4 KONDISI EKSISTING UHF BAND IV DAN V DAN SOLUSI PERMASALAHAN

3. 3. 4 KONDISI EKSISTING UHF BAND IV DAN V DAN SOLUSI PERMASALAHAN

Untuk suatu wilayah layanan, perencanaan kanal TV Analog UHF memerlukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut:

 Tidak bisa digunakan kanal yang bersebelahan.  Tidak bisa digunakan kanal yang berselisih 9.

 Tidak bisa digunakan semua, karena harus dididistribusikan kepada daerah-daerah layanan yang bersebelahan.

Saat ini berdasarkan Kepmenhub No.76 tahun 2003 tentang Rencana Induk Frekuensi TV siaran UHF (Analog), pada pita frekuensi UHF terdapat 42 kanal dari kanal 22 s/d kanal 61. Tabel 19 berikut ini menjelaskan distribusi kanal Siaran TV di pita frekuensi UHF di Indonesia.

TABEL 19. DISTRIBUSI KANAL SIARAN TV UHF BERDASARKAN KEPMENHUB NO. 76/ 2003. MENGENAI RENCANA DASAR TEKNIS SIARAN TV ANALOG

Transisi Wilayah Layanan

untuk

kanal frek

untuk TV

swast a

Publik

Digit al

Jabotabek dan Ibu 14 11 12 Kota propinsi

Kota lainnya 7 5 11

Permasalahan dengan kondisi saat ini adalah bahwa jumlah TV nasional terlalu banyak: 5 lembaga penyiaran nasional, 5 lembaga penyiaran nasional terbatas, 1 TVRI pusat, 1 TVRI daerah. Sedangkan sesuai dengan semangat UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran, diperlukan sejumlah saluran untuk program / konten lokal. Kenyataannya dalam era otonomi daerah, sejumlah Pemerintah Daerah telah memberikan izin kepada TV lokal yang keberadaannya tidak dapat diabaikan dan sejumlah program dan tayangannya sudah diterima masyarakat setempat.

Teknologi Digital memberikan peningkatan efisiensi berlipat-lipat (kasus TV s/d 18 kali lipat) daripada penggunaaan frekuensi oleh TV/siaran radio analog. Maka solusi kekacauan frekuensi ini adalah secepatnya mengimplementasikan penyiaran digital di Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diusulkan pemecahan secara bertahap yang perlu disiapkan sekaligus, yang pertama adalah penyelesaian kasus TV analog eksisting dan yang kedua migrasi penyiaran analog ke digital.

TAHAP PERTAMA : PENYELESAIAN KASUS TV ANALOG EKSISTING

Berdasarkan identifikasi kemungkinan kasus yang terjadi dan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka diusukan kebijakan dan regulasi sebagai berikut:

 Bilamana dalam suatu wilayah siaran, jumlah pemohon izin TV analog sesuai dengan ketersediaan kanal dalam Rencana Induk

( “ Mast er Pl an” ) TV UHF , maka izin dapat diberikan melalui forum rapat bersama Pemerintah c.q. Depkominfo dengan KPI.

 Bilamana dalam suatu wilayah siaran, jumlah pemohon izin TV analog sesuai dengan ketersediaan kanal dalam Rencana Induk

( “ Mast er Pl an” ) TV UHF, maka alternatif pemecahan permasalahan adalah sebagai berikut:

o Para pemohon membentuk konsorsium penyelenggaraan multipleks TV digital pada kanal yang disediakan untuk TV digital (2 kanal), sehingga dapat menampung 8 s/d 12 program / konten lembaga penyiaran di wilayah bersangkutan. o Bila para pemohon hanya menginginkan untuk menjadi TV analog, maka dilakukan proses seleksi untuk menetapkan penyelenggara sesuai dengan jumlah kanal yang tersedia.

 Dalam hal kondisi tertentu, di mana kanal yang direncanakan untuk transisi digital di dalam master plan KM.76/2002 sudah

diduduki melalui izin Pemerintah Daerah, maka diusulkan kebijakan sebagai berikut:

o Secara prinsip pengoperasian lembaga penyiaran bersangkutan di frekuensi dimaksud harus dihentikan. o Pada masa transisi sebelum tersedianya penyelenggara multipleks digital di wilayah layanan dimaksud, lembaga penyiaran bersangkutan masih dapat beroperasi dengan catatan, tidak boleh mengganggu dan mengklaim proteksi dari penggunaan frekuensi lainnya, serta bersedia menghentikan operasinya pada masa waktu tertentu (saat penyelenggara multipleks TV digital beroperasi di wilayah tersebut). o Setelah penyelenggaraan multipleks TV digital tersedia di wilayah layanan dimaksud, penyelenggara bersangkutan harus bersedia mematikan operasinya, dan menyerahkan frekuensinya kembali kepada Ditjen Postel, untuk digunakan nantinya bagi penyelenggaraan multipleks TV

digital. Lembaga penyiaran bersangkutan dapat menjadi penyedia konten bagi penyelenggaraan multipleks TV Digital di wilayah dimaksud.

TAHAP KEDUA: TRANSISI MIGRASI KE DIGITAL DI BAND UHF

Pada perencanaan kanal televisi digital akan disediakan 6 kanal untuk setiap wilayah layanan. Konsep awal penggunaan kanal frekuensi penyiaran Digital pada band UHF sebagai berikut:

 pada band IV dan V bawah, frekuensi 518 s.d 624 MHz terdiri

16 kanal (kanal 27 s.d 43) akan direncanakan untuk DVB-T 16 kanal (kanal 27 s.d 43) akan direncanakan untuk DVB-T

 pada band V atas frekuensi 606 s/d 806 MHz terdiri dari 20 kanal (kanal 42 s.d 62) akan dipersiapkan untuk mobile

multimedia dengan bandwidth masing-masing kanal sebesar 8 MHz.

Perlu dipisahkan penyelenggara jaringan TV digital dari lembaga penyiaran Analog saat ini, agar lebih efisien dalam pengembangan jaringannya. Lembaga penyiaran TV analog agar lebih berkonsentrasi sebagai ” cont ent aggr egat or ”. Penyelenggara jaringan TV digital (multipleks) dapat membawa 4 sampai dengan 6 program sekaligus dalam 1 kanal TV standar DVB-T 8 MHz.

Karena distribusi kanal-kanal TV bervariasi di wilayah layanan, maka tidak bisa diberikan lisensi untuk frekuensi tunggal untuk SFN ( Si ngl e Fr equency Net wor k ) secara nasional, melainkan hanya di dalam satu wilayah layanan.

Bilamana migrasi TV analog ke digital telah diselesaikan semuanya, maka Pemerintah dapat mengatur kembali kanal frekuensi yang telah diberikan untuk TV digital, dengan maksud memungkinkan dilaksanakannya SFN seoptimal mungkin.

Konsep SFN di dalam suatu wilayah layanan dilaksanakan dengan satu pemancar induk dengan pemancar berdaya pancar besar dengan antenna pemancar tinggi, serta sejumlah pemancar pendukung ( gap f i l l er ) yang memberikan penguatan sinyal di daerah-daerah yang kualitas penerimaannya dari pemancar utama belum baik.

PENYELENGGARAAN MULTIPLEKS TV DIGITAL UHF

Diperlukan suatu model bisnis penyelenggara multipleks TV Digital ” f r ee-t o-ai r ” yang tepat dan berkelanjutan. Dari contoh kasus seluruh mplemntasi migrasi penyiaran analog ke digital di negara- negara lain, maka kasus di Inggris dapat dijadikan contoh paling sukses dalam hal penetrasi Siaran TV digital di dunia.

Perlu dirancang sedemikian rupa sehingga penyediaan layanan / konten pada multipleks TV digital UHF memiliki kont en unggul an , agar masyarakat dirangsang untuk segera dan merasa perlu untuk membeli set-top-box Digital TV UHF.

Program / konten unggulan yang perlu dibawa antara lain meliputi:

 Program siaran TV swasta nasional  Program siaran TV publik nasional (TVRI)

 Program siaran TV swasta lokal  Program siaran TV pendidikan: TV edukasi Depdiknas, Q-

channel, dsb  Program siaran radio

Dengan kondisi eksisting di mana terlalu banyak izin frekuensi diberikan kepada penyelenggara Siaran TV analog, maka simulcast untuk masing-masing lembaga penyiaran TV analog adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Apalagi di era kompetisi bebas antara lembaga penyiaran swasta, maka dikhawatirkan bila izin penyelenggara jaringan multipleks diberikan kepada salah satu lembaga penyiaran eksisting, maka yang bersangkutan dapat menghalangi kompetitornya menyalurkan program / konten melalui multipleks TV digital dimaksud.

Kecenderungan “penjegalan” akses program/konten tersebut sudah terbukti, pada kasus lembaga penyiaran berbayar melalui satelit, di mana terjadi hak ekslusivitas terhadap program-program suatu kelompok usaha tertentu, maupun terhadap konten-konten unggulan lainnya.

Maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan izin kepada penyelenggara multipleks yang terpisah dari lembaga penyiaran eksisting, dan memberikan jaminan akses terbuka dan non diskriminasi terhadap seluruh lembaga penyiaran eksisting maupun yang akan mengisi program / konten pada multipleks penyiaran digital dimaksud. Penyelenggara multipleks TV digital diharapkan dapat membangun pemancar di menara-menara TV analog eksisting atau menara lainnya yang berdekatan yang lokasinya selama ini menjadi referensi bagi masyarakat untuk mengarahkan antenna TV-nya.

Sehingga diharapkan masyarakat akan terjamin mendapatkan akses terhadap program eksisting menggunakan pesawat penerima TV dan antena penerima TV terrestrial eksisting dengan tanpa merubah arah antena. Masyarakat tinggal membeli ” set -t op-box ” / dekoder TV digital untuk mendapatkan layanan ” f r ee-t o-ai r ” TV digital terrestrial dengan jumlah program yang jauh lebih banyak dan kualitas siaran yang jauh lebih baik dibandingkan TV analog.

3. 4 PENYELENGGARAAN JARINGAN MULTIPLEKS DIGITAL