Berdasarkan sifatnya, biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dari waktu ke waktu,
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya setiap periode tergantung pada tingkat produksi.
Berikut ini akan disajikan contoh dari anggaran tersebut
Tabel 6 PT. CHARISMA
Anggaran Biaya Tidak Langsung BAGIAN
DEPARTEMEN I
DEPARTEMEN II
DEPARTEMEN III
PRODUK A Unit yang diproduksi
Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung produk A
PRODUK B Unit yang diproduksi
Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung produk B
Total biaya tidak langsung
9.500 Rp. 2
Rp. 19.000
10.500 Rp. 2
Rp. 21.000 Rp. 40.000
9.500 Rp. 4
Rp. 8.000
10.200 Rp. 2
Rp. 21.000 Rp. 59.000
9.500 Rp. 3
Rp. 28.500
10.500 Rp. 3
Rp. 31.500 Rp. 60.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 174.
Dalam menyusun anggaran biaya pabrik tidak langsung harus diperhatikan tingkat kegiatan yang dipakai sebagai dasar penaksiran biaya pabrik tidak langsung.
Untuk mempermudah penyusunan anggaran overhead pabrik biasanya menggunakan sistem departemenasi biaya. Dimana pengalokasian overhead pabrik pada masing-
masing departemen dapat dilakukan berdasarkan jam kerja, satuan produksi dan lain- lain. Setelah dilakukan pengalokasian, selanjutnya ditentukan kapasitas yang akan
digunakan sebaga kapasitas standar. Kapasitas yang umum dipakai adalah kapasitas normal yaitu kapasitas rata-rata bila berproduksi secara normal.
E. Analisa Penyimpangan Biaya Produksi
Universitas Sumatera Utara
Penyimpangan biaya produksi dapat diartikan sebagai perbedaan yang didapatkan dari perbandingan antara anggaran biaya produksi dibandingkan dengan
realisasi biaya produksi yang terjadi dalam kenyataannya actual. Apabila dalam perbandingan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi itu ditemukan adanya
penyimpangan maka perbedaan tersebut harus diteliti, dianalisa untuk kemudian diperbaiki. Dalam menentukan pengaruh yang ditimbulkan dari adanya
penyimpangan, manajemen perusahaan perlu membuat suatu perhitungan, prosedur ataupun sebuah analisa untuk meneliti besarnya selisih penyimpangan yang ada,
bersifat menguntungkan atau tidak, material atau tidak material bagi perusahaan. Analisa yang dapat digunakan dalam meneliti penyimpangan yang ada pada sebuah
anggaran biaya produksi adalah analisa penyimpangan biaya produksi atau sering disebut dengan istilah Analisa Selisih.
Pada bagian-bagian organisasi yang tidak dapat menjalankan rencana karena 1 atau 2 alasan, sebaiknya jangan membuang waktu dan usaha pada kegiatan yang
sudah berjalan dengan baik. Apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana, maka akan terdapat sedikit perbedaan antara hasil yang sesungguhnya dan
hasil yang diharapkan sesuai dengan anggaran dan standar. Bagaimanapun, jika hasil sesungguhnya tidak sesaui dengan anggaran dan standar, sistem pelaporan kinerja
akan memberikan tanda kepada manajer bahwa telah terjadi “pengecualian”. Tanda- tanda ini dalam bentuk selisih dari anggaran atau standar.
Perbedaan antara hasil sesungguhnya dengan yang diharapkan akan hampir selalu terjadi. Jika setiap selisih diselidiki, maka manajemen akan membutuhkan
banyak waktu. Selisih dapat terjadi dengan berbagai alasan dan hanya beberapa saja yang penting dan membutuhkan perhatian manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Bagaimanakah seharusnya
manajer memutuskan selisih mana yang penting
untuk diteliti? Salah satu petunjuk yang membantu adalah ukuran selisih tersebut. Suatu selisih yang bernilai 5 mungkin tidak cukup besar untuk meminta perhatian
manajemen, sedangkan selisih yang bernilai 5000 mungkin sebaiknya ditelusuri. Petunjuk lain adalah ukuran selisih terhadap jumlah pengeluaran yang terjadi. Selisih
yang hanya 0,1 dari jumlah pengeluaran mungkin dianggap baik. Dilain pihak, selisih sebesar 10 dari pengeluaran lebih mungkin merupakan tanda bahwa telah
terjadi suatu kesalahan. Jadi, material atau tidaknya suatu penyimpangan selisih tergantung dari ukuran yang ditetapkan oleh perusahan.
Penyimpangan biaya produksi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Favorable cost variance, yaitu penyimpangan biaya yang bersifat
menguntungkan. Hal ini terjadi karena biaya standar lebih besar dari biaya yang sesungguhnya terjadi.
b. Unfavorable cost variance, yaitu penyimpangan biaya yang tidak menguntungkan atau disebut dengan penyimpangan yang merugikan. Keadaan ini terjadi apabila
biaya standar lebih kecil dari biaya yang sesungguhnya terjadi. Dalam mempelajari dan mengevaluasi varians untuk menentukan sebab yang
mendasarinya, kemungkinan berikut ini perlu dipertimbangkan: 1.
Varians tidak material. 2.
Varians disebabkkan oleh kesalahan pelaporan. 3.
Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. 4.
Banyak varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.
5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan
harus diselidiki secara teliti.
Universitas Sumatera Utara
Ada banyak cara untuk mempelajari atau menyelidiki varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya. Berikut beberapa pendekatan yang utama :
1. Pertemuan dengan manajer pusat tanggung jawab, penyelia dan karyawan
lainnya dalam pusat tanggung jawab yang terlibat. 2.
Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan, dan keadaan umum lainnya.
3. Pengamatan langsung.
4. Penyelidikan ditempat oleh manajer lini.
5. Penyelidikan oleh kelompok staf dispesifikasi menurut tanggung jawab.
6. Pemeriksaan intern.
7. Penelitian khusus.
8. Analisis varians.
Analisa varians melibatkan penggunaan hubungan antara dua variabel yang masing-masing terdiri dari rangkaian data untuk memantau sebab-sebab terjadinya
penyimpangan. Analisa varians digunakan secara luas dalam laporan keuangan dan sering diaplikasikan menurut keadaan berikut :
a. Penyelidikan penyimpangan antara relisasi tahun berjalan dengan realisasi tahun
lalu, dimana tahun lalu dianggap sebagai dasar. b.
Penyelidikan penyimpangan antara realisasi dengan anggaran atau biaya standar, dimana anggaran atau biaya standar diperlukan sebagai dasar pembanding.
c. Penyelidikan penyimpangan antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan
atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.
Penyimpangan biaya produksi dapat dibedakan menjadi : 1.
Material Cost Variance, yang terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Peyimpangan harga bahan baku Material Cost Variance
b. Penyimpangan pemakaian bahan baku Material Cost Variance
2. Labour Variance, yang terdiri dari :
a. Penyimpangan tarif upah Labour Rate Variance
b. Penyimpangan jam kerja Labour Time Variance
3. Factory Overhead Variance, yang menggunakan tiga jenis metode, yaitu :
a. Metode dua selisih, terdiri dari :
1. Controllable Variance
2. Volume Variance
b. Metode tiga selisih, terdiri dari :
1. Spending Variance
2. Idle Capacity Variance
3. Efficiency Variance
c. Metode empat selisih, terdiri dari
1. Spending Variance
2. Idle Variance
3. Variable Efficiency Variance
4. Fixed Efficiency Variance
Untuk memudahkan pengertian maka penulis hanya membahas model dua selisih untuk biaya bahan baku dan biaya upah langsung. Dan untuk biaya overhead
pabrik penulis mencoba menggunakan model dua selisih, model tiga selisih dan model empat selisih.
Sebagai contoh : Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar
disajikan seperti :
Universitas Sumatera Utara
Biaya bahan baku 5 Kg Rp. 1.000 Rp. 5.000
Biaya tenaga kerja 20 jam Rp. 500 Rp. 10.000
Biaya overhead pabrik :Variabel 20 jam Rp. 400 Rp. 8.000
Tetap 20 jam Rp. 300 Rp. 6000
Total Rp.
29.000
kapasitas produksi perbulan direncanakan perusahaan sebesar 5.200 jam tenaga kerja langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari 19XX adalah sebagai berikut : 1.
Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 Kg Rp. 1.100 2.
Jumlah produk yang diproduksikan dan selesai diproses dalam bulan Januari 19XX adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya adalah sebagai
berikut : a.
Biaya bahan baku 1.050 Kg Rp. 1.100 =
Rp. 1.155.000 b.
Biaya tenaga kerja 5.100 jam Rp. 475 =
Rp. 2.422.500 c.
Biaya overhead pabrik =
Rp. 3.650.000 Atas dasar data dalam contoh maka :
Biaya Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih Selisih Harga Bahan Baku
HSt-HS x KS Rp. 1.000- Rp. 1.100 x 1.050 Kg
= Rp. 105.000 R
Selisih Kuantitas Biaya Bahan Baku
KSt-KS x HSt 1.250-1.050 x Rp. 1.000
= Rp. 200.000 L
Total Selisih Bahan Baku Rp. 95.000 L
Universitas Sumatera Utara
Dimana HSt = Harga Standar
KSt = Kapasiatas Standar HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kapasitas Sesungguhnya
Biaya Tenaga Kerja Langsung dengan Model Dua Selisih Selisih tarif upah
TUSt-TUS x JKS Rp. 500 – Rp. 475 x 5.100 jam
= Rp. 127.500 L
Selisih efisiensi upah
JKSt-JKS x TUSt 5.000-5.100 x Rp. 500
= Rp. 50.000 R
Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp. 77.500 L
Dimana TUSt = Tarif Upah Standar
TUS = Tarif Upah Sesungguhnya JKSt = Jam Kerja Standar
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
1 Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan Model Dua Selisih Selisih Terkendalikan Controllable Variance
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 3.650.000
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal 5.200
x Rp.
300 Rp.
1.560.000 Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya
Rp. 2.090.000 Biaya overhead pabrik variabel pada jam standar
5.000 jam
x Rp.
400 Rp.
2.000.000
Selisih Terkendalikan Rp. 90.000R
Universitas Sumatera Utara
Selisih Volume
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5.200 jam
Jam tenaga
kerja standar
5.000 jam
Selisih volume 200 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp. 300 per jam
Selisih volume 200 jam x Rp. 300 Rp. 60.000 R
2 Model Tiga Selisih
Selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp. 150.000 tersebut dapat dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu :
Selisih Pengeluaran Spending variance
Biaya overhead
pabrik sesungguhnya
Rp. 3.650.000
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal 5.200
x Rp.
300 Rp.
1.560.000 Biaya overhead variabel sesungguhnya
Rp. 2.090.000 Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang dianggarkan
Pada jam sesungguhnya dicapai 5.100 jam x Rp. 400 Rp. 2.040.000
Selisih pengeluaran Rp. 50.000 R
Selisih Kapasitas Idle Capacity Variance
Kapasiats normal
5.200 jam
Kapasitas sesungguhnya
5.100 jam
Kapasitas yang tidak dipakai 100 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp. 300 per jam
Universitas Sumatera Utara
Selisih kapasitas 100 jam x Rp. 300 Rp. 30.000 R
Selisih Efisiensi
Jam standar
5.000 jam
Jam sesungguhnya
5.100 jam
Selisih efisiensi
100 jam
Tarif biaya
overhead pabrik
Rp. 700
per jam
Selisih efisiensi 100 jam x Rp. 700 Rp. 70.000 R
3 Model Empat Selisih
Model empat selisih merupakan perluasan model tiga selisih. Selisih efisiensi dalam tiga variabel tersebut dipecah menjadi selisih efisiensi variabel dan selisih
efisiensi tetap. Selisih biaya overhead sebesar Rp. 150.000 R tersebut dipecah menjadi empat macam selisih sebagai berikut
Selisih pengeluaran
Rp. 50.000
R Selisih
kapasitas Rp.
30.000 R
Selisih efisiensi dipecah menjadi : Selisih efisiensi variabel 100 jam x Rp. 400
Rp. 40.000 R Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp. 300
Rp. 30.000 R
Total selisih biaya overhead Rp. 150.000 R
Pada umumnya penyimpangan bahan baku baik yang sifatnya menguntungkan favorable maupun yang merugikan unfavorable dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya fluktuasi harga yang sulit diramalkan, tingkat persaingan pasar yang kompetitif, dan lain sebagainya. Penyimpangan pemakaian bahan baku dapat terjadi
karena bahan baku yang diolah tidak sesuai dengan standar, jadwal penerimaan bahan
Universitas Sumatera Utara
baku yang tidak tepat, adanya perubahan metode produksi, dan penyusunan rencana produksi yang tidak teliti.
Penyimpangan upah langsung dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif dan jumlah pemakaian jam kerja, jika dibandingkan dengan standar tarif dan standar
pemakaian jam kerja langsung. Penyimpangan tarif upah langsung dapat disebabkan karena rencana dan jadwal penugasan tenaga kerja yang tidak efisien, penetapan tarif
upah langsung berbeda untuk masing-masing pekerja. Penyimpangan efisiensi upah langsung dapat disebabkan karena tenaga kerja
bekerja tidak efisien, sehingga hasil kerjanya berada dibawah standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Peralatan kerja yang tidak memadai, bahan baku yang
dibutuhkan tidak sesuai dengan standar kebutuhan produksi yang mengakibatkan tenaga kerja tidak bekerja secara penuh dan sebagainya.
Penyimpangan biaya pabrik tidak langsung dibedakan atas biaya terkendali Controllable Variance dan penyimpangan volume Volume Variance.
Penyimpangan terkendali pada umumnya disebabkan karena kenaikan harga bahan tidak langsung, upah tidak langsung, dan sebagainya. Penyimpangan volume terjadi
karena adanya perubahan metode penyusutan atas bangunan pabrik, misalnya metode garis lurus diganti dengan metode saldo menurun berganda. Penyebab lainnya adalah
karena kenaikan premi asuransi, kenaikan gaji karyawan pabrik, dan lain sebagainya. Pembebanan penyimpangan bahan baku langsung, upah langsung dan biaya pabrik
tidak langsung dapat dibebankan ke harga pokok penjualan dan ke persediaan barang jadi.
F. Laporan Realisasi Biaya Produksi