Perkembangan Pasar Modal Indonesia

Peningkatan investasi juga terlihat dari peningkatan realisasi kredit yang disalurkan dan semakin meningkatnya penanaman dana di pasar modal seperti dengan membeli saham dan obligasi. Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa perkembangan perekonomian Indonesia banyak mengalami pasang-surut. Metamorfosis perekonomian Indonesia tentunya dipengaruhi oleh adanya gejolak dan fenomena ekonomi yang terjadi. Gejolak-gejolak ekonomi yang berasal dari dalam maupun luar negeri cukup menggembleng ekonomi Indonesia sehingga fundamental ekonomi secara bertahap menjadi semakin baik sampai pada masa ini.

4.2 Perkembangan Pasar Modal Indonesia

Peran pasar modal yang sangat penting untuk ketahanan ekonomi negara terutama di era globalisasi sekarang ini membuat hampir setiap negara di dunia menaruh perhatian besar terhadap eksistensi pasar modal. Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami masa naik turun seiring dengan perjalanan negara Indonesia dalam berbagai era. Pasar modal pertama kali didirikan dan berkembang di Batavia Jakarta. Pada tanggal 14 Desember 1912, didirikan bursa efek dan sekaligus dimulainya perdagangan efek dengan anggota bursa yang aktif sebanyak 13 anggota pada awalnya. Efek yang diperjualbelikan saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, sertifikat saham perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh pihak Belanda, obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan efek perusahaan Belanda lainnya. Universitas Sumatera Utara Perkembangan pasar modal di Batavia yang demikian baiknya menarik minat kota lain untuk bergabung di pasar modal. Pada 11 Januari 1925 resmi diselenggarakannya perdagangan efek di kota Surabaya. Kemudian didirikan pula bursa efek di kota Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena terjadinya Perang Dunia II, kegiatan perdagangan efek di Jakarta, Surabaya, dan Semarang harus ditutup, tepatnya pada tanggal 10 Mei 1940. Pecahnya Perang Dunia II mengakhiri kegiatan pasar modal Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Pada masa orde lama, setahun setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda, yaitu tahun 1950, pemerintah menerbitkan obligasi Republik Indonesia. Dengan didahului terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 pada tanggal 1 September 1951, akhirnya pada tanggal 31 Juni 1952, bursa efek resmi dibuka kembali di Jakarta. Sampai pada tahun 1958, pasar modal mengalami masa kejayaan pada orde ini. Akibat Sengketa Irian Jaya serta aksi pengambilalihan semua perusahaan Belanda menyurutkan aktivitas perdagangan efek di Indonesia. Akibatnya, nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah dan tidak menarik lagi bagi investor. Memasuki era orde baru, pemerintah mengupayakan untuk membuat perekonomian Indonesia normal kembali. Pada era pra-deregulasi, yaitu dari tahun 1977 sampai 1987, dapat dikatakan merupakan periode yang mengecewakan. Karena selama periode ini perkembangan pasar modal masih relatif kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan. Pada periode ini hanya terdapat 24 perusahaan yang menawarkan saham dan 3 perusahaan yang menawarkan obligasi di pasar modal. Suramnya perkembangan pasar modal pada periode ini Universitas Sumatera Utara diindikasikan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti, adanya batasan fluktuasi saham, prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, tidak adanya kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi dalam kepemilikan saham, dan faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dianggap sangat berpengaruh terhadap perkembangan pasar modal, untuk itu pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada periode 1987 sampai dengan 1990, yang disebut dengan era deregulasi, pemerintah menerbitkan paket deregulasi di bidang pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987 Pakdes 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 Pakto 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988 Pakdes 1988. Selain itu, pemerintah juga mengambil kebijaksanaan mengenai pengalihan tugas dan fungsi Bapepam dan mengenai pembelian saham oleh investor asing. Di era reformasi atau era pasca deregulasi, dari tahun 1990 sampai sekarang, dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi pasar modal di Indonesia berkembang pesat. Hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang go public yang meningkat tajam serta meningkatnya volume perdagangan efek di bursa. Namun di era ini, pasar modal juga sempat jatuh kembali, yang diakibatkan oleh terjadinya krisis moneter. Krisis ini berdampak besar terhadap perkembangan pasar modal Indonesia. Pasar modal menjadi tidak menarik lagi bagi para investor, harga-harga saham merosot, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG anjlok. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, salah satunya adalah dengan melepas batasan kepemilikan asing, dari 49 menjadi 100. Namun demikian, pasar modal seperti mendapat pelajaran berharga dari gejolak krisis Universitas Sumatera Utara ekonomi ini, yaitu untuk menjadi lebih realistis, aktif dan kreatif. Dewasa ini, upaya-upaya yang telah diusahakan telah membuahkan hasil, IHSG kembali ke posisi semula sebelum krisis dan bahkan menembus tiga digit.

4.3 Perkembangan Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia