~ BELAJAR JUJUR DARI MOMENTUM PUASA
~ 18 ~ BELAJAR JUJUR DARI MOMENTUM PUASA
Slamet
D i antara hikmah ibadah puasa Ramadhan adalah melatih
kejujuran. Siapakah yang bisa menjamin bahwa seseorang yang mengaku berpuasa itu benar-benar melakukanpuasa? Siapa yang tahu kalau sesungguhnya dia hanya berpura-pura, atau paginya berpuasa tetapi siang hari sudah membatalkan diri—namun tetap mengaku berpuasa? Di sinilah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits Qudsi:
“Setiap amal manusia (anak Adam) adalah milik dirinya sendiri, kecuali puasa; maka amal itu untuk Aku (Allah), dan Aku langsung yang akan memberinya pahala.” ( HR. Bukhari)
Puasa merupakan ibadah yang khusus dan istimewa. Berbeda dengan jenis ibadah yang lainnya. Bila seseorang mengerjakannya maka akan dengan mudah diketahui pihak lain. Misalnya sholat, maka kita akanterlihat orang lain ketika datang ke masjid, berwudhu’, bagaimana kita melakukan gerakan dan membaca do’a, dan sebagainya. Demikian juga membayar zakat, ada orang lain yang mengetahui perbuatan kita—setidaknya orang yang kita beri zakat tersebut. Apalagi menunaikan ibadah umrah dan haji. Satu orang yang naik haji, maka orang satu kampung, dan bahkan satu desa akan dipamiti dan dimintai do’a restunya.
Kumpulan Kultum Ramadhan Berbeda dengan puasa (ramadhan)—hanya diri kita dan
Allah yang tahu, apakah kita benar berpuasa atau tidak. Puasa adalah janji antara diri kita dengan Allah. Bayangkan, ketika di siang hari yang sangat panas, sementara kita di rumah seorang diri. Di situ ada minuman segar, banyak makanan yang serba mengundang selera. Kita yakin, Allah melihat apa saja yang kita perbuat. Di sinilah kejujuran itu di uji.
Nilai kejujuran itulah yang semestinya untuk terus dipelihara dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah indahnya bila sifat jujur dimiliki oleh setiap muslim dan seluruh umat Islam di negeri ini. Rasulullah SAW menunjukkan arti pentingnya kejujuran:
“Hendaklah kalian berlakujujur, karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang shidiq (jujur). Dan jauhilah perilaku dusta, sebab dusta itu akan membawa kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan membawa ke neraka. Orang yang selalu berdusta dan mencari kedustaan akan ditulis oleh Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari)
Mengapa demikian? Negeri ini sangat membutuhkan kehadiran orang-orang yang jujur. Maka muncullah slogan yang dicanangkan KPK: Jujur itu Hebat! Hal ini menandakan perilaku jujur di tengah masyarakat kita ini begitu mahal dan langka. Buktinya, dari waktu ke waktu kita masih saja mendengar adanya berita korupsi yang merasuk keseluruh sendi kehidupan masyarakat. Permainan suap jabatan, money politic dalam pemilu atau pilkada. Dan sederet perilaku ketidakjujuran lainnya.
Tetapi bagaimana mau mengikisnya, sementara nilai ketidakjujuran juga sudah mulai dihembuskan sejak dini, melalui dunia pendidikan oleh pihak-pihak yang mencari
Mutiara Nasihat Seribu Bulan keuntungan sesaat. Banyaknya perilaku menyontek,
pembocoran soal ujian dan jawaban, joki ujian dan sebagainya. Sampai kapankah matarantai kebohongan semacam ini akan bisa diputus.
Momentum puasa Ramadhan inilah semestinya digunakan untuk membuktikan diri, bahwa ibadah puasa yang kita tunaikan benar-benar mampu mengubah diri kita menjadi orang yang bertakwa, yang salah satu sendinya memiliki sifat jujur. Seorang anak jujur kepada orang tuanya. Suami isteri jujur dalam rumah tangganya. Siswa jujur kepada guru. Pegawai jujur pada atasan. Pejabat jujur kepada rakyatnya, dan seterusnya. Maka, pastilah berbagai krisis negeri ini akan bisa segera diatasi. Mari kita mulai bersama!
Kumpulan Kultum Ramadhan