Sistem Informasi Geografis SIG dan Aplikasinya untuk Perubahan

dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya Pontoh dan Kustiawan, 2009. Kota sebagai pusat pelayanan selalu berinteraksi dengan wilayah sekitarnya. Dalam konteks hubungan antara kota sebagai pusat pelayanan dan wilayah sekitarnya sebagai hinterland maka terdapat empat kemungkinan sifat interaksi Sadyohutomo, 2008.

C. Sistem Informasi Geografis SIG dan Aplikasinya untuk Perubahan

Tutupan Lahan Sistem Informasi Geografis atau Georaphic Information System GIS merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial bereferensi keruangan. Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis Aronoff, 1989. Secara umum pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis Narulita, 2008. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis SIG seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Universitas Sumatera Utara Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS Canadian GIS-SIG Kanada, digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada CLI-Canadian Land Inventory sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu SIG berkembang di beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua Asia Charter dan Agtrisari, 2002. Secara umum, bentuk data dalam SIG dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu data raster dan data vektor. Data raster adalah data dimana semua obyek disajikan secara sekuensial pada kolom dan baris dalam bentuk sel-sel atau yang sering disebut sebagai pixel picture element. Masing-masing sel mewakili suatu areal yang berbentuk segiempat dan umumnya bujursangkar. Dalam model ini, setiap obyek baik yang berbentuk titik, garis dan polygon semuanya disajikan dalam bentuk sel titik. Setiap sel memiliki koordinat dan informasi atribut keruangan dan waktu. Model ini umumnya dimiliki oleh data citra satelit yang sudah siap dibaca oleh komputer sehingga sering disebut dengan Machine readable data. Sedangkan Data vektor adalah struktur data yang berbasis pada sistem koordinat yang umum digunakan untuk menyajikan feature peta. Data vektor biasanya diperoleh dengan alat digitasi Jaya, 2002. Penghijauan kota sebagai salah satu dari kegiatan tata guna lahan dan tata ruang kota dapat dilaksanakan dengan berbasiskan SIG dan penginderaan jarak jauh terutama dalam penentuan lokasi penghijauan dengan menggunakan citra Universitas Sumatera Utara satelit. Manajemen dan system pengelolaan data harus mampu menyediakan data yang siap dan mudah digunakan sesuai dengan kebutuhan penyusunan rancangan rencana perkotaan Wikantiyoso, 2000. GIS sudah banyak digunakan di banyak bidang dan industry seperti pertanian, militer, industri perminyakan, transportasi, lingkungan, dan kehutanan. Aplikasi GIS di pengelolaan sumberdaya alam menjadi popular. GIS adalah sebuah alat pengelolaan yang canggih untuk pengelolaan dan perencanaan sumberdaya. Beberapa standart aplikasi GIS adalah sebagai berikut perubahan penggunaan lahan, perencanaan lokasi lahan, lokasi pertanian, inventori hutan, pengelolaan dan monitoring pemetaan, inventori tanah, dan sebagainya Rahmawaty, 2011. Analisis terhadap data citra satelit dengan SIG untuk mendapatkan data penggunaan lahan dan perubahannya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe penggunaan lahan di Provinsi Bali antara tahun 2003 dan 2008. Kota Denpasar merupakan wilayah administrasi yang paling luas mengalami konversi penggunaan lahan, baik berupa penambahan maupun pengurangan tipe penggunaan lahan yaitu seluas 3.385,81 ha. Di Kota Denpasar, penggunaan lahan pemukiman merupakan yang terluas mengalami perubahan penambahan yaitu seluas 907,89 ha sedangkan sawah irigasi adalah yang terluas mengalami pengurangan yaitu seluas 824,16 ha. Akan tetapi, Kabupaten Badung merupakan wilayah administrasi terluas yang mengalami perubahan lahan dari lahan non pemukiman menjadi lahan pemukiman yaitu seluas 1.054,29 ha. Di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung juga terjadi penambahan luas hutan mangrove Universitas Sumatera Utara dimana luas Mangrove di Denpasar bertambah seluas 285,69 ha dan di Kabupaten Badung bertambah seluas 127,10 ha As- Syakur, Vol 6, No 1: 2011 . Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi permukiman di Kota Medan dapat dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan panen padi sawah, dan berkurangnya jumlah produksi padi. Disamping itu penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan jumlah bangunan yang dibangun di Kota Medan. Dari tahun 2002 pemukiman mendominasi tutupan lahan di pesisir Kota Medan dengan peingkatan luasan setiap tahunnya mencapai 30,6 pada tahun 2009 dari total luas lahan. Belukar rawa yang sebelumnya menutupi 29,57 tutupan lahan dari luas total mengalami penurunan yang signikan menjadi 20,4 . Selanjutnya kebun campuran tidak ditemukan lagi pada tahun 2009 yang sebelumnya 16,619 Ha pada tahun 2002. Resolusi citra landsat adalah 30 x 30 m, maka kelas tutupan lahan yang luasnya sangat kecil akan tidak terlihat pada citra Pada kelas kebun campuran yang tidak ditemukan lagi pada tahun 2009 disebabkan oleh keterbatasan citra landsat yang resolusinya rendah Putra, 2012. Berdasarkan hasil penelitian Alamsyah 2011 faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menjual lahan mereka adalah produktivitas dan proporsi pendapatan dengan derajat kepercayaan 5 yaitu pada pengolahan data seluruhnya baik dengan data out layer ataupun tidak. Sedangkan untuk variabel yang tidak signifikan adalah harga jual lahan luas lahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi keputusan petani dalam mengkonversi lahan adalah produktivitas dan proporsi pendapatan dari Universitas Sumatera Utara pertaniannya. Purwoko dan Onrizal 2002 dalam Harahap ,2011 yang menyatakan bahwa gambaran kerusakan mangrove juga bisa dilihat dari kemerosotan sumber daya alam yang signifikan di kawasan hutan mangrove, baik pada ekosistem hutan pantai, ekosistem perairan, fisik lahan dan lain-lain. Hal ini berakibat langsung pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar hutan mangrove. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat Rabiatun, 2012. Wilayah pesisir ditinjau dari berbagai macam peruntukannya merupakan wilayah yang sangat produktif Supriharyono, 2000 Wilayah ini merupakan tempat menumpuknya berbagai bahan baik berasal dari hulu atau setempat akibat berbagai macam aktifitas manusia. Menurut Suprihayono 2007 wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang Universitas Sumatera Utara terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran Sektor pertanian mempunyai potensi yang strategis bagi pembangunan di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara, karena tanahnya subur dan cocok untuk komoditas tanaman pangan, hortikultur dan tanaman perkebunan. Hutan mangrove yang membentang dari pantai utara Pantai Timur Sumatera Utara ke daerah pantai selatan Kabupaten Labuhan Batu dengan ketebalan bervariasi antara 50-150 m ditumbuhi oleh mangrove sejati dan mangrove semu Purwoko, 2009. Irawan 2005, mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1 pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering; 2 akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering; 3 daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.

D. Analitycal Hierarchy Process AHP dan Aplikasinya untuk Perubahan