~ MERAJUT UKHUWAH MENGGAPAI KERUKUNAN
~ 17 ~ MERAJUT UKHUWAH MENGGAPAI KERUKUNAN
Evi Septiani
D alam beberapa tahun terakhir, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) digoncang oleh berbagai isu yang mengancam perpecahan umat beragama, sebagaimana dapat disaksikan di berbagai media yang semuanya cenderung dilakukan untuk kepentingan individu dan golongan atau untuk kepentingan politik tertentu. Umat Islam di Indonesia juga sering mendapat tuduhan buruk dari pihak lain, bahwa ummat Islam dianggap tidak toleran terhadap ummat agama lain, anti kebhinekaan, radikal, pelaku teror dan stigma negatif lain. Hal tersebut, tentu sangat menyakitkan dan merugikan umat Islam.
Secara garis besar, salah satu persoalan umat Islam adalah belum terwujudnya kesatuan visi-misi dan gerakan keumatan, terkait masalah kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Umat Islam masih terkotak-kotak dalam firqoh politik yang terkadang mudah di adudomba demi kepentingan sesaat. Maka secepatnya diperlukan reformasi manajemen keumatan dan penguatan ukhuwah. Ukhuwah harus terus menerus diupayakan penerapannya dalam kehidupan umat manusia dalam rangka mewujudkan kerukunan antar umat
Mutiara Nasihat Seribu Bulan beragama dan perdamaian di muka bumi. Ukhuwah memiliki
makna persaudaraan, adanya perasaan simpati dan empati antara pihak satu dengan pihak yang lain. Ukhuwah yang perlu dijalin dan dibina bukan hanya intern seagama saja akan tetapi lebih luas lagi adalah antar umat beragama.
Pada umumnya, ukhuwah dibagi menjadi tiga macam yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa). Pertama, Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh aqidah/keimanan. Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Selama aqidahnya sama, tanpa membedakan golongan, madzhab, maupun organisasi, seluruh muslim di dunia ini bersaudara yang patut dilindungi, dibantu, dan diperjuangkan hak-hak mereka atas Islam. Dalam Alqur’an surat al-Hujarat ayat 10, disebutkan yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara, oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertaqwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmatnya “.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara, walaupun tidak ada ikatan darah. Persaudaraan yang dilandasi atas dasar iman yang sama kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sebagai jalinan persaudaraan di antara sesama umat Islam. Pada ayat lain Allah Swt berfirman:
Kumpulan Kultum Ramadhan “Ingatlah akan nikmat Allah lepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikanlah kamu karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya (QS. Ali Imron 103)
Landasan utama untuk persatuan dan persaudaraan umat Islam ialah persamaan kepercayaan atau aqidah. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa sesama aqidah pun, sering terjadi perbedaan. Perbedaan ini bisa disebabkan karena perbedaan ilmu pengetahuan, penafsiran maupun latar belakang keilmuan. Sebagai contoh, setiap menghadapi bulan Ramadhan, umat Islam sering dihadapkan pada perbedaan penentuan awal puasa. Alangkah indahnya jika perbedaan tersebut disikapi secara bijak. Biarkan mereka memiliki keyakinan tentang cara menentukan awal puasa. Masing-masing memiliki argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Hargai saudara kita yang sholat tarawih 12 rakaat atau 23 rakaat, akan lebih utama jika setiap individu semakin meningkatkan kualitas ibadah (sholatnya), bukan mempersoalkan lagi jumlah rakaat yang harus dijalankan. Perbedaan pendapat di antara saudara muslim, jangan dijadikan sebagai alat permusuhan, tetapi sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan. Jika perbedaan pendapat di antara saudara muslim dianggap sebagai musuh, pada akhirnya mengancam ukhuwah Islamiyah yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hakekat ukhuwah Islamiah termaktub dalam al-qur’an Surat Ali Imran ayat 103, yang artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat
Mutiara Nasihat Seribu Bulan Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Kedua, Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah, yaitu persaudaraan yang berlaku kepada semua manusia secara universal tanpa membedakan suku, ras maupun golongan, karena pada hakekatnya seluruh umat manusia adalah bersaudara, berasal dari seorang ayah dan ibu yang sama—Adam dan Hawa. Mengakui bahwa seluruh umat manusia di belahan dunia adalah saudara. Bisa saja berbeda agama, namun sebagai sesama umat manusia, masih bisa saling menyapa, berkomunikasi dan bekerjasama dalam masalah-masalah sosial maupun kemanusiaan. Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan contoh perilaku baik terhadap penganut agama lain. Suatu hari ada rombongan jenazah Yahudi yang akan lewat. Rasulullah langsung berdiri (sebagai penghormatan). Ada sahabat yang protes: “Wahai Rasulullah, tapi dia orang Yahudi!”. Rasulullah menjawab: “bukankah dia manusia?”.
Perilaku Rasulullah SAW tersebut menunjukkan betapa beliau sangat menghormati agama lain. Rasulullah tetap membangun hubungan baik dengan sesama manusia, menghormati, menghargai dan mengakui eksistensi penganut agama lain sebagai makhluk Allah. Jawaban Rasulullah tersebut melahirkan satu sikap indah untuk berlapang dada dengan orang yang berbeda keyakinan
Ketiga, Ukhuwah Wathaniyah wa an-Nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan atau dengan kata lain persaudaraan atas dasar kebangsaan. Persaudaraan
Kumpulan Kultum Ramadhan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan
golongan, agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan aspek- aspek lainnya. Dalam arti perwujudan kerukunan umat beragama dalam masyarakat sebangsa dan setanah air. Untuk dapat mewujudkan ukhuwah wathaniyah dibutuhkan usaha keras dan kerjasama dari berbagai pihak, mencakup masyarakat biasa hingga para petinggi negara, dengan saling menjaga kerukunan antar umat beragama, menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di Indonesia untuk menjunjung tinggi martabat bangsa di mata dunia.
Dari uraian di atas, perlu digarisbawahi bahwa dalam menjalin dan menjaga kerukunan umat beragama, tidak dapat dilakukan dengan satu macam ukhuwah saja. Ketiganya harus saling terkait dan melengkapi. Menurut Muhammad Meisza , ukhuwah insaniyah tak akan dicapai jika kedua ukhuwah lainnya belum tercapai. Jika ukhuwah wathaniyah dilupakan, maka akan timbul fanatisme terhadap Islam sehingga non muslim akan merasa diabaikan hak-haknya. Sedangkan jika melalaikan ukhuwah Islamiyah, tentu akan terjadi pemikiran yang sempit. Semoga!
Mutiara Nasihat Seribu Bulan