~ REFLEKSI DIRI, RAIH KEMENANGAN HAKIKI

~ 29 ~ REFLEKSI DIRI, RAIH KEMENANGAN HAKIKI

Moh Khoerul Anwar

R amadhan menjadi bulan yang dinanti oleh umat muslim

di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan negara yang secara mayoritas berpenduduk Muslim, tak ayal bila bulan suci menjadi penantian panjang bagi masyarakat negeri ini. Penantian panjang dalam menyambut bulan suci bukan sekedar omong kosong belaka, karena berbagai tradisi muncul di negeri ini tatkala menyambut bulan Ramadhan. Tradisi ini memunculkan keragaman unik di tengah masyarakat. Keunikan tradisi terus bertransformasi menuju perubahan sosial yang tetap dijaga baik dan sejalan dengan agama. Mulai dari tradisi belah ketupak, mudik lebaran, dan sebagainya.

Namun dengan sekian perkembangan yang semakin maju, apakah keragaman tradisi ini mampu mendekatkan diri kepada Allah. Jika tidak, patut kiranya kita melakukan refleksi diri. Contohnya, tradisi unik di negeri ini adalah menyoal tentang mudik lebaran. Dari tradisi mudik ini, apakah kita mampu mendekatkan diri dengan Sang Pencipta? Jika belum, segera kita evaluasi diri jangan sampai terlena. Karena itu, menyongsong mudik lebaran, perlu kita mempersiapkan diri baik secara materi, mental, maupun buah tangan untuk

Mutiara Nasihat Seribu Bulan disedekahkan kepada sanak keluarga tatkala berada di

kampung halaman. Melalui momentum mudik lebaran ini seyogyanya kita lebih dekat dengan Allah Swt.

Jika kita berkaca pada tradisi mudik lebaran yang selalu hadir dari tahun ke tahun, banyak masyarakat yang memiliki sikap hedonis dan pragmatis. Pertama, sikap hedonis bisa dilihat dari maraknya masyarakat pada saat menjelang berakhirnya Ramadhan ramai memburu diskon di Mall, super market, toko pakaian, dan lainnya. Mereka seakan terlena dengan kondisi ini. Kedua, sikap pragmatis dapat kita lihat pada saat masyarakat menjalankan ibadah di bulan suci. Di mana mereka menjalankan ritual ibadah hanya sesaat ketika di bulan Ramadhan. Tapi coba tengok, apakah masyarakat masih menjalankan ibadah di luar bulan suci secara simultan—melaksanakan solat, sekedah, infaq, dan ibadah lainnya. Inilah realitas yang sedang kita hadapi. Artinya, keimanan kita masih belum terjaga dengan maksimal di luar bulan suci. Seharusnya, usai bulan suci Ramadhan, kita tetap dekat dengan Allah Swt, menjalankan ritual ibadah dengan khusu’.

Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 186 berikut ini:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala

Kumpulan Kultum Ramadhan perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqarah [2]: 186) Dalam ayat di atas jelas, sesungguhnya Allah itu dekat

dengan semua insan. Apabila kita ingin menjaga kualitas keimanan maka sempurnakanlah ibadah, baik dalam perbuatan, tindakan, ucapan, maupun penglihatan. Oleh karenanya, sebagai seorang Muslim harus senantiasa menjaga keimanan dimanapun berada, baik ketika sedang bekerja maupun tatkala menjalankan praktik ibadah mahdoh (ibadah wajib umat Islam—solat, zakat, puasa, haji, sedekah, infaq, dan lainnya). Untuk itu, di luar bulan suci, jika kita ingin mendapat magfiroh (ampunan) dan kemuliaan di hadapan Allah, harus senantiasa mendekatkan diri dalam setiap hembusan nafas dan langkah kaki kita.

Dengan demikian, arti bulan suci Ramadhan harusnya dijadikan momentum yang lebih mendekatkan diri kita kepada Sang Khaliq. Sebab, melalui bulan suci setiap amal perbuatan yang kita lakukan akan berlipat ganda. Ladang amalan ini sangat nyata disekitar kita, bagaimana cara berpuasa dengan baik, tadarus al-Qur’an, shalat sunnah, sodaqoh, dan lainnya. Janganlah momentum Ramadhan ini dijadikan sebuah tindakan yang riya’ dihadapan orang lain, tetapi harus menjadi sebuah momen intropeksi diri dari tindakan-tindakan tersebut. Maka dari itu, momentum bulan suci harus dijadikan refleksi secara mendalam agar kita tergolong umat yang kembali suci (fitri) di saat menyambut lebaran tiba. Semoga!

Mutiara Nasihat Seribu Bulan