9
4. Minat Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan jika seseorang memiliki pengalaman kurang baik ia akan berusaha untuk melupakan, namun jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6. Kebudayaan Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara
langsung. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai
sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. 7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2. Tindakan
Menurut Notoatmodjo 2007, Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
10
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan support. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi perception : mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin guide response : dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh .
c. Mekanisme mechanism : apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan. d. Adaptasi adaptation : suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden
Notoatmodjo, 2007. Menurut Loawrence Green dalam Notoatmodjo 2007 bahwa perilaku itu
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu: a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-fakor pemungkin enabling factor, yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarrana-sarana
11
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat renforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.3 Spiritualitas
2.3.1 Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas spirituality merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi Tuhan, yang
menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat Hidayat, 2009.
Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama merupakan sistem keyakinan dan
praktik yang terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon
terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual
tertentu. Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi kekuatan pada
saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Keyakinan memberi kekuatan dan harapan Kozier, Erb, Berman Snyder, 2010.
Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak, merasakan, dan
12
keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan
semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk. Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain atau yang lebih
hebat dari diri sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling
hebat Kozier, Erb, Berman Snyder, 2010. Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan dari
Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi banyak pasien, penyakit atau kecacatan
menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau dosa yang dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan
penting dalam membantu pasien memahami proses pengampunan Kozier, Erb, Berman Snyder, 2010.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
Menurut taylor, Lillis dan Le Mone 1997 dan Craven Hirnle ,1996 dalam Hamid 2008,
faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :
1. Pertimbangan tahap perkembangan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa manusia mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama,
dan kepribadian manusia.
13
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual seseorang. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan lingkungan
pertama seseorang dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan seseorang pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan
dengan orang tua dan saudaranya. 3.
Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh
bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien terminal atau dengan prognisis yang buruk.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
14
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk menunjukkan kebesarannya, walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. 8.
Asuhan keperawatan yang kurang sesuai Ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan
peka kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan justru perawat menghindar untuk memberikan asuhan spiritual sehingga
mengakibatkan kebutuhan klien akan spiritual tidak terpenuhi. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritual,
tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya.
2.3.3 Dimensi Spiritualitas
Dimensi spiritualitas terdiri dari dua dimensi, yaitu : 1. Dimensi vertikal
Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang.
2. Dimensi horizontal Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan
orang lain, dan dengan lingkungan Stoll, 1989 dalam Hamid, 2008.
15
2.3.4 Karakteristik Spiritualitas
Menurut Hamid 2008 perawat perlu mengidentifikasi dan mengenal karakteristik spiritual agar dapat memberikan perawatan spiritual yang tepat ,
yang diuraikan sebagai berikut. 1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Pengetahuan diri siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya. b. Sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, harmoni atau keselarasan diri.
Hubungan dengan diri sendiri, pemenuhan kebutuhan spiritualitas bersumber dari kekuatan diri individu dalam mengatasi berbagai masalah.
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan individu dengan diri sendiri melalui kekuatan diri seseorang yang meliputi kepercayaan, harapan,
dan makna kehidupan Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009. 2. Hubungan dengan alam lingkungan
a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
b. Berkomunikasi dengan alam bertanam, berjalan kaki,
mengabadikan dan melindungi alam.
Hubungan dengan lingkungan, pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut
melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi
tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan Kozier, et al, 1995 dalam Rasmita, 2009.
16
3. Hubungan dengan orang lain
Harmonis a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit. c. Menyakini kehidupan dan kematian
Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain. b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.