Hakikat Setan

C. Hakikat Setan

Bahwa dalam al-Qur`an kisah setan dan godaannya terhadap Adam selalu menyertai kisah pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah. Hal itu disebutkan dalam al-Qur`an yaitu surat al-Baqarah ayat 36, al-A'raf ayat 11, Thaha ayat 116 dan al-Isra' ayat 61.

Penyebutan yang berulangkali tersebut setidaknya dapat

mengandung dua arti. Pertama, bahwa setan tidak lain adalah Iblis. Kedua, keduanya merupakan dua hal yang berbeda atau mengandung makna bahwa kata "setan" menunjukkan sifat atau prilaku dominan bagi Iblis. Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda.

Sampai saat ini, para ulama dan cendekiawan selalu mengidentikkan setan dengan Iblis. Identifikasi ini mungkin disebabkan karena dua hal: pertama, beberapa ayat yang mengisahkan tentang pembangkangan Iblis senantiasa dibarengi dengan kata setan sesudahnya. Kedua, dalam ayat- ayat tersebut setan telah memerankan sebagai sosok penggoda manusia (Adam) untuk mendekati pohon terlarang. Peran ini sesungguhnya merupakan janji Iblis ketika ia mendapat laknat dari Allah swt. karena enggan mengikuti perintah-Nya untuk sujud kepada Adam.

Maksud kata setan yang ditafsirkan oleh banyak ulama dengan Iblis, agaknya berdasarkan penafsiran yang mengatakan bahwa jika ada Maksud kata setan yang ditafsirkan oleh banyak ulama dengan Iblis, agaknya berdasarkan penafsiran yang mengatakan bahwa jika ada

hakikat yang pertama. 28 Ketika kita simak kisah Nabi Adam mulai dari diperintahkannya

malaikat dan iblis untuk tunduk kepada Nabi Adam sampai dikeluarkannya iblis dari surga, maka kita akan tahu hakekat iblis itu sendiri. Urutan kisahnya

adalah Allah memerintahkan semua malaikat termasuk iblis untuk tunduk kepada Nabi Adam, semua melaksanakan perintah tersebut kecuali iblis.

Iblis tidak mau tunduk kepada Adam oleh karena ia takabbur, merasa lebih baik dari subtansi Adam. Ia merasa sebagai entitas atau wujud yang berasal dari api yang ia anggap lebih baik dari subtansi Adam yang berasal dari tanah. Dan diusirlah iblis dari surga. Kemudian ia menggoda Nabi Adam dan istrinya. Sejak saat itulah dia disebut juga dengan kata setan. Dikeluarkannya iblis dari surga mengandung pengertian bahwa iblis sudah tidak layak lagi sebagai penghuni surga, karena surga bukanlah tempat mahluk yang sombong, ia keluar dari taman kebahagiaan atau jannah.

Kalau seandainya iblis tidak tidak menyombongkan diri mungkin ia tidak akan dikeluarkan dari surga, maka logikanya iblis tidak akan

28 Lihat: Tafs ī r ath-Thabari , J ā mi' al-Bay ā n 'an Ta`w ī l al-Qur` ā n, (Mesir: D ā r Al- Ma' ā rif.1388 H), jilid 1, h. 294. Lihat juga: Tafsir Annawawi, (Indonesia: Syirkah An-Nur Asia, t.th),

jilid 1, h. 10, dan juga Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an, Ter. Mudzakir AS, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1994), cet. IV, h. 285 jilid 1, h. 10, dan juga Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an, Ter. Mudzakir AS, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1994), cet. IV, h. 285

Dengan demikian bisa penulis simpulkan bahwa Iblis adalah berasal dari golongan jin dan jin itu sendiri adalah unsur yang ada dalam diri

manusia yang mendorong manusia untuk berbuat jahat atau buruk, sedangkan perbuatan buruk atau jahat itu adalah perbuatan setan, maka berarti iblis itu tidak lain adalah setan yang tersembunyi yang selalu berusaha menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.

Pertanyaannya adalah siapa sesungguhnya Setan itu? Apakah Setan itu sebuah person ataukah sebuah potensi? Menurut hemat penulis, berdasarkan bukti-bukti tersebut di atas, maka setan itu hakekatnya adalah sebuah potensi kejahatan yang bisa masuk ke dalam dimensi mahluk ciptaan Allah, baik manusia ataupun jin. Setan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan materi, ia tidak mempunyai wujud yang berbentuk materi melainkan sebuah potensi kejahatan dan karakter yang buruk (immateri).

Oleh karena ia adalah sebuah potensi, maka ia bisa masuk dan muncul ke dalam diri mahluk hidup yang berbentuk materi (jasmani) seperti Oleh karena ia adalah sebuah potensi, maka ia bisa masuk dan muncul ke dalam diri mahluk hidup yang berbentuk materi (jasmani) seperti

manusia. Karena jin yang hidup di luar diri manusia itu bukanlah jin dalam pengertian setan yang sesungguhnya menjadi musuh manusia. Tapi musuh yang sesungguhnya adalah unsure jin atau setan yaitu hawa nafsu yang berada dalam diri manusia. Sesuai dengan hadis Nabi yang menjelaskan bahwa sesungguhnya setan itu mengalir di aliran darah manusia, yaitu:

"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian 29 ".

Kesimpulan ini didukung oleh sejumlah ayat yang menunjukkan kata setan dalam al-Qur`an. Dalam ayat-ayat tersebut, kata Syaithān sering kali

29 HR. Al-Bukhāri, Al-Bukhāri, Shah ī h al-Bukh ā ri , (Istambul: Al-Maktabah al-Islāmiyyah, t.th) jilid 2 h. 257 dan 258.

merujuk kepada makna kejahatan, kedurhakaan, kekufuran dan karakter buruk yang menyesatkan manusia, Misalnya:

1. Menakut-nakuti manusia dan memerintahkan kepada kekejian (Q.s. al- Baqarah 2:286)

2. Merasuk kedalam diri manusia dan menjadikannya tak tahu arah (Q.s. al- Baqarah 2:275)

3. Menggelincirkan manusia melalui amal perbuatan mereka sendiri (Q.s. Āli Imrān 3:155)

4. Menjadi sahabat buruk dan pendamping (Q.s. an-Nisā" 4:38 ; az-Zukhruf 43:36)

5. Menyesatkan manusia (Q.s. an-Nisā" 4:60)

6. Mengakibatkan kerugian yang nyata (Q.s. an-Nisā" 4:119)

7. Hanya menjanjikan tipuan (Q.s. an-Nisā" 4:120)

8. Menciptakan permusuhan dan kedengkian (Q.s. al-Mā'idah 5:91)

9. Menghiasi amal buruk manusia (Q.s. Q.s. al-An`ām 6:43)

10. Menjadikan manusia lupa (Q.s. al-An`ām 6:68)

11. Menipu manusia (Q.s. al-A`rāf 7:27)

12. Menuntun manusia agar semakin terpuruk (Q.s. al-A`rāf 7:175)

13. Merusak hubungan antar saudara (Q.s. Yūsuf 12:100)

14. Mengingkari janji (Q.s. Ibrāhīm 14:22)

15. Sangat kafir dan durhaka kepada Allah (Q.s. al-Isrā' 17:27; Maryam 19:44)

16. Mencampakkan pesimisme (Q.s.al-Haj 22:52)

17. Tidak akan menolong manusia (Q.s. al-Furqān 25:29)

18. Mengajak ke neraka (Q.s. Luqmān 31:21)

19. Menimpakan kepayahan dan siksaan (Q.s. Shād 38:41)

20. Memanjangkan angan-angan (Q.s. Muhammad 47:250)