pada hal-hal yang berhubugan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap dan lain-lain. Setelah penulis membaca dan memahami cerita rakyat Keramat Kuda maka latar yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut : 1. Latar tempat, latar tempat yang ada pada cerita Keramat Kuda yaitu : a. Di kampung Mengkudu, tempat tinggal Ramli yang bekerja untuk Datok Pao sebagai pengurus kuda. Kutipan cerita yang menegaskannya adalah : “Dikampung mengkudu, tinggal seorang anak bernama Ramli, Ramli sejak kecil sudah mejadi yatim piatu, ia terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai pengurus kuda juragan kaya Datok Pao namanya”. Universitas Sumatera Utara b. Di instal besar kandang besar, tempat Datok Pao memelihara kudanya, disini juga tempat ramli merawat kuda Datok Pao. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Datok Pao memiliki ribuan ekor kuda terawat sehat dan kuat. Kuda itu ditempatkannya pada istal besar kandang besar dibelakang istananya. Diantara ribuan ekor kuda itu, ada seekor kuda berwarna”. putih yang menjadi kuda kesayangan Datok Pao. Tidak seorang pun boleh memberi makan, memandikan atau menyentuh kuda putih itu kecuali Ramli. c. Di pondok beratap nipah, tempat ramli sadar setelah beberapa lama pingsan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Entah berapa lama ramli pigsan, ketika dia sadar, dia telah berbaring disebuah dipah kayu beralaskan kain putih di pondok beratap nipah di tepi muara sungai yang banyak tumbuh pohon nipah. Mungkin disebabkan banyaknya pohon nipah sekarang tempat itu disebut orang kampung nipah dekat pantai kelang”. d. Di tepi jalan, tempat Siputih di kuburkan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Setelah Tuan Syekh Maulana Maghribi memberikan wejangan, Ramli memohon izin padanya untuk membuka jubah putihnya sebagai pembalut tubuh kuda putih yang kaku. Kemudian Ramli, orang tua bijak itu dan masyarakat yang menyaksikan kejadian itu menggali lubang untuk tempat peristirahatan Siputih ditepi jalan dekat kejadian tragis itu” e. Di Istana Datok, masyarakat menyerahkan mayat Datok Pao. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : .”Selesai mengubur Siputih mereka beramai-ramai membawa mayat Datok Pao untuk diserahkan kepada keluarganya di Istana duka”. Universitas Sumatera Utara 2. Latar waktu, dalam cerita Keramat Kuda ini seperti yang biasa pada sebuah karya sastra lama klasik lainnya. Dalam cerita Keramat Kuda ini waktu yang diceritakan sebagian besar tidak dinyatakan dengan tepat dan jelas. Misalnya pada zaman dahulu, pada suatu hari, sore harinya, setelah beberapa minggu, setelah beberapa tahun, seminggu, beberapa minggu, setelah dua bulan, akhirnya mereka sampai, entah berapa lama, lebih kurang, sepekan lamanya, baru kembali dan sebagainya. Dan tidak jarang juga disebutkan jangka waktunya, satu malam, dua malam, minggu berganti bulan, dua bulan berlayar dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : a. Suatu hari, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Suatu hari ramli diserang sakit demam dan flu, walaupun dalam keadaan sakit ia tidak pernah melupakan tugasnya mengurus Siputih. Sambil batuk dan bersin, dikeluarkannya siputih dari istal, kemudian digosok- gosoknya kepala Siputih seperti biasanya”. b. Sore harinya, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Sore harinya ketika Datok Pao mau melakukan kegiatan berjalan keliling kampung, dia menyuruh Ramli mengeluarkan putih. Ramli ke istal mengeluarkan putih dan membawanya ke Datok Pao”. c. Entah berapa lama, dapat dilihat pada kutipan berikut : “Entah berapa lama Ramli pigsan, ketika dia sadar, dia telah berbaring disebuah dipah kayu beralaskan kain putihdi pondok beratap nipah di tepi muara sungai yang banyak tumbuh pohon nipah. Mungkin disebabkan banyaknya pohon nipah sekarang tempat itu disebut orang kampung nipah dekat pantai kelang”. Universitas Sumatera Utara d. Baru kembali, dapat dilihat pada kutipan berikut : “Alhamdulillah, hamba baru kembali menyiarkan ajaran Rasulullah dikerajaan Bedagai, dengan izin Allah hamba melintas didepan Istana Datok Pao, dengan mata hati, hamba melihat keadaanmu yang penuh penderitaan, rindu sentuhan kasih sayang, kita berjodoh, maka hamba memutuskan membawa engkau ke gubuk hamba yang buruk ini”. e. Sejak hari itu, dapat dilihat pada kutipan berikut : “Sejak hari itu Ramli belajar dan mengurus kebutuhan orang tua agung dengan tulus ikhlas penuh pengabdian. Iya selalu dibawa orang tua bijak itu, untuk menyiarkan ajaran Rasulullah dari satu Negeri ke Negeri lain. Orang tua bijak itu membimbing Ramli agar bersikap rendah hati, jangan sombong, menghormati adat istiadat yang berlaku dinegeri orang, bersikap welas asih, yang tua dihormati yang muda disayangi, dan ringan tangan dalam memberi bantuan pada orang yang memerlukan bantuan, agar kelak Ramli dikasihi Allah”. 3. Latar sosial, dalam cerita Keramat Kuda adalah keadaan sosial secara keseluruhan yang ada di dalam cerita. Latar sosial mengarah kepada hal – hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, spiritual, dan lain sebagainya. Dalam cerita ini Datok Pao dianggap sebagai orang kaya yang memiliki banyak kuda atau disebut sebagai juragan kuda dan memiliki istananya sendiri, dalam hal ini gelar datok juga tersemat pada namanya yang bila ditinjau dari segi kemasyarakatannya akan adanya sikap masyarakat melayu terhadap datuk. Dengan adanya gelar dan kelas sosial yang berbeda ini jelas dapat terlihat bahwa kelas sosial Datok Pao dengan masyarakat jauh berbeda. Universitas Sumatera Utara Dalam cerita ini juga dapat dilihat kelas sosial yang dimiliki Ramli, dimana Ramli hanya seorang yatim piatu yang harus bekerja sebagai pengurus kuda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada cerita ini sangat jelas terlihat latar sosial yang berbeda antara Datok Pao dan Ramli, yang secara kelas sosial mereka sangat jauh berbeda. Suasana umum tokoh cerita yang termasuk di dalam latar ini dimaksudkan untuk memudahkan tanggapan terhadap masalah yang akan timbul kemudian. Dalam kesempata ini, latar yang membawa sebagian perwatakan atau tokoh akan dibahas pada penokohan.

4.1.4 Perwatakan