Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Penentuan Sampel Metode Pengambilan Data Kondisi Geografis

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive sengaja dengan mempertimbangkan bahwa pelabuhan Belawan Sumatera Utara merupakan pintu gerbang ekspor kopi arabika Sumatera serta memiliki potensi dalam pengembangan budidaya kopi arabika.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 2002-2012 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS Statistical Package for Sosial Science dan berupa Data Sekunder.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Menurut Hasan 2002, Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang-orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan- laporan penelitian terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia AEKI wilayah Sumatera Utara yaitu data realisasi ekspor kopi arabika Sumatera Utara 2002-2012 dan realisasi ekspor kopi Universitas Sumatera Utara arabika Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan 2002-2012. Biro Pusat Statistik dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara yaitu data perkembangan luas areal dan produksi kopi di Sumatera Utara, data harga domestik kopi arabika Sumatera Utara. Dinas Perdagangan dan perindustrian Sumatera Utara, website ICO International Cofee Organization yaitu harga internasional kopi arabika 2002- 2012, website Worldbank.org yaitu data GDP perkapita riil negara tujuan ekspor kopi arabika Amerika Serikat, website Kementerian Perdagangan Indonesia yaitu data kurs nominal dan berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Untuk mengidentifikasi masalah 2 yang digunakan secara matematis dengan menggunakan rumus surplus konsumen dan surplus produsen Model regresi linear berganda merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah 1 faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dari dua variabel termasuk variabel tidak bebas Y, maka regresi ini disebut garis regresi linier berganda. multiple linear regression. Dalam regresi linier berganda, variabel tidak bebas Y tergantung dua atau lebih variabel Supranto, 2005. Data yang dibutuhkan adalah nilai ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil negara tujuan ekspor, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar. Maka persamaan linier berganda yang di peroleh dengan menggunakan rumus: Universitas Sumatera Utara Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + µ Keterangan : Y = Nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara a = Koefisien intersep b 1 -b 3 = Koefisien variabel regresi X 1 = Harga ekspor kopi arabika RpKg X 2 = GDP perkapita riil Amerika Serikat Rp X 3 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Rp µ = Random error Kriteria pengambilan keputusan : Secara serempak : Jika Fhitung ≤ Ftabel, terima H 1 ; tolak H O pada taraf kepercayaan 95. Jika Fhitung Ftabel, terima H O ; tolak H 1 pada taraf kepercayaan 95. Secara Parsial : Jika Thitung ≤ Ttabel, terima H 1 ; tolak H O pada taraf kepercayaan 95. Jika Thitung Ttabel, terima H O ; tolak H 1 pada taraf kepercayaan 95.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Normalitas Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis parametrik. Untuk yang menggunakan analisis parametrik seperti analisis perbandingan 2 rata-rata, korelasi, regresi dan sebagainya, maka perlu dilakukan uji normalitas data dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data Universitas Sumatera Utara tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil Priyatno,2012.

3.4.2 Uji Linearitas

Uji asumsi linearitas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian apakah model garis linear yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan keadaannya ataukah tidak. Pengujian ini perlu dilakukan sehingga hasil analisis yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan beberapa kesimpulan penelitian yang diperlukan Sudarmanto, 2005. Dalam regrei linier berganda dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan- permasalahan dalam regresi linier berganda berkaitan dengan digunakannya sejumlah variabel di dalam model adalah

3.4.3 Multikolinieritas

Menurut Supriana 2012, koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun, interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antara variabel bebas. Maksudnya, jika ada dua buah variabel, X 1 dan X 2 lalu X 1 dinyatakan sebagai fungsi linier dari X 2 atau sebaliknya, maka dinyatakan terdapat kolinieritas. Universitas Sumatera Utara Menurut Gujarati 1995 dalam Aulia 2012, multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, antara lain : a. Jika nilai Toleransi atau VIF Variance Inflation Factor kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10. b. Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8. c. Jika nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas.

3.4.4 Autokorelasi

Menurut Supriana 2012, autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu dan individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Cara mendeteksi dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas. Untuk mempermudah dalam melihat pola hubungan yang dimaksud, dapat dengan membuat plot antara kedua variabel tersebut. Menurut Nachrowi 2005, mendeteksi autokorelasi melalui uji Durbin-Watson merupakan cara yang paling populer. Aturan main menggunakan uji Durbin- Watson. Perumusan model : H = Tidak ada autokorelasi positif dan negatif H 1 = Ada auto korelasi positif atau negatif Bandingkan nilai d yang dihitung dengan d L dan d U dari tabel dengan aturan berikut: 1. Bila d d L , tolak H 0. Berarti, ada korelasi yang positif 2. Bila dL ≤ d ≤ d U , kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa. Universitas Sumatera Utara 3. Bila d U d 4-d U , jangan tolak H maupun H 1. Artinya tidak ada korelasi positif maupun negatif 4. Bila 4 – d U ≤ d ≤ 4- d L , kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa. 5. Bila d 4-d L , tolak H 1. Berarti ada korelasi negatif. Aturan main menggunakan uji Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut. Tidak Tahu Tidak tahu Korelasi positif Tidak ada korelasi Korelasi Negatif 0 d L d U 4 –d U 4-d L 4 Gambar 4. Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson Dengan Tabel Durbin-Watson

3.4.5 Pengujian Hipotesis

Menurut Koutsoyiannis 1997 dalam Siregar 2008, terdapat tiga kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi model ekonometrika yaitu : 1 kriteria ekonomi, 2 kriteria statistik, dan 3 kriteria ekonometrika. Berdasarkan kriteria ekonomi model evaluasi dengan melihat apakah tanda dan besarnya parameter dugaan peubah-peubah penjelas dalam persamaan sesuai dengan hipotesis. Berdasarkan kriteria statistik, akan dilihat besarnya nilai koefisien determinasi R 2 , nilai uji F dan uji t. Universitas Sumatera Utara Pengujian Koefisien Determinasi R 2 Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel-variabel independen menerangkan variabel dependen pada model secara bersama-sama. Nilai R 2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R 2 , maka semakin besar pula kemampuan variabel-variabel independen menerangkan variabel dependen. Pengujian Secara Serempak Uji F Uji signifikansi simultan atau uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen. Di dalam uji F digunakan hipotesis sebagai berikut : H : β 1 = β 2 = β 3 = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya adalah H 1 : H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Nilai F-hitung dicari dengan rumus sebagai berikut : �ℎ����� = �2 � − 1 1 − �2 � − � Keterangan : R 2 = koefisien determinasi n = jumlah variabel independen k = jumlah sampel Universitas Sumatera Utara Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel pada tingkat kepercayaan 5 atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H ditolak, yang berarti variabel independen secara simultan serempak mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pengujian Secara Parsial Uji t Uji parsial atau uji t mengasumsikan bahwa pada saat dilakukan pengujian untuk suatu variabel independen maka tidak terjadi perubahan pada variabel independen lainnya. Di dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut : H : β i = 0 H 1 : β i ≠ Dimana H menunjukkan hipotesis nol, sedangkan H 1 menunjukkan hipotesis alternatif, β 1 menunjukkan koefisien variabel independen ke-I. Di dalam hipotesis nol, besarnya koefisien regresi dinyatakan nol artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen ke-I dengan variabel dependennya. Nilai t- hitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : t-hitung = �� �� �� Dimana : β 1 = koefisien regresi variabel independen ke-i Se β 1 = standar error variabel ke-i Jika nilai t-hitung berada di selang -t α2 t t α2 pada tingkat kepercayaan 5 atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H ditolak, yang berarti variabel independen yang diuji mempunyai pengaruh variabel terhadap variabel dependen. Universitas Sumatera Utara

3.4.6 Analisis Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

Analisis surplus konsumen dan surplus produsen merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah 2 yaitu mengenai besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Berdasarkan kurva permintaan dan penawaran maka surplus konsumen dapat dinyatakan sebagai berikut: SK = 1 2 x Qe x Pe – P 2 Berdasarkan kurva permintaan dan penawaran maka surplus produsen dapat dinyatakan sebagai berikut: SP = 1 2 x Qe x Pe – P 1 Keterangan : SK = Surplus konsumen. SP = Surplus Produsen. Pe = Harga Keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara. Qe = Jumlah Keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara. P 1 = Harga domestik kopi arabika di Sumatera Utara. P 2 = Harga ekspor riil kopi arabika ke negara tujuan. Universitas Sumatera Utara

3.5 Defenisi Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat Defenisi dan Batasan Operasional :

3.5.1. Defenisi

1. Harga ekspor kopi arabika adalah harga di tingkat eksportir yang dinyatakan dalam satuan Rpkg. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2012. 2. GDP adalah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan di dalam suatu negara selama suatu periode waktu tertentu. GDP per kapita riil negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat dengan periode waktu yang di gunakan adalah tahun 2002-2012. 3. Nilai tukar nominal yaitu perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Istilah “nilai tukar mata uang” antara dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal ini. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2012.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurung waktu tahun 2002-2012 meliputi data nilai tukar rupiah, harga domestik kopi arabika, harga internasional kopi arabika, harga ekspor riil kopi arabika ke negara tujuan, GDP per kapita riil Amerika Serikat, produksi kopi arabika, volume ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013. Universitas Sumatera Utara BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota dahulu kotamadya, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahandesa. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² atau sekitar 14,95 dari seluruh luas Sumatera dan 3,69 dari luas wilayah Indonesia, hal inilah yang menjadikan provinsi Sumatera Utara adalah Provinsi yang sangat potensial dalam membantu dan memacu pertumbuhan ekonomi negara. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas kelompok wilayah, yaitu Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan Kepulauan Nias. Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam menunjang pertumbuhan industri. Universitas Sumatera Utara Salah satunya adalah Sumatera Utara yang tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus yang juga merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri ekspor-impor.

4.2 Kondisi Iklim dan Topografi