2. Anggaran Biaya Produksi
Setelah menyusun anggaran produksi, langkah selanjutnya ialah menentukan berapa besarnya biaya yang dikeluarkan, dan jenis apa saja yang diperlukan terhadap
jumlah produksi yang akan dihasilkan. Anggaran ini dinamakan anggaran biaya produksi, yang terdiri dari :
1. Anggaran biaya bahan baku.
2. Anggaran biaya upah langsung
3. Anggaran biaya tidak langsung
Ad. 1. Anggaran Biaya Bahan Baku. Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana tentang biaya bahan baku
langsung yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi sesuai dengan anggaran produksi. Adapun tujuan penyusunan anggaran biaya bahan baku adalah sebagai
berikut : 1.
Menaksir jumlah bahan baku yang diperlukan 2.
Menaksir besarnya kuantitas pemakaian bahan baku dalam proses produksi. 3.
Menaksir besarnya dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai pedoman menghitung biaya per unit atau harga pokok produksi
barang yang akan diproduksi. 5.
Sebagai dasar pengawasan bahan baku. Anggaran biaya bahan baku ini terdiri dari tiga buah anggaran, yang disusun
secara berurutan, yaitu : A. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan produksi pada periode mendatang. Dalam
anggaran ini dicantumkan : a.
Jenis barang yang dihasilkan. b.
Jenis bahan baku yang digunakan. c.
Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi. d.
Standart pemakaian bahan baku. e.
Waktu pemakaian bahan baku. Berikut ini disajikan contoh anggaran kebutuhan bahan baku :
Tabel 2 PT. CHARISMA
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku BAHAN
X Y Z PRODUK A
Unit yang diproduksi Standar bahan untuk 1 unit produksi
Unit bahan yang dibutuhkan PRODUK B
Unit yang diproduksi Standar bahan untuk 1 unit produksi
Unit bahan yang dibutuhkan Total unit bahan yang dibutuhkan
9500 10
95.000 10.500
9 94.500
189.500 9.500
5 47.500
10.500 3
31.500 79.000
9.500 3
28.500 10.500
1 10.500
39.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 125.
B. Anggaran Pembelian Bahan Baku Anggaran ini disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang harus
dibeli pada periode mendatang. Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku. Dalam anggaran ini
dicantumkan : a.
Mutu dan jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
b. Jumlah unit bahan baku yang dibeli.
c. Harga bahan baku yang dibeli.
d. Waktu pembelian bahan baku.
Berikut disajikan contoh anggaran pembelian bahan baku :
Tabel 3 PT. CHARISMA
Anggaran Pembelian Bahan Baku BAHAN
X Y Z
Unit yang dibutuhkan untuk produksi Ditambah persediaan akhir yang
diinginkan. Dikurangi persediaan awal.
Unit yang harus dibeli. Harga per unit.
Total pembelian. 180.000
20.000 200.000
15.000 185.000
5 925.000
70.000 10.000
80.000 5.000
75.000 10
750.000 30.00
2.000 32.000
1.000 31.000
10 310.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 132.
C. Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Dipergunakan Dalam Produksi. Anggaran ini merupakan perencanaan yang lebih terperinci tentang biaya
bahan baku untuk produksi selama periode yang akan datang, yang didalamnya terdapat rencana tentang jenis dan kualitas bahan baku yang diolah, kuantitas bahan
baku yang diolah, harga bahan baku yang diolah, dan kapan bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi yang
dihasilkan. Berikut ini akan disajikan contoh anggaran tersebut
Tabel 4 PT. CHARISMA
Anggaran Biaya Bahan Baku BAHAN
X Y Z PRODUK A
Unit yang diproduksi 90.000
45.000 30.000
Universitas Sumatera Utara
Standar bahan untuk 1 unit produksi Unit bahan yang dibutuhkan
PRODUK B Unit yang diproduksi
Standar bahan untuk 1 unit produksi Unit bahan yang dibutuhkan
Total unit bahan yang dibutuhkan 5
450.000 40.500
10 405.000
855.000 5
227.500 30.500
10 305.000
532.500 10
300.000 20.500
5 205.000
505.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 138.
Ad.2. Anggaran Biaya Upah Langsung Anggaran ini disusun untuk merencanakan berapa biaya yang akan
dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung sehubungan dengan memproduksi bahan baku menjadi barang jadi sesuai dengan anggaran produksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran biaya upah langsung adalah :
1. Jumlah unit yang akan diproduksi.
2. Periode akuntansi.
3. Jam kerja untuk memproduksi satu unit produk.
4. Upah jam kerja langsung.
5. Jenis tenaga kerja untuk setiap jenis barang.
6. Jam kerja untuk setiap jenis barang.
7. Tingkatan proses produksi.
Berikut ini akan disajikan contoh anggaran biaya upah langsung :
Tabel 5 PT. CHARISMA
Anggaran Biaya Upah Langsung BAGIAN
DEPARTEMEN I
DEPARTEMEN II
DEPARTEMEN III
PRODUK A Jumlah jam kerja per
unit 2
9.500 4
9.500 4
9.500
Universitas Sumatera Utara
Unit yang harus diroduksi
Jam kerja produk A PRODUK B
Jam kerja per unit Unit yang harus
diproduksi Jam kerja produk B
Jumlah jam kerja Tingkat upahjam
TOTAL BIAYA UPAH 19.000
2 10.500
21.000
40.000 Rp. 4
Rp. 160.000 38.000
2 10.500
21.000
59.000 Rp. 5
Rp. 295.000 38.000
1 10.500
10.500
48.500 Rp. 4
Rp. 194.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 152.
Ad. 3. Biaya Tidak Langsung. Anggaran biaya tidak langsung merupakan anggaran yang merencanakan
secara lebih terperinci tentang biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis biaya pabrik yang tidak
langsung, jumlah biaya pabrik tidak langsung, dan kapan biaya pabrik tidak langsung dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan departemen dimana biaya pabrik
tidak langsung tersebut terjadi. Dalam menentukan dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya tidak
langsung terdapat dua masalah pokok, yaitu : 1.
Masalah penanggungjawab dalam perencanaan biaya. Dalam hal ini perlu ditetapkan prinsip akuntansi pertanggungjawaban atau
yang sering disebut dengan prinsip biaya departemen langsung. Atas dasar prinsip ini, dikenal dengan adanya pembagian departemen menjadi
departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan dipabrik.
2. Masalah menentukan jumlah biaya atau anggaran.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sifatnya, biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dari waktu ke waktu,
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya setiap periode tergantung pada tingkat produksi.
Berikut ini akan disajikan contoh dari anggaran tersebut
Tabel 6 PT. CHARISMA
Anggaran Biaya Tidak Langsung BAGIAN
DEPARTEMEN I
DEPARTEMEN II
DEPARTEMEN III
PRODUK A Unit yang diproduksi
Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung produk A
PRODUK B Unit yang diproduksi
Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung produk B
Total biaya tidak langsung
9.500 Rp. 2
Rp. 19.000
10.500 Rp. 2
Rp. 21.000 Rp. 40.000
9.500 Rp. 4
Rp. 8.000
10.200 Rp. 2
Rp. 21.000 Rp. 59.000
9.500 Rp. 3
Rp. 28.500
10.500 Rp. 3
Rp. 31.500 Rp. 60.000
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 174.
Dalam menyusun anggaran biaya pabrik tidak langsung harus diperhatikan tingkat kegiatan yang dipakai sebagai dasar penaksiran biaya pabrik tidak langsung.
Untuk mempermudah penyusunan anggaran overhead pabrik biasanya menggunakan sistem departemenasi biaya. Dimana pengalokasian overhead pabrik pada masing-
masing departemen dapat dilakukan berdasarkan jam kerja, satuan produksi dan lain- lain. Setelah dilakukan pengalokasian, selanjutnya ditentukan kapasitas yang akan
digunakan sebaga kapasitas standar. Kapasitas yang umum dipakai adalah kapasitas normal yaitu kapasitas rata-rata bila berproduksi secara normal.
E. Analisa Penyimpangan Biaya Produksi
Universitas Sumatera Utara