3 KONDISI EKSISTING VHF BAND III DAN SOLUSI PERMASALAHAN

3. 3. 3 KONDISI EKSISTING VHF BAND III DAN SOLUSI PERMASALAHAN

Pita frekuensi VHF sejak tahun 1962 telah banyak dipergunakan oleh TVRI untuk memancarkan siaran ke seluruh Indonesia dari tingkat provinsi, kabupaten sampai kecamatan dengan berbagai jenis kekuatan pemancar dari low power hingga high power. Namun demikian, dalam penentukan saluran VHF yang akan digunakan di suatu wilayah siaran masih didasarkan pada hasil survey lapangan dan map survey, tidak berpedoman kepada suatu pola perencanaan saluran karena belum tersedianya rencana induk atau master plan frekuensi secara nasional.

Saat ini jumlah lokasi pemancar TVRI di seluruh Indonesia sudah mencapai lebih kurang 385 buah, sebagian besar menggunakan saluran VHF. Belum tersedianya master plan frekuensi VHF ini tentunya akan menyulitkan Direktorat Jenderal Postel untuk menetapkan penggunaan saluran televisi VHF di Indonesia bagi para penyelenggara penyiaran televisi lainnya di suatu wilayah siaran.

Metode yang digunakan dalam membuat perencanaan frekuensi saluran TV VHF yang dilaksanakan TVRI pada masa tahun 1970-an s/d 1990-an, tidak sama dengan metode perencanaan frekuensi saluran TV UHF karena beberapa kondisi yang berbeda.

Untuk memenuhi persyaratan teknis agar tidak terjadi interferensi antar stasiun pemancar, mengoptimalkan penggunaan saluran VHF serta menghindari adanya perubahan yang terlalu banyak pada saluran VHF yang telah digunakan oleh TVRI, maka metode yang paling tepat atau memungkinkan dipakai adalah melalui pengkajian wilayah cakupan siaran terhadap peta daerah jangkauan siaran TVRI dan saluran frekuensi VHF yang sudah digunakan serta memperhatikan kondisi topografi di wilayah siaran yang direncanakan.

TRANSISI MIGRASI KE DIGITAL DI BAND VHF BAND III

Sehubungan dengan rencana penghentian siaran analog di seluruh dunia, maka lebih baik konsentrasi perencanaan difokuskan pada transisi penyiaran analog ke penyiaran digital pada band VHF Band

III ini. Sambil tentunya dalam implementasi migrasi tersebut, memperhatikan kondisi layanan Siaran TV analog VHF di seluruh wilayah Indonesia. Bila penyelenggaraan multipleks TV digital (di Band UHF) diimplementasikan segera, maka sebenarnya pengoperasian Siaran TV VHF Band III dapat dihentikan segera.

Dari potensi teknologi penyiaran digital yang potensial di band III (lihat Tabel 16), maka perlu dirancang distribusi kanal frekuensi yang bisa mengimplementasikan DAB (Digital Audio Broadcasting) dan DMB (Digital Multimedia Broadcasting) secara proporsional.

Pada 15 April 2009, Keputusan Menteri Kominfo dikeluarkan, menetapkan bahwa DAB dan derivatifnya (DMB, dsb) menjadi standar resmi siaran radio digital di Indonesia pada band III. Pemerintah menetapkan 3 poin utama terkait regulasi dan kondisi teknis yang harus dipenuhi untuk keperluan migrasi ke radio digital. Ketiga poin tersebut adalah:

1. siaran digital akan diatur melalui regulasi yang lebih spesifik yang ditetapkan berdasarkan rencana frekuensi nasional

2. Perlengkapan DAB/DAB+ harus memenuhi standard nasional Indonesia (SNI) yang akan ditentukan kemudian

3. Rencana sosialisasi akan dibuat

Penyelenggaran siaran radio digital secara f r ee-t o-ai r melalui DAB sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan kepadatan penggunaan siaran radio FM, terutama di kota-kota besar. Sedangkan model bisnis DMB terkait dengan penyelenggaraan telekomunikasi selular, dapat berupa free-to-air ataupun berbayar, dan terbatas dengan menyediakan empat s/d enam konten di gi t al mobi l e mul t i medi a . Sampai tulisan ini dibuat (Juli 2009), DMB belum menyediakan aplikasi untuk siaran radio digital secara massal, sehingga sulit diharapkan untuk dapat mengatasi permasalahan kepadatan Siaran radio FM di Indonesia.

Gambar 4 dan Tabel 18 berikut ini menjelaskan mengenai efisiensi penggunaan frekuensi penyiaran digital di Band III VHF.

GAMBAR 4. PENGKANALAN FREKUENSI DAB/ DMB

TABEL 18. PERBANDINGAN EFISIENSI FREKUENSI PENYIARAN

DIGITAL DI VHF BAND III

Untuk kualitas audio sedang ( mi ni mum accept abl e ), 160 kbps dibutuhkan menggunakan MP2 dan 48 kbps bila menggunakan HE AAC ( Hi gh ef f i ci ency Audi o Codi ng ).

PERENCANAAN FREKUENSI DIGITAL AUDIO BROADCASTING (DAB)

Berdasarkan perbandingan tersebut di atas, maka diusulkan untuk disediakan 3 s/d 4 kanal RF 7 MHz, sehingga dapat menampung sekitar 84 s/d 112 konten audio digital free-to-air di seluruh wilayah Indonesia.

Diusulkan untuk digunakan sebanyak 12 kanal DAB @1.25 MHz dari 5A s/d 7D untuk penyelenggaraan multipleks free-to-air DAB secara nasional, yang implementasinya menggunakan infrastruktur dan distribusi wilayah siaran yang sama dengan penyelenggaraan multipeks DVB-T. Untuk konten / program komunitas di suatu wilayah, direncanakan penggunaan 2 kanal yaitu 13E dan 13F, dengan wilayah layanan yang akan didefinisikan tersendiri.

Gambar 4 menjelaskan mengenai usulan konsep distribusi kanal Band III VHF untuk DAB free-to-air.

GAMBAR 5. KONSEP DISTRIBUSI KANAL FREKUNESI BAND III VHF

UNTUK DIGITAL AUDIO BROADCASTING (DAB) FREE- TO-AIR

Untuk DABKomunitas Untuk DAB Multipleks

Nantinya penyelenggara siaran radio AM dan FM eksisting hanya perlu menyediakan “konten” audio tanpa membangun infrastruktur sendiri. Sehingga akan sangat efisien, dan jumlah program siaran audio yang cukup berlimpah. Apalagi dengan semakin tingginya teknik kompresi audio digital, maka jumlah konten akan semakin banyak lagi dari waktu ke waktu. Yang menjadi kunci adalah ketersediaan pesawat penerima dengan harga terjangkau.

Parameter teknis DAB yang digunakan dalam perencanaan kanal DAB diadopsi dari Final Act Maastricth 2002, yang menetapkan pengaturan teknis dan distribusi kanal negara-negara Eropa. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Minimum Field Strength (MFS) = 58 dB V/m  Protection Ratio DAB/DAB: Co-channel

= 8 dB

 Protection Ratio DAB/DAB: Adjacent channel = -40 dB  Protection Ratio TV/DAB: Co-channel

= 45 dB

 Protection Ratio TV/DAB: Lower Adjacent

= 24 dB

 Protection Ratio DAB/TV: Co-channel

= -2 dB

 Protection Ratio DAB/TV: Lower Adjacent = -29 dB

Untuk memudahkan implementasi, maka wilayah siaran digital pita VHF Band III ini mengikuti wilayah siaran penyiaran UHF Band IV dan

V. Direncanakan penyelenggara mulipleks DAB dan DVB-T menggunakan infrastruktur yang sama dari mulai backbone, backhaul, lokasi menara, dsb. Sehingga diharapkan dapat memudahkan implementasi penyelenggaraan multipleks DAB dan DVB- secara efektif dan efisien dan sekaligus mempercepat implementasi penyiaran digital terrestrial di Indonesia.

Sehubungan dengan masih adanya sejumlah transmisi TV analog di band VHF di seluruh wilayah Indonesia, maka implementasi multipleks DAB akan dilakukan dua tahap yaitu tahap transisi dan tahap implementasi penuh.

Pada tahap transisi, langkah-langkah dalam perencanaan frekuensi DAB adalah sebagai berikut:

 Menentukan alokasi kanal frekuensi DAB untuk kondisi semua stasiun TV analog dianggap sudah tidak ada (kondisi ideal).  Mengidentifikasi dan menetapkan prioritas stasiun TV analog yang ingin dilindungi pada saat transisi.  Menghitung semua kemungkinan interferensi saat pendudukan kanal DAB di suatu wilayah layanan tertentu.

Untuk mempercepat migrasi penyiaran analog dan digital di Band III VHF ini, maka diusulkan tidak ada lagi perizinan baru TV analog di pita frekuensi ini.

PENYIARAN DIGITAL TERRESTRIAL LAINNYA SETELAH IMPLEMENTASI PENUH MIGRASI ANALOG KE DIGITAL

Pada saat implementasi penuh penyiaran digital terrestrial di pita VHF Band III, maka seluruh TV analog dihentikan operasinya, dan terdapat sejumlah kanal frekuensi yang kosong. Kanal frekuensi kosong itulah yang bisa didistribusikan untuk teknologi penyiaran digital terrestrial lain seperti Digital Multimedia Broadcasting (DMB) baik secara free-to-air maupun berbayar.