1 MASTER PLAN FREKUENSI SIARAN TV UHF ANALOG

3. 1. 1 MASTER PLAN FREKUENSI SIARAN TV UHF ANALOG

Sejarah penggunaan frekuensi Siaran TV di Indonesia dimulai dengan penggunaan saluran VHF oleh TVRI pada tahun 1962. Sejak saat itu sampai sekitar tahun 1990-an, TVRI menjadi sebagai satu- satunya penyelenggara Siaran TV di Indonesia dengan jangkauan wilayah siaran hampir mencapai 80% wilayah Indonesia. Terdapat sekitar 400 pemancar TVRI di seluruh wilayah Indonesia yang menggunakan frekuensi VHF Sehingga penggunaan kanal VHF relatif cukup padat di Indonesia.

Sejak tahun 1987, TVRI mulai berencana untuk beralih ke saluran UHF. Asumsi yang digunakan TVRI saat itu adalah dibutuhkan satu sampai dengan dua saluran UHF untuk menyediakan layanan sejumlah programa nasional di seluruh wilayah Indonesia tersebut.

Dimulai tahun 1990-an, secara perlahan Pemerintah c.q. Departemen Penerangan memberikan izin penyelenggaraan kepada penyelenggara TV Swasta. Pada saat itu Direktorat Jenderal Radio, TV dan Film-Departemen Penerangan (Ditjen RTF-Deppen) bekerjasama dengan JICA ( Japan Indonesi a Cooper at i on Agency ) membuat Master Plan Frekuensi TV UHF untuk 7 programa nasional (5 programa TV swasta nasional dan 2 programa TVRI). Artinya untuk setiap lokasi di wilayah Indonesia harus disediakan sejumlah

7 kanal frekuensi UHF untuk kelima penyelenggara TV swasta nasional dan 2 (dua) programa TVRI.

Pada tahun 1993, melalui SK Menpen no. 04A/KEP/MENPEN/1993, Pemerintah memberi izin bagi 5 penyelenggara TV swasta nasional (RCTI, SCTV,TPI, INDOSIAR, ANTV). Dengan Master Plan Frekuensi TV UHF yang dibuat saat itu, maka kebutuhan penetapan frekuensi bagi TVRI dan TV Swasta telah terakomodasi.

Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat desakan kuat permintaan izin sejumlah peminat penyelenggara TV baru di sekitar tahun 1997/1998. Saat itu sebenarnya secara teknis, sudah tidak mungkin lagi untuk menampung sejumlah banyak penyelenggara TV nasional.

Pada tahun 1998, Pemerintah c.q. Departemen Penerangan memberikan ijin kepada 5 penyelenggara TV swasta nasional baru dengan wilayah layanan nasional terbatas, yaitu (TRANS, DVN, GLOBAL-TV, LATEVE, dan METROTV) sesuai SK Menpen No. 384/SK/MENPEN/1998.

Akibatnya, bahwa secara teknis, Master Plan frekuensi TV UHF harus dimodifikasi secara hati-hati, untuk mengakomodasi sebanyak

10 penyelenggara TV swasta dan 2 frekuensi UHF untuk TVRI di Jabotabek dan ibu kota propinsi. Sedangkan asumsi 7 programa siaran UHF untuk wilayah lainnya tetap dianut.

Perkembangan otonomi daerah, memperburuk permasalahan. Desakan beberapa Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan izin frekuensi Siaran TV Lokal sesuai PP No.25 tahun 2000, memperumit masalah. Kecenderungan bertambahnya minat sejumlah penyelenggara Siaran TV lokal, serta antisipasi perkembangan sistem TV digital, memerlukan penyempurnaan kembali master plan frekuensi TV.

Ditjen Postel telah menyelesaikan Master Plan Frekuensi TV untuk pita frekuensi UHF untuk hampir semua provinsi dan kota-kota besar di Indonesia yang telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No.74 tahun 2003.

Di Indonesia, sampai saat ini masih digunakan TV analog. Standar TV analog yang digunakan untuk VHF adalah PAL-B. Sedangkan standar untuk UHF adalah PAL-G. Bandwidth VHF (PAL-B) adalah 7 MHz, sedangkan Bandwidth UHF (PAL-G) adalah 8 MHz.

Tabel 8 berikut ini merupakan tabel frekuensi TV VHF band I dan III band I dan III untuk standar PAL-B. Sedangkan Tabel 9 menjelaskan mengenai tabel frekuensi TV UHF Band IV dan V untuk Standar PAL-

G.

TABEL 8. RENCANA PENGKANALAN TV VHF BAND I DAN III

STANDAR PAL B

BAND

CHANNEL

FREQ. RANGE

FREQ VISION FREQ SOUND

(MHz) VHF

TABEL 9. RENCANA PENGKANALAN TV UHF BAND V STANDAR

FREQ. RANGE

FREQ VISION FREQ SOUND

(MHz) UHF

Sebagai catatan bahwa di beberapa lokasi, pita frekuensi 479 – 488.48 MHz dan 489 – 493.48 MHz masih digunakan operator selular MOBISEL yang menggunakan sistem selular analog NMT-470. Saat ini operator tersebut sedang dalam proses migrasi frekuensi secara bertahap ke frekuensi 450 MHz-an, untuk menyelaraskan dengan sistem digital CDMA-450. Jadi artinya di beberapa lokasi Ch. 22 s/d Ch. 24 tidak bisa digunakan.

Tabel berikut ini merupakan tabel frekuensi TV UHF band V untuk standar PAL-G.

TABEL 10. RENCANA PENGKANALAN TV UHF BAND V STANDAR

FREQ. RANGE

FREQ VISION FREQ SOUND

(MHz) UHF

Pengelompokan kanal ( channel gr oupi ng ) sering dilakukan dalam pengaturan frekuensi UHF yang memiliki lebih banyak kemungkinan kombinasi kanal dibandingkan frekuensi VHF. Pada frekuensi VHF sendiri tidak dapat dilakukan channel gr oupi ng tersebut.

Pengelompokan kanal frekuensi Siaran TV sangat penting, terutama bila akan diatur pemanfaatan tower dan sistem antenna bersama yang sangat menguntungkan bagi br oadcast er maupun bagi masyarakat. Bagi para br oadcast er , dapat menghemat dana untuk membangun tower dan sistem antenna masing-masing.

Selain itu karena antena berada di satu lokasi untuk suatu wilayah layanan tertentu, seluruh masyarakat mendapat keuntungan karena hanya perlu memasang 1 antena dengan arah tertentu untuk menerima seluruh program siaran TV. Bagi para br oadcast er pun akan menguntungkan dari pangsa pasar karena dapat menjangkau lebih banyak lagi pemirsa.

Menggabungkan dua pemancar berdaya tinggi yang berbeda frekuensinya relatif sulit dilakukan. Tetapi pemancar berdaya 10 kW s/d 20 kW mungkin untuk digabung dalam satu sistem tower dan antenna. Penggabungan dua atau lebih pemancar dalam satu sistem antenna dapat dilakukan, dan diperlukan sistem antenna dan “ combi ner ” serta “ f i l t er ” khusus.

Berdasarkan rekomendasi ITU-R BT.1123, dalam menentukan channel gr oupi ng tidak boleh kurang dari selisih 3 kanal. Grouping dengan selisih 3 kanal tersebut jarang dilakukan mengingat dapat terjadi kelipatan 9 ( i mage channel i nt er f er ence ). Sedangkan, grouping selisih 5 kanal menimbulkan efek interferensi akibat local oscillator IF. Maka selisih kanal minimum yang paling baik untuk channel gr oupi ng berdasarkan rekomendasi ITU-R BT.1123 tersebut adalah 4 kanal.

Untuk kasus di Indonesia, channel gr oupi ng dibuat pada saat perencanaan frekuensi untuk 7 program nasional di pita UHF (2 kanal TVRI dan 5 kanal TV swasta) pada awal tahun 1990-an. Dua kanal TVRI yaitu untuk Program Nasional dan Program Daerah. Tabel 11 menggambarkan Channel Gr oupi ng TV UHF yang diterapkan di Indonesia.

TABEL 11. CHANNEL GROUPING TV UHF DI INDONESIA

Channel Ch. Ch. Ch. Ch. Ch. Ch. Ch. Group

Dalam implementasinya di Indonesia, channel gr oupi ng tersebut tidak konsisten dilakukan di dalam wilayah layanan yang sama. Hal ini disebabkan wilayah layanan dan lokasi pemancar dari TVRI dan TV swasta seringkali berbeda.

Masalah yang sering ditanyakan oleh masyarakat adalah mengenai jumlah kanal maksimum di suatu wilayah layanan. Untuk kanal VHF maksimum 4 kanal genap atau ganjil di suatu wilayah layanan dengan mengabaikan daerah layanan yang bersebelahan. Dengan mempertimbangkan jatah distribusi dan kemungkinan kombinasi kanal untuk daerah layanan yang bersebelahan maka maksimum di suatu wilayah layanan adalah 3 kanal.

Pada pita frekuensi UHF dari sekitar 42 kanal tersedia di pita UHF (Ch. 23 s/d Ch.62), maka secara garis besar dapat dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok genap dan kelompok ganjil. Terdapat sekitar 21 kanal untuk kelompok genap dan 21 kanal untuk kelompok ganjil. Secara teoritis suatu lokasi wilayah layanan dapat diberikan maksimum 21 kanal genap atau ganjil.

Resikonya bahwa wilayah layanan di sekitarnya tidak akan mendapat jatah satu kanal pun. Sehingga pendekatan ini tidak dilakukan. Permasalahannya adalah bahwa berdasarkan kondisi eksisting, paling tidak sudah dijatahkan 7 kanal di setiap wilayah layanan siaran untuk 7 program TV nasional (5 program TV swasta lama dan 2 program TVRI). Sehingga maksimum di kota besar (ibu kota provinsi), maksimum kanal tersedia adalah 21-7 = 14 kanal. Itu pun dengan asumsi tidak ada jatah untuk kanal frekuensi gap filler.

Dalam pelaksanaan perencanaan frekuensi TV UHF, prinsip-prinsip yang diambil adalah sebagai berikut:

 Berusaha sebisanya untuk tidak mengubah atau mengganti kondisi eksisting.  Channel Gr oupi ng dijadikan referensi dengan memberikan fleksibilitas jika diperlukan. Pl anni ng

berusaha mengidentifikasi kanal yang tersedia dengan memperhatikan kondisi eksisting.

 Asumsi lokasi pemancar untuk kanal bebas (yang belum digunakan) dipasang di dekat lokasi pemancar eksisting. Akan

lebih baik bila dimungkinkan sharing tower dan sistem antenna.

 Menyediakan sejumlah kanal frekuensi bagi daerah-daerah yang selama ini kurang mendapat kualitas sinyal yang baik

(daerah bl ank spot ) dengan daya pancar kecil ( gap f i l l er ).  Menyiapkan 1 s/d 2 kanal tersisa untuk TV digital.

 Sepanjang memungkinkan, berusaha menyediakan sejumlah kanal untuk l ow power t r ansmi t t er untuk gap f i l l er ataupun

TV komunitas

Asumsi distribusi kanal frekuensi UHF yang diterapkan di Indonesia dapat dijelaskan pada Tabel 12 berikut ini.