Tripusat Pendidikan

c) Tripusat Pendidikan

Maksud dari pendidikan adalah “mengolah” anak menjadi yang sesuai dengan cita-cita orang tua maupun negara. Seorang pendidik (orang tua) yang bijaksana, tidak cukup hanya memberikan apa yang dicita-citakan itu saja, tetapi harus mempertimbangkan faktor-faktor yag lain, misalnya jiwa anak, keadaan sosial maupun tingkat kebudayaan (Ch,A, 1953).

Di bidang pendidikan Ki Hajar Dewantara mempunyai konsepsi tentang “Tripusat pendidikan”, satu upaya pembinaan pendidikan nasional yang meliputi pendidikan di tiga lingkungan hidup, yaitu lingkungan keluarga, perguruan/ sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan itu mempunyai pengaruh edukatif pada pertumbuhan jiwa dan raga anak. Dengan demikian kepribadian anak akan berkembang secara utuh dalam keadaan berkeseimbangan (Suratman, 1989).

Di antara ketiga lingkungan dalam Tripusat pendidikan, yang terpenting adalah lingkunga keluarga, seperti dijelaskan Ki Hajar Dewantara (1977) yaitu: “alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, dikarenakan sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia (hlm. 71).

Adanya hubungan pendidikan antara rumah dan sekolah, maka diperlukan kerjasama antara rumah dan sekolah. Sekali waktu bisa diadakan pertemuan antara orang tua murid dan guru-guru untuk membahas mengenai pendidikan dan pengajaran, dengan kegiatan seperti ini akan tumbuh rasa saling menghargai dalam tali silaturahim yang kuat antara orang tua dan guru, yang bermanfaat bagi pendidikan (M.E, 1953).

Para orang tua ada yang beranggapan bahwa pendidikan yang diberikan pada anak itu sudah cukup dengan memasukkan anak-anak ke sekolah, dan tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya yang masih kecil yang belum masuk sekolah. Orang tua mengira bahwa sekolah adalah satu- satunya tempat mendidik anak-anak, padahal itu adalah anggapan yang keliru.

commit to user

utama juga dari orang tuanya. Jadi harus ada keseimbangan antara pendidikan yang diberikan kepada anak, baik itu dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat agar anak nanti bisa hidup di tengah-tengah masyarakat (M.E, 1953).

Konsep-konsep pendidikan seperti Tri Pusat Pendidikan yang berusaha menyatukan peran antara orang tua (keluarga), masyarakat dan lembaga pendidikan, “Pusat Pendidikan Keluarga” yang mengutamakan pentingnya harmonisasi keluarga bagi pendidikan sang anak: “Dasar” dan “Ajar” yang menggambarkan betapa pentingnya pembawaan anak dan pengajaran dalam mendewasakan sang anak, sampai saat ini tetap relevan untuk dikembangkan dan diimplementasikan (Pikiran Rakyat, 1995).

Di dalam Tripusat pendidikan, pusat keluargalah yang paling penting. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa mulai kecil hingga dewasa anak- anak hidup di tengah-tengah keluarganya. Ini berarti bahwa anak-anak itu, baik dalam “gevoelige periode” (masa dimana semua pengalaman bercampur dengan dasarnya jiwa) maupun dalam periode bertambahnya fikiran (mengenai kemajuan dari angan-angannya serta bertambahnya pengetahuan) mendapat pengaruh yang banyak dari keluarganya masing-masing (1943).

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang paling awal. Di dalam lingkungan keluarga itu anak-anak saling mendidik dan merupakan pusat yang tetap dan mengandung keadaan yang sebaik-baiknya, maka untuk ilmu pendidikan hanya tinggal mencari cara bagaimana kita membantu orang tua tiap keluarga agar lebih pandai dalam membimbing anak-anaknya dalam keluarga sendiri (Dewantara, 1977).

Melalui Tri Pusat Pendidikannya, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk mendidik pemuda secara efektif perlu dikembangkan konsepsi “saling isi” diantara ketiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila ketiga pusat pendidikan ini dapat berjalan secara simultan dan “saling isi”, maka keterdidikan pemuda-pemuda bangsa

commit to user

masyarakat dapat ditekan (Ki Supriyoko, 1996). Lord Ponsonby, seorang bangsawan, filsuf, sarjana dan politikus di Inggris merasa sedih bahwa telah menjadi korban pengajaran sekolah yang telah diterimanya dari 93 guru yang terhitung mulai dari sekolah rendah sampai ke Oxford. Lord Ponsonby merasa tidak mendapat hasil sedikitpun dari pelajaran sekolah yang diterimanya selama bertahun-tahun di sekolah. Lord hanya mendapatkan pendidikan dari pergaulan dan pekerjaan di rumah ibu bapaknya, dan pendidikan keluarga itu lebih berharga daripada pendidikan sekolah (Tauchid, 1979).

Ada beberapa hal yang menarik dalam keterangan Ki Hajar Dewantara tentang sistem Tripusat (Wasita Th. Ke-1 no. 4 Juni 1935 sebagaimana dikutip dalam buku “Karya Ki Hajar Dewantara” bagian: Pertama) yaitu:

Pertama , keinsyafan Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai melalui satu jalur saja yaitu alam perguruan; Kedua , ketiga pusat pendidikan itu harus berhubungan erat dan harmonis; Ketiga, alam keluarga tetap merupakan pusat pendidikan yang terpenting dan memberikan budi pekerti, agama dan laku sosial; Keempat, perguruan sebagai balai wiyata yang memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan keterampilan; Kelima, alam pemuda sebagai tempat sang anak berlatih membentuk watak dan kepribadiannya; Keenam, dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah

menambah dan menggembirakan perasaan kesosialan” sang anak (Gunawan, 1989: 39).

Keluarga mempunyai peran yang sangat dominan dalam membentuk watak atau karakter seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu suasana di dalam keluarga itu akan berpengaruh kuat terhadap pembentukan karakter atau jiwa seesorang Keadaan itu bermacam- macam, misalnya, kemiskinan atau kekayaan, kesucian atau kerendahan moral, ketentraman atau kerusuhan, anak yang banyak atau harta sedikit, hanya mempunyai anak satu, ada yang sering dimarahi dan ada yang sering dimanja. Semua keadaan itu masing-masing sangat berpengaruh terhadap

commit to user

“Tersimpan” ini berarti tidak tampak, akan tetapi terus menerus mempengaruhi hidup seseorang, dalam bahasa asing inilah yang dinamakan “onderbewuste complexen” (1943).

Azas dan tujuan pendidikan, yaitu membimbing anak dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani kearah kedewasaan, agar anak itu dapat teguh berdiri dengan kedua telapak kakinya, dalam mengarungi gelombang hidupnya, dan tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain (M.E, 1953).

Ki Hajar Dewantara telah mengajarkan teori kepada generasi bangsa Indonesia, yaitu Tripusat Pendidikan, Trikon dan Trilogi Kepemimpinan. Tripusat pendidikan adalah teori tentang pengelolaan pendidikan nasional, yang mengakui adanya tiga pusat pendidikan, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam kemasyarakatan. Di antara ketiga lingkungan itu hendaknya ada kesamaan nilai yang dijunjung tinggi, sehingga terdapat keselarasan dan keserasian (Suratman, 1984).

Teori dalam ilmu pendidikan yang menyebutkan :”pendidikan sosial itu adalah tugas sekolah”, benar-benar menyalahi keadaan yang nyata, sebagai “pendidik kesosialan”. Sistem sekolahan selama masih ditujukan kepada pemberian ilmu dan kecerdasan fikiran, akan selalu bersifat tidak berjiwa, dan akan sedikit pengaruh pendidikannya bagi kecerdasan budi pekerti dan budi sosialnya. Kecerdasan fikiran dan ilmu pengetahuan selalu berpengaruh kuat terhadap bertumbuhnya egoisme (hanya mementingkan diri sendiri) dan budi keduniawian (materialisme), maka seringkali sekolahan yang tidak berjiwa itu berpengaruh antisosial (Dewantara, 1977).

Sekolah adalah tempat pendidikan yang kedua bagi anak-anak. Apabila rumah sebagai tempat pendidikan yang pertama, maka sekolah adalah merupakan lembaga pendidikan pembantu, yang berusaha menutupi kekurangan-kekurangan dalam pendidikan di rumah, sedangkan tanggung jawab terbesar tetap terletak pada orang tua. Di sekolah anak-anak bukan

commit to user

E, 1953). Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan pentingnya sistem Tri Pusat Pendidikan saling berkaitan yaitu pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga hal ini akan sangat berpengaruh pada watak dan kepribadian anak. Dalam mendidik anak diberi tuntunan dan dorongan agar tumbuh dan berkembang atas kodratnya sendiri. Pamong wajib mendorong anak didiknya dengan metode Ing Ngarsa Sung Tuladha (bila berada di depan harus bisa menjadi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (bila berada di tengah- tengah diharapkan mampu menuangkan gagasan atau ide-ide baru yang mendorong kemajuan), Tut Wuri Handayani (bila berada di belakang diharapkan ikut memberikan dukungan) (Rahardjo, 2009).

Dokumen yang terkait

1. No. Responden: 2. Nama : 3. Umur : 4. Kelas : - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 0 22

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 1 16

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

0 1 10

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat dan Kegiatan Operasional Perusahaan ` 2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Sampali berkedudukan di pasar - Efisiensi Pengelolaan Dana Dalam Rangka Meningkatkan Rentabilita

0 1 15

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan - Analisis Pinjaman Polis di AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan

0 1 27

BAB II BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT A. Sejarah Ringkas 1. Kementerian Pekerjaan Umum - Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai S

0 0 30

BAB II PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN A. Sejarah Ringkas - Sistem Informasi Akuntansi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 1 31

BAB II DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas - Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Dinas Perhubungan Kota Medan

0 0 26

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk - Peranan Kepimimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kcu Universitas Sumatera Utara.

0 0 11

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Depresi pada M ahasiswi S1 yang Sudah Menikah dan Belum Menikah di Unversitas Sebelas Maret Surakarta

0 1 46