Kesulitan dalam Belajar Matematika

II. Kesulitan dalam Belajar Matematika

Pemahaman belajar saat ini tidak lagi dipandang sebagai hasil dari penerimaan pengetahuan secara pasif oleh siswa, saat ini belajar dipandang sebagai hasil proses aktif dari sudut pandang siswa. Belajar menurut paham konstruktivisme adalah membentuk pengetahuan pada pebelajar dalam hal ini siswa. Pengetahuan terbentu karena adanya ketidakseimbangan (disequibrium), siswa akan terus membentuk konstruk sehingga terjadi keseimbangan. Paul Suparno (1997) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi arti baik teks, dialog pengalaman fisis dan lain-lain.

Beberapa peneliti merepresentasikan tempat pengetahuan sebagai suatu blok- blok apartemen yang terdiri dari banyak ruangan. Bila siswa memperoleh banyak pengetahuan, maka kepingan-kepingan pengetahuan atau informasi baru bagi siswa tersebut akan masuk ke ruangan yang berbeda-beda. Banyaknya pengetahuan yang dimiliki siswa, dapat diekspresikan sebagai banyaknya ruangan yang telah ditempati oleh kepingan-kepingan pengetahuan atau informasi yang spesifik.

Antara penghuni apartemen tersebut mungkin terjadi interaksi atau mungkin pula tidak terjadi. Interaksi antara penghuni blok apartemen tersebut untuk setiap siswa akan sangat beragam. Indikasi telah terjadi kontak antara berbagai kepingan blok pengetahuan dapat diamati dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan dalam hal ini persoalan matematika. Kemampuan siswa menyelesaikan persoalan matematika pada situasi yang berbeda sangat bergantung pada kualitas interaksi fungsional antara blok apartemen dalam hal ini adalah blok pengetahuan tersebut. Ini berarti bahwa telah terjadi kontak antara berbagai kepingan informasi itu.

Situasi lain yang sangat mungkin terjadi adalah kepingan-kepingan informasi itu memiliki kemampuan dan keinginan untuk bekerjasama, bertukar fungsi dan saling memberikan tantangan. Bila seorang siswa memiliki tempat penyimpanan pengetahuan dalam blok-blok aparteman yang tertata dengan baik, dan memiliki fungsi interaksi dengan baik pula, maka diharapkan siswa tersebut dapat memanfaatkan pengetahuan

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar matematika sering kali ditentukan oleh hasil yang ditunjukkan dalam tes prestasi yang distandarisasi. Tetapi umumnya, tes yang dikembangkan berbentuk pilihan berganda sehingga tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai proses mental yang mungkin mempengaruhi prestasi siswa. Umumnya seorang siswa dikatakan berkesulitan belajar matematika apabila perolehan hasilnya jauh dibawah rata-rata kelompoknya. Dibanding dengan teman sebayanya yang normal dalam matematika, siswa yang berkesulitan belajar matematika ditandai dengan penggunaan strategi pemecahan soal yang tidak efisien, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaian soal, dan seringnya membuat kesalahan penghitungan dan kesalahan yang terkait dengan ingatan.

Dalam tulisan ini asumsi yang diberikan adalah siswa sebenarnya telah memiliki pengetahuan yang tidak berbeda secara signifikan, karena mereka mengikuti pembelajaran matematika yang diselenggarakan sekolah dengan jumlah waktu yang sama. Dengan kata lain secara kuantitas mereka memiliki kuantitas pengetahuan matematika yang sama. Beberapa penelitian terhadap siswa yang berkesulitan dalam matematika telah difokuskan pada kualitas pengetahuan matematikanya. Secara spesifik, model jaringan telah juga dipergunakan sebagai dasar untuk menggambarkan karakteristik pengetahuan spesifik yang dimiliki oleh siswa-siswa ini (Halford 1993).

Beberapa peneliti telah mengindikasikan bahwa kualitas pengetahuan mencerminkan bagaimana pengetahuan itu direpresentasikan (Ostad 2000). Lebih spesifik lagi, sebuah tempat penyimpanan pengetahuan matematika akan lebih fungsional apabila keping-keping informasi itu disusun di dalam otak menjadi suatu jaringan bagian-bagian yang saling berketergantungan. Oleh karena itu, satu keping informasi tertentu menjadi bagian dari pengetahuan matematika yang fungsional jika,

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

Siswa mengalami kesulitan belajar matematika apabila keping-keping informasi yang dia peroleh masih berdiri sendiri dan belum terbentuk jaringan antar keping- keping pengetahuan. Dengan asumsi ini diperlukan pembelajaran matematika untuk siswa yang berkesulitan belajar agar dapat mengembangkan strategi belajarnya sehingga setiap siswa dapat membentuk jaringan antar keping-keping pengetahuan untuk dapat memanfaatkan semua keping informasi dalam menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi dalam UAN.