Peran Guru

1. Peran Guru

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Di dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

Lebih dulu ada dari peraturan pemerintah tersebut di atas, pada tahun 2000 National Council of Teachers of Mathemathics (NCTM) sudah menerbitkan Principles and Standards for School Mathematics , yang antara lain memuat standar-standar proses untuk matematika sekolah. Salah satu diantaranya adalah standar untuk pengajaran, yaitu bahwa pengajaran matematika yang efektif mensyaratkan pemahaman pada apa yang perlu diketahui dan perlu dipelajari siswa, dan kemudian menantang dan mendukung siswa untuk mempelajarinya dengan baik. Masih menurut standar NCTM, pengajaran matematika yang efektif mensyaratkan pengetahuan dan pemahaman tentang matematika, para siswa sebagai si pembelajar, dan strategi-strategi kependidikan.

Memperhatikan peran guru sebagai agen pembelajaran seperti disebut dalam peraturan pemerintah di atas, dan apa yang dipersyaratkan oleh NCTM untuk pengajaran matematika yang efektif, maka dapatlah disimpulkan bahwa sangatlah penting bagi seorang guru matematika untuk memahami matematika yang akan diajarkannya, trampil memilih strategi untuk mengajarkannya, dan mempunyai pemahaman yang baik atas siswa-siswanya. Pemahaman atas siswa-siswanya ini, khususnya tentang bagaimana para siswa berpikir tentang matematika dan bagaimana mereka belajar matematika, menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru matematika, terlebih jika dikaitkan dengan paham konstruktivis.

Menurut konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang guru kepada siswa begitu saja, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa, sebagaimana dikatakan oleh Bettencourt, yang dikutip Suparno (1996), bahwa bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Oleh karena itu peran guru adalah sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa dalam rangka mengkonstruksi pengetahuannya dapat berjalan dengan baik.

Sebagai fasilitator dan mediator, seorang guru dituntut untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif, khususnya dengan para siswa di dalam kelasnya.

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

Menurut Supano (1996) untuk menunjang perannya sebagai fasilitator dan mediator, seorang guru antara lain harus mampu memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran seorang siswa itu benar ataukah tidak. Dalam peran yang demikianlah, pentingnya kemampuan komunikasi matematis bagi seorang guru matematika tidaklah diragukan lagi.

2. Komunikasi Matematis Ada banyak cara orang berkomunikasi, misalnya melalui percakapan, nyanyian, tanda suara tertentu, isyarat nonverbal, gambar, bahasa tubuh, sentuhan, kontak mata, dan juga tulisan. Beberapa ketrampilan dari bentuk komunikasi tersebut, khususnya percakapan, bahasa tubuh, kontak mata, dan tulisan, sangat diperlukan oleh guru bidang apapun, terutama agar ia dapat menjalin interaksi yang baik dengan para siswanya, sehingga dapat menjadi fasilitator dan mediator yang berguna dalam mengembangkan potensi siswa.

Melalui interaksi guru-siswa yang baik, seorang guru akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan siswa atau apa yang menjadi ketidaktahuan siswa. Dengan cara menyimak apa yang dikatakan siswa, apa yang ditanyakan siswa, apa yang siswa tuliskan/gambarkan, dan juga dengan memperhatikan ekspresi siswa, seorang guru akan dapat mengetahui manakala seorang siswa memerlukan bantuannya.

Dalam matematika, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi menjadi bagian yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi adalah cara untuk berbagi (sharing) gagasan dan mengklarifikasi pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan-gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi, dan perombakan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelanggengan untuk suatu gagasan-gagasan, serta juga menjadikan gagasan- gagasan itu diketahui publik (NCTM, 2000).

Bagi siswa, terlibat dalam komunikasi matematis, baik dengan guru maupun dengan teman-temannya, baik secara lisan maupun tertulis, baik pada saat pembelajaran berlangsung maupun di luar kelas, akan sangat banyak manfaatnya untuk meningkatkan pemahaman matematis mereka. Menurut NCTM (2000) saat para siswa ditantang untuk berfikir dan bernalar tentang matematika, serta untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran mereka itu pada orang lain secara lisan atau tertulis, maka mereka telah belajar untuk menjadi jelas dan meyakinkan. Menyimak penjelasan-penjelasan orang

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

NCTM (2003) menyebutkan bahwa seorang calon guru matematika haruslah mampu mengkomunikasikan pikiran matematisnya secara lisan dan tertulis kepada teman-temannya, para dosen, dan kepada yang lainnya, dengan indikator-indikator, mampu (1) mengkomunikasikan pikiran matematisnya secara koheren dan jelas kepada teman-temannya, para dosen, dan kepada yang lainnya, (2) menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat, (3) mengelola pikiran matematisnya melalui komunikasi, dan (4) menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematis dan strategi-strategi orang lain.

Indikator pertama, yaitu mampu mengkomunikasikan pikiran matematisnya secara koheren dan jelas kepada teman-temannya, para dosen, dan yang lainnya, dapat dimaknai bahwa seorang mahasiswa calon guru matematika haruslah mampu menyebutkan dan menuliskan alasan dari setiap langkah penyelesaian masalah matematika yang dikemukakannya dengan masuk akal, benar, lengkap, sistematis, dan jelas. Kemampuan ini sangat penting baginya kelak kalau menjadi guru, sebab ia akan berperan menjadi fasilitator dan mediator bagi siswa yang belajar matematika.

Indikator kedua, yaitu mampu menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat, bermakna bahwa sangatlah penting bagi seorang calon guru matematika untuk mampu menyampaikan ide matematisnya dalam istilah yang formal digunakan dalam matematika, karena ia nanti harus mampu membimbing siswa beralih dari bahasa sehari-hari ke bahasa matematis, atau dari informal ke formal. Hal pokok yang penting terkait hal ini adalah seorang calon guru harus mampu menggunakan istilah, gambar, tabel, diagram, notasi, atau rumus matematika secara tepat.

Indikator ketiga, yaitu mampu mengelola pikiran matematisnya melalui komunikasi, bermakna bahwa seorang calon guru matematika harus dapat menyampaikan ide/gagasannya tentang matematika, melalui komunikasi, baik lisan maupun tertulis. Berlatih menulis sesuatu tentang matematika atau pendidikan matematika akan sangat berguna baginya dalam meningkatkan pemahaman akan apa

Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA

Indikator keempat, yaitu mampu menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematis dan strategi-strategi orang lain, penting bagi seorang calon guru matematika agar kalau ia menjadi guru nantinya ia akan mampu: (1) memahami, menerima, dan menghargai jalan pikiran siswa yang beragam, (2) mengklarifikasi, mengoreksi, atau meluruskan jalan pikiran siswa yang keliru, (3) membimbing diskusi siswa, dan (4) merespon pertanyaan dan jawaban siswa dengan cepat dan tepat.

Memperhatikan uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa seseorang dikatakan mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang baik apabila ia mampu mengkomunikasikan ide matematisnya kepada orang lain dengan jelas, tepat, dan efektif, dengan menggunakan istilah matematis yang sesuai, baik secara lisan maupun tertulis.