Macam-macam setan

B. Macam-macam setan

Setan itu ada dua macam, pertama; setan yang tidak terlihat atau tersembunyi yaitu setan dari bangsa jin. Kedua; setan yang nampak atau terlihat yaitu setan dari jenis manusia yang mempunyai karakter jahat. Allah berfirman dalam al-Qur`an surat al-An'am, ayat 112:

"Dan demikianlah kami jadikan tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Q.s. al-An'am 6 : 112).

Di dalam hadis juga ditegaskan oleh Rasulullah saw. ketika berpesan kepada Abu Dzar, sebagaimana berikut:

"Dari Abu Zar r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Zar, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan-setan jenis manusia dan setan-setan bangsa jin. Kemudian saya bertanya: Apakah ada setan manusia? Rasulullah

saw. menjawab: Ya". 19

Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa Allah swt. telah menjadikan musuh-musuh bagi para nabi dan orang yang beriman dalam berdakwah yaitu dua kekuatan oposisi yang selalu melakukan konfrontasi baik

secara nyata maupun terselubung. Pertama, mereka itu adalah setan-setan dari jenis manusia yang berusaha menjerumuskan orang-orang mukmin dari jalan yang lurus dan mengajak bersukutu dalam melakukan kejahatan. Kedua, yaitu setan-setan dari bangsa jin yang berupaya meniupkan bisikan-bisikan jahat untuk mempengaruhi akal dan hati manusia agar lalai dari mengingat Allah dan mengikuti hawa nafsunya.

B.1. Setan dari jenis jin

Menurut hemat penulis bisikan-bisikan jahat dari jin itu bukan datang dari luar tubuh manusia, tapi bisikan itu datang dari dalam diri manusia itu sendiri. Artinya bahwa jin yang berbisik untuk mempengaruhi manusia itu adalah unsur jin yang berada di dalam diri manusia.

19 Hadis diriwayatkan oleh imam Ahmad, Musnad Al-Im ā m Ahmad Ibn Hambal , (Mesir: Dār al-Ma`ārif, 1974), jilid. 3, h. 485. Imam al-Haitsami berkata: Hadis ini diriwayatkan oleh

ImamAhmad dengan sanad yang sahih. Lihat: Majma' az-Zaw ā id wa manba' al-Faw ī 'id, (Beirut: Muassasah al-Ma`ārif, 1406 H), jilid. 2, h. 314

Ketika setan membisiki Adam, sesungguhnya unsure setan sudah ada dalam diri Adam yaitu hawa nafsu. Bahkan sejak setan atau iblis itu diperintah untuk sujud kepada Adam, tetapi ia menolak perintah Allah itu. Ia sombong merasa lebih baik dari subtansi Adam yang berasal dari tanah. Sedang iblis atau setan sebagai entitas atau wujud yang berasal dari api. Dan subtansi tersebut berada dalam diri manusia. Oleh karena itu meski ia sudah

diusir dari surga atau jannah, tapi ia masih dengan mudah menggoda Adam karena sesungguhnya keluarnya iblis dari taman kebahagiaan/surga tapi hawa nafsu tetap ada dalam diri manusia sehingga iblis masih dapat menggelincirkan Nabi Adam dan istrinya. Untuk membuktikan bahwa unsur setan atau unsur jin itu ada dalam diri manusia, maka perlu penulis ungkapkan dalil dari nash al- Qur`an dan as-Sunnah serta juga realitasnya. Allah SWT berfirman:

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya". (Qs. Qof 50 : 16)

"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)

"Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al- Qur`an), Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya". (Qs. Az-Zukhruf 43 : 36)

"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian 20 ".

20 HR. Al-Bukhāri, Al-Bukhāri, Shah ī h al-Bukh ā ri , (Istambul: Al-Maktabah al-Islāmiyyah, t.th) jilid 2, dalam kitab al-Ahkam, bab 21, h. 257 dan 258, dalam kitab Bad`u al-Khalqi bab 11, dalam

al-I`tikaf bab 11 dan 12, terdapat pula dalam Sunan Abu Daud, dalam Kitab as-Shaum bab 76, dalam as-Sunnah bab 17, al-Adab bab 81, terdapat pula dalam Sunan Ibn Majah, Kitab as-Shiyam bab 65, dalam Sunan ad-Darimi, Kita bar-Riqaq bab 66, dalam musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, jilid 3, h. 156, 285 dan 309.

"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada kebaikan". 21

Beberapa dalil dari al-Qur`an dan as-Sunnah tersebut memberikan pemahaman bahwa di dalam diri manusia itu ada pendamping dari golongan jin. Jadi, tak seorang pun yang tidak didampingi oleh jin atau setan. Bahkan para nabi dan rosul pun demikian. Karena setan itu memang merupakan salah satu subtansi dari keberadaan manusia. Dan benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah bahwa setan itu mengalir dalam aliran darah manusia, karena setan itu sebagai entitas yang berada di dalam peredaran darah.

Allah mengilhamkan jalan keburukan dan jalan kebaikan kepada jiwa manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat as-Syams 91 : 8, yang artinya: "Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan

21 HR. Muslim, Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyādh: Dār as-Salām, 1998), cet. 1, bab Fadha`ilu as-Shahabah no. 88 dan Shifat al-Muslimin, bab Tahrisy as-Syaithan, no. 70. terdapat pula

dalam al-Baihaqi, Dala`ilu an-Nubuwwah, bab Qarin, jilid 7 h. 102. hadis ini juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad, lihat: Al-Musnad li Imam Ahmad Ibn Hanbal, (Beirut: Dar al-Fikr, t. th), j. 1, h. 385, 397, 401, dan 460.

ketakwaannya" . Maksudnya adalah Allah telah memberikan potensi keburukan dan kebaikan kepada jiwa manusia. Malaikat membantu manusia untuk berbuat kebaikan, sedangkan jin mendorong manusia untuk berbuat keburukan atau kejahatan. Kecuali jin tersebut telah ditundukkan, maka jin tersebut akan ikut pula mendorong untuk berbuat baik pula, sebagaimana yang terjadi pada diri Rasulullah saw.

Sesungguhnya kedua potensi itu sangat penting bagi manusia, karena keduanya justru dapat menjadikan kehidupan manusia begitu dinamis dalam mencapai tujuan hidupnya. Dua kekuatan oposisi itu akan memberikan semangat kehidupan dalam mengemban amanat Allah sebagai khalifah di muka bumi ini. Kalau seandainya tidak ada unsur jin dalam diri manusia maka kehidupan mungkin akan terasa statis. Bahkan kalau kita simak kembali kisah Adam, istrinya dan iblis maka iblis atau jin lah yang mendorong manusia hidup di bumi ini.

Kembali penulis tegaskan bahwa ada dua pembisik di dalam diri manusia, yaitu bisikan untuk berbuat kebaikan dan bisikan untuk berbuat kejahatan. Bisikan yang baik mendorong manusia naik ke atas, sehingga menjadi manusia yang mulia di sisi Allah. Sedangkan bisikan jahat akan menarik manusia ke bawah yaitu suatu tempat yang paling rendah bahkan lebih Kembali penulis tegaskan bahwa ada dua pembisik di dalam diri manusia, yaitu bisikan untuk berbuat kebaikan dan bisikan untuk berbuat kejahatan. Bisikan yang baik mendorong manusia naik ke atas, sehingga menjadi manusia yang mulia di sisi Allah. Sedangkan bisikan jahat akan menarik manusia ke bawah yaitu suatu tempat yang paling rendah bahkan lebih

Keberadaan unsur jin dan malaikat dalam diri manusia kiranya cukup jelas, sebagaimana telah diungkapkan oleh al-Qur`an dan al-Hadis bahwa ada unsur malaikat dan unsur jin yang mendampingi manusia yaitu berada dalam diri manusia. Yang jelas manusia tidak dapat melihatnya, tetapi

dia ada dan dapat dirasakan dorongannya ketika kita ingin selalu berbuat baik dan juga ketika kita terdorong untuk berbuat kejahatan. Kita tak pernah melihat bentuk dan warnanya, namun kita bisa merasakan kehadirannya.

Oleh karena setan dari bangsa jin itu sesungguhnya merupakan unsure yang ada dalam diri manusia maka setan dari golongan jin itu sering kali datang untuk menggoda dengan mudah, kemudian pergi bersembunyi di dalam hati manusia dan datang lagi. Dan sering kali setan bersembunyi dibalik kejahatannya dengan memperlihatkan penampilannya yang baik, memberikan

nasehat dan kasihan kepada kita, 22 pada hal dia mempunyai konspirasi jahat untuk menjatuhkan dan membunuh karakter kita.

Setan dari jenis jin juga sangat lihai mengemas rayuannya dengan kemasan yang sangat memukau. Biasanya langkah pertama yang diambilnya adalah menggambarkan ketulusannya, dan menampilkan dirinya selaku

22 Lihat: Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Mar ā ghi, (Mesir: Musthafa al-Bilali al- Halabi, 1966/1385), juz. 28, h. 271 22 Lihat: Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Mar ā ghi, (Mesir: Musthafa al-Bilali al- Halabi, 1966/1385), juz. 28, h. 271

"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan Setan berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.s. al-A'raf 7:20-21)

Kelihaiannya terlihat juga pada kemampuannya menggambarkan sesuatu yang buruk atau berdampak negative sebagai sesuatu yang indah dan berdampak positif. Membunuh anak atau menggugurkan kandungan adalah merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan keji, namu setan melukiskannya dalam benak dan pikiran manusia sebagai sesuatu yang baik Kelihaiannya terlihat juga pada kemampuannya menggambarkan sesuatu yang buruk atau berdampak negative sebagai sesuatu yang indah dan berdampak positif. Membunuh anak atau menggugurkan kandungan adalah merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan keji, namu setan melukiskannya dalam benak dan pikiran manusia sebagai sesuatu yang baik

"Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih". (Q.s. An-Nahl 16:63).

Iblis menggoda Adam dan Hawa, menamai pohon terlarang dengan Syajarat al-Khuld (pohon kekekalan) sambil membohongi Adam, bahwa dengan memakannya ia akan memperoleh kekuasaan abadi. Sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah:

"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohoh khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?". (Q.s. Thaha 20:120)

Demikian sesuatu yang berdampak buruk, yakni pengusiran dari surga dilukiskannya sebagai hal yang berdampak baik. Dan dalam upaya Demikian sesuatu yang berdampak buruk, yakni pengusiran dari surga dilukiskannya sebagai hal yang berdampak baik. Dan dalam upaya

menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya. Dan Setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Q.s. al-A'raf 7:20)

sesungguhnya ketika dianalisis kembali kisah antara Adam dan

iblis maka sesunggunya iblis yang menggoda Adam itu dari jenis jin. Inilah yang menjadi musuh manusia yang nyata. Banyak ahli tafsir termasuk Quraish Shihab tidak membedakan jin dalam arti setan yang selalu menggoda manusia dengan jin sebagai mahluk ciptaan Allah yang hidup dalam dimensi lain dan mempunyai tanggung jawab sama sebagaimana manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah. Bahkan Shihab tidak mengakui eksistensi jin yang berada di dalam diri manusia. Bagi Shihab mengingkari keberadaan jin di luar diri

manusia sama dengan meniadakan sebagian teks al-Qur`an dan as-Sunnah. 23 Padahal menurut penulis tidak harus demikian, kalau masing-masing teks itu

dipahami dalam konteks yang tepat. Kita tidak perlu mengingkari keberadaan jin di luar diri manusia. Tapi juga tidak menolak pengertian jin yang eksistensinya berada dalam diri manusia, ketika ayat-ayat tentang jin dimaknai dan dipahami secara seimbang

23 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al- Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 26 23 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al- Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 26

Sebagaimana unsure malaikat yang ada dalam diri manusia (qorin) yang selalu mendorong manusia untuk berbuat kebaikan, maka berbeda pula dengan malaikat-malaikat ciptaan Allah yang mempunyai banyak nama dan tugas yang berbeda-beda. Malikat sebagai pendamping manusia yang

diungkapkan oleh Rasulullah adalah suatu entitas yang selalu mendorong manusia untuk melakukan kebaikan, sama dengan unsur jin yang menjadi pendamping manusia adalah entitas yang ada dalam diri manusia yang selalu mendorong untuk berbuat keburukan.

B.2. Setan dari jenis manusia

Manusia dalam bahasa arab disebut dengan kata ﻥﺎﺴﻨﺇ merupakan bentuk umum yang meliputi jenis laki-laki dan wanita, tunggal maupun jama`.

Para ulama berbeda pendapat tentang asal katanya, walaupun mereka sepakat bahwa huruf nun yang terdapat di akhir kata tersebut merupakan huruf

tambahan. Beberapa pendapat tersebut adalah: 24

24 Lihat: Ibnu Manzhur, Lis ā n al-'Arab pada kata ﺲﻧأ (Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 1 h. 552 24 Lihat: Ibnu Manzhur, Lis ā n al-'Arab pada kata ﺲﻧأ (Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 1 h. 552

pendapat dari kalangan ulama Bashrah.

b. Kata ﻥﺎﺴﻨﺇ berasal dari kata ﻥﺎﻴﺴﻨ yang berarti lupa, karena manusia adalah mahluk yang pelupa. Ini adalah pendapat dari kalangan ulama Kufah.

Sebagaimana firman Allah:

"Dan sungguh telah kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi ia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya". (Qs. Thaha 20 : 115).

c. Kata ﻥﺎﺴﻨﺇ berasal dari kata ﺱﻭﻨ yang artinya bergerak, karena manusia mahluk yang selalu bergerak.

d. Kata ﻥﺎﺴﻨﺇ berasal dari kata ﺱﺎﻨﻴﺇ yang artinya melihat, karena manusia mahluk yang dapat dilihat, sebagaimana jin disebut dalam bahasa Arab

berasal dari kata ﻥﺠ yang artinya tertutup, karena jin mahluk yang adalah mahluk yang tidak dapat dilihat oleh mata. 25

25 Seluruh pendapat di atas tersebut dapat dilihat juga dalam Tafsir al-Qurthubi, al-J ā mi` li Ahk ā m al-Qur' ā n, (Beirut: Dār Al-Kutub Al-Arabi, 1967), cet. 2, jilid 1. h. 192-193. dan lihat juga

Dari beberapa pengertian tersebut bisa penulis simpulkan bahwa manusia adalah mahluk yang bergerak yang dapat dilihat oleh mata, memiliki akal yang dapat digunakan untuk berfikir tapi mempunyai sifat pelupa dan memiliki hati sehingga dapat merasakan kesenangan atau kebahagian tapi juga dapat merasakan kesedihan dan penderitaan.

Setan dari jenis manusia ini yang dimaksud adalah manusia yang

mempunyai karakteristik buruk atau jahat sebagaimana yang dimiliki oleh setan. Ketika karakter yang buruk atau jahat itu diwujudkan dalam tindak laku kemudian mengalami proses personalisasi, maka jadilah manusia tersebut menjadi setan

Setan dari jenis manusia dalam konteks masa kini adalah banyaknya perbuatan-perbuatan maksiat dianggap sebagai perbuatan yang terhormat bahkan menjadi sesuatu yang dibanggakan, seperti menggambarkan minuman keras sebagai keperkasaan dan kejantanan, tarian seksi sebagai seni

dan budaya, dan demikian seterusnya. 26 Bahkan tidak jarang trend dan budaya yang menyimpang dianggap sebagai simbol kemajuan peradaban suatu bangsa.

Bagaimana manusia bisa dikatakan menjadi setan? Tidak dijelaskan secara tegas oleh al-Qur`an, tetapi secara subtansinya sangat jelas

Ahmad Ibn Yusuf As-Samin, Ad-Durr al-Mash ū n f ī 'Ul ū m al-Kit ā b al-Makn ū n, (Kairo: Al-Hilabi, 1986), cet. 1, j. 1, h. 119-120.

26 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi …, h. 137-139 26 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi …, h. 137-139

"Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin-jin) itu menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat". (Q.s. al-Jin 72:6).

Setan setelah memperoleh apa yang dikehendakinya, setan tidak akan membiarkan manusia sendirian, akan tetapi mendampinginya sampai manusia tersebut menjadi setan pula, yaitu menjadikannya tidak sekedar durhaka kepada Allah tetapi juga mengajak manusia lain untuk berbuat

durhaka dan kemaksiatan seperti yang telah dilakukannya 27 . Di sinilah sebenarnya manusia telah berubah menjadi setan yaitu setan dari jenis

manusia.

27 Ibid. h. 142