Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitiann

dan produksinya mengalami peningkatan setiap tahun. Kenaikan dan penurunan ekspor kopi arabika di berbagai negara tujuan di pengaruhi juga dengan perkembangan harga ekspor kopi arabika yang berubah-ubah, GDP per kapita negara tujuan ekspor, dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar. Hal inilah yang mendasari perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan ekspor? 2. Berapa besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan ekspor. 2. Untuk menganalisis besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.4 Kegunaan Penelitiann

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi para petani kopi arabika, lembaga pemasaran kopi arabika eksportir kopi arabika dalam meningkatkan ekspor kopi arabika dan kedepannya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah yang terkait untuk merumuskan kebijakan dimasa yang akan datang dalam usaha meningkatkan nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari famili Rubiaceae . Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk famili Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni : coffea canephora , yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang robusta, coffea arabica menghasilkan kopi dagang arabika, coffea excelsa menghasilkan kopi dagang excelsa, coffea liberica menghasilkan kopi dagang liberica . Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70. Jenis robusta yang mutunya berada di bawah arabika, mengambil bagian 24 produksi dunia, sedangkan liberica dan excelsa masing-masing 3. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafein lebih rendah. Maka arabika lebih mahal daripada robusta Spillane,1990. Kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyak terdapat di Ethiopia pada garis lintang belahan Utara 6-9 sampai daerah subtropis 24 pada garis lintang belahan Selatan, misalnya di Panama sebelah utara dan Brasilia. Sebenarnya jenis Arabika ini dapat hidup juga di dataran rendah sampai dataran lebih tinggi lagi, tetapi apabila Universitas Sumatera Utara ditanam di dataran lebih rendah atau lebih tinggi kurang produktif. Sebab jenis tersebut kalau ditanam di dataran rendah di bawah 1.000 m akan mudah terserang penyakit Hemileia vastatrix. Sebaliknya kalau kopi Arabika ini ditanam di dataran tinggi, yang lebih dari 1850 m, udara akan terlalu dingin sehingga akan banyak tumbuh vegetatif saja. Dan yang paling optimal bila tanaman ini di tanam pada ketinggian 1250-1850 dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 17-21 C. Di Indonesia kopi Arabika ini bisa produktif dan tahan terhadap Hemileia vastatrix, bila ditanam pada ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 16-20 C AAK, 2012. Kopi yang berasal dari Brazil dan Ethiopia ini memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan lain sebagainya. Antara kopi yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa. Berikut ciri-ciri kopi arabika: Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah, memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis robusta, memiliki rasa kental saat disesap dimulut, rasa kopi arabika lebih halus, kopi arabika juga terkenal pahit Budiman, 2012. Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut : a. Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun ± 12 sampai 15 cm, dan lebar ± 6 cm. b. Biji buah yang lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak. c. Bila batang tidak dipangkas, tinggi pohom bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping. Universitas Sumatera Utara d. Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.000-1.750 m dari permukaan laut, sedang di daerah subtropis dapat ditanam di datran rendah karena suhu lebih rendah. e. Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya menjadi terlalu awal, akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat mengganggu pembentukan buah. f. Curah hujan yang optimal sekitar 1.500-2250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim kering yang tegas 2-3 bulan demi perkembangan bunga. g. Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenangAAK, 2012. Kopi-kopi Sumatera terkenal karena halus, manis, kekentalannya yang kuat dan seimbang. Rasanya sangat tergantung pada masing-masing daerah asal, atau blending dari masing-masing daerah, perbedaan rasa akibat perbedaan lahan dan proses dapat sangat terasa. Memiliki ciri karakter rasa cokelat, tembakau, asap, tanah, dan kayu yang dapat dirasakan dengan baik dalam secangkir kopi. Adakalanya, kopi-kopi Sumatera menunjukkan kadar keasaman yang lebih tinggi, yang menyeimbangkan kekentalannya Anonimus, 2012. Ada beberapa daerah di Sumatera Utara yang terkenal menghasilkan kopi kualitas ekspor diantaranya yaitu Mandheling, adalah suatu nama dagang yang digunakan untuk kopi arabika dari Sumatera Utara. Nama ini berasal dari nama orang-orang Mandailing, yang memproduksi kopi di Tapanuli - Sumatera. Kopi Mandheling Universitas Sumatera Utara berasal dari Sumatera Utara, dan juga Aceh. Selanjutnya daerah yang menghasilkan kopi lintong, tumbuh di distrik Lintongnihuta, arah barat-daya Danau Toba. Danau yang besar ini merupakan salah satu dari yang terdalam di dunia, 505 meter. Daerah produksi kopi merupakan suatu dataran tinggi, yang terkenal akan keanekaragaman jenis tanaman paku-pakuannya. Daerah ini menghasilkan 15.000 sampai 18.000 ton kopi arabika setiap tahun. Sebuah daerah yang berdekatan, dipanggil Sidikilang, juga menghasilkan kopi arabika Anonimus, 2012. Mutu Kopi Indonesia telah menerapkan standar mutu kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi . Biji kopi sebagai komoditas ekspor telah memiliki standar nasional mutu biji kopi. Tujuannya untuk menjaga citra mutu kopi Indonesia yang konsisten berkualitas baik Rahardjo, 2012. Universitas Sumatera Utara Persyaratan umum biji kopi yang diolah secara basah maupun secara kering sebagai berikut. Tabel 4. Syarat Mutu Umum Kopi Kriteria Satuan Peryaratan 1. Serangga hidup tidak ada 2. Biji berbau busuk dan atau tidak ada atau berbau kapang 3. Kadar air fraksi massa maks 12,5 4. Kadar kotoran frkasi massa maks 0,5 Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008 Mutu biji kopi dapat juga ditentukan dengan menggunakan nilai cacat defect system . Adapun pemberian nilai cacat atas biji kopi didasarkan pada jenis cacat yang dikandung oleh biji itu sendiri. Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat sebagai berikut. Tabel 5. Klasifikasi Mutu Biji Kopi Berdasarkan Sistem Nilai Cacat Mutu Persyaratan Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 Catatan : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008 Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Hubungan Jenia Cacat Dan Nilai Cacat Biji Kopi No Jenis Cacat Nilai Cacat 1 1 satu biji hitam 1 satu 2 1 satu biji hitam sebagian ½ setengah 3 1 satu biji hitam pecah ½ setengah 4 1 satu kopi gelondong 1 satu 5 1 satu biji coklat ¼ seperempat 6 1 satu kulit kopi ukuran besar 1 satu 7 1 satu kulit kopi ukuran sedang ½ setengah 8 1 satu kulit kopi ukuran kecil 15 seperlima 9 1 satu biji berkulit tanduk ½ setengah 10 1 satu kulit tanduk ukuran besar ½ setengah 11 1 satu kulit tanduk ukuran sedang 15 seperlima 12 1 satu kulit tanduk ukuran kecil 110 sepersepuluh 13 1 stau biji pecah 15 seperlma 14 1 satu biji muda 15 seperlima 15 1 satu biji berlubang satu 110 sepersepuluh 16 1 satu biji berlubang lebih dari satu 15 seperlima 17 1 satu biji bertutul-tutul 110 sepersepuluh 18 1 satu ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 lima 19 1 satu ranting, tanah atau batu berukuran sedang 2 dua 20 1 satu ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1 satu Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. jika satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar. Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008 Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori