Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja pada pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen terkadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri. Mereka merupakan pelayan masyarakat yang harus bekerja secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan kepentingan masyarakat. Pada era reformasi saat ini di mana semua orang menghendaki terciptanya pemerintahan yang bebas dari korupsi, sudah sepantasnya apabila para pegawai negeri kita memiliki 6 etos kerja, yaitu kerja keras, disiplin, mandiri, jujur, rajin, dan yang terpenting harus tebal imannya. Kompetensi yang harus dimiliki para pegawai negeri kita agar selalu dapat melayani masyarakat dengan baik, antara lain: 1. Tidak terpaku pada kegiatan-kegiatan rutin yang terkait dengan fungsi instrumental birokrat. 2. Tanggap terhadap masalah-masalah publik, memiliki wawasan futuristik dan sistematik, mampu melakukan terobosan melalui pemikiran yang kreatif dan inovatif tidak terlalu terpaku pada aturan 3. Memiliki kemampuan untuk mengantisipasi, memperhitungkan, dan meminimalkan resiko. 4. Jeli terhadap potensi sumber-sumber dan peluang baru. Universitas Sumatera Utara 5. Memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai sumber daya sehingga menjadi sumber daya campuran yang memiliki produktivitas tinggi. 6. Memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dengan menggeser sumber kegiatan berproduksi rendah ke arah kegiatan bereproduksi tinggi http:ferarashekill.blogspot.com200908bab-1-pendahuluan-html diakses pada tanggal 10 Januari 2010, pukul 20:18 WIB DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut tertuang dalam PP Nomor 10 Tahun 1979. Terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku, yaitu antara lain : kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan. Di samping keberhasilan tentu ada hambatan atau dimensi permasalahan berupa pola pikir negatif yang terjadi atau dialami kalangan PNS. Kantor Menpan tahun 2002 menemukan dan mengidentifikasi adanya pola pikir negatif pola pikir tetap PNS yang tercermin dalam bentuk 8 hambatan atau permasalahan perilaku Budaya Kerja Aparatur Pemerintahan, yaitu pola pikir negatif tetap PNS: 1. Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi organisasi masih rendah. 2. Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam kebijakan publik yang berdampak luas kepada masyarakat. 3. Pelaksanaan kebijakan jauh berbeda dari yang diharapkan. 4. Terjadi arogansi pejabat dan penyalahgunaan kekuasaan 5. Pelaksanaan wewenang dan tangung jawab aparatur saat ini belum seimbang. Universitas Sumatera Utara 6. Dalam praktek di lapangan sulit dibedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, jujur dan tidak jujur. 7. Pejabat yang KKN akan menyebabkan KKN meluas pada pegawai, dunia usaha dan masyarakat. 8. Gaji pegawai yang rendahkecil dibandingkan dengan harga barangjasa lainnya. Di bawah ini akan disajikan daftar urutan golongan dan pangkat pegawai negeri dari yang terendah hingga yang tertinggi: Tabel 1 Golongan dan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Ia Juru Muda Ib Juru Muda Tingkat I Id Juru Tingkat I IIa Pengatur Muda IIb Pengatur Muda Tingkat I IIc Pengatur IId Pengatur Tingkat I IIIa Penata Muda IIIb Penata Muda Tingkat I IIIc Penata IIId Penata Tingkat I IVa Pembina IVb Pembina Tingkat I IVc Pembina Utama Muda IVd Pembina Utama Madya IVe Pembina Utama Universitas Sumatera Utara http:irend.wordpress.com20081128korps-pegawai-republikindonesia sebagai-wadah-penghimpun-pegawai-negeri-sipil-meningkatkanmutu pelayanan-publik diakses pada tanggal 19 Januari 2010 pukul 20:57 WIB Diversifikasi okupasi adalah strategi penempatan dana investasi kita ke instrumen yang berbeda-beda. Dimana pegawai negri sipil melakukan pekerjaan lain non formal di samping pekerjaannya sebagai pegawai negri sipil. Pada dasarnya setiap orang memiliki profil dan tujuan investasi yang berbeda-beda. Dalam melakukan diversifikasi selalu mempertimbangkan ketiga karakter instrumen investasi yaitu, potensi return, risiko, dan likuiditas. http:portalreksadana.comnode214 diakses pada tanggal 12 Januari 2010 pukul 11 : 24 WIB Setiap orang tentunya mempunyai keinginan dan harapan dapat menjalani kehidupan ini ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor pendukungnya adalah masalah keuangan keluarga. Pada hakikatnya, ukuran kebahagiaan dan kekayaan ini bagi setiap orang tentu akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh kondisi awal dan latar belakang masing-masing individu yang sangat beragam. Hingga saat ini, yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah bagaimana cara mengatur keuangan keluarga yang baik sehingga dapat memberikan kenyamanan, ketenangan, dan ketentaraman. Syarifah Mustimi, 2009:61. Melihat manusia sebagai makhluk ekonomi, telah umum diketahui bahwa sebagai makhluk ekonomi, manusia mempunyai berbagai jenis kebutuhan yang pada dasarnya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini sering disebut sebagai kebutuhan yang paling mendasar. Dikatakan demikian karena sejak manusia lahir di dunia ini kebutuhan itu Universitas Sumatera Utara serta-merta timbul dan baru akan berakhir sebagai kebutuhan apabila seseorang sudah meninggal dunia. Kategorisasi yang paling sederhana adalah dengan mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer pada dasarnya adalah semua kebutuhan yang bersifat kebendaan, sedangkan yang tergolong kepada kebutuhan yang bersifat sekunder adalah semua kebutuhan yang tidak bersifat kebendaan. Kategorisasi demikian tidak salah. Kelemahannya terletak pada cara yang terlalu simplistik. Artinya pendekatan yang terlalu sederhana itu tidak memberikan gambaran yang akurat tentang berbagai jenis kebutuhan manusia yang sesungguhnya sangat kompleks itu Siagian, 2004:75. Tidak bisa dipungkiri dari waktu ke waktu kebutuhan hidup membutuhkan perhatian yang lebih serius. Tingkat kesejahteraan semakin gencar digaungkan, diusahakan, supaya kita tidak mengalami penderitaan di sepanjang hidup ini. Saat ini sudah banyak Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kerja sampingan yang dilakukan di luar jam kantor. Ada yang buka warung di rumah, buka usaha jual voucher handphone, buka warnet, buka warung makan, dan sebagainya. Memang tidak ada salahnya menjalankan bisnis sampingan atau kerja paruh waktu itu. Diversifikasi okupasi yang dilakukan tidak hanya membantu kebutuhan di dalam kebutuhan rumah tangga saja pangan. Dalam keluarga, anak-anak bukan hanya butuh sandang, pangan dan papan saja tetapi butuh pendidikan juga yang dapat membantu mereka dalam mencari pekerjaan nantinya setelah mereka beranjak dewasa. Diversifikasi okupasi dilakukan juga guna membantu dalam biaya pendidikan anak. Pendidikan anak sekarang bukan hanya wajib belajar 9 tahun saja Universitas Sumatera Utara tetapi sampai tingkat peguruan tinggi karena persaingan kerja yang semakin berat maka tidak cukup hanya wajib belajar 9 tahun. Untuk itu biaya yang dikeluarkan bukan sedikit banyak biaya-biaya yang tidak terduga nantinya. Maka diversifikasi okupasi dilakukan untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi dalam keluarga. Berikut ini beberapa cara agar kerja sampingan tidak mengganggu pekerjaan utama : Jangan lakukan di saat jam kantor, cari partner sebagai pelaksana, jangan korbankan rekan kerja anda Prasetyo, 2009:30. Diversifikasi okupasi yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di dalam rumah tangga bertujuan untuk meninggkatkan pendapatan ekonomi dan status sosial di dalam masyarakat. Agar di dalam rumah tangga tersebut dapat memenuhi kebutuhan sekunder handphone, perhiasan wanita, barang-barang elektronik dan sebagainya bukan kebutuhan primer sandang, pangan, dan papan saja. Interaksi desa-kota yang cukup intens akibat dekatnya jarak Desa Kolam dengan pusat Kota Medan, tersedianya sarana dan prasaranan transprotasi yang cukup memadai, menyebabkan masyarakat Desa Kolam menjadi lebih mobil dalam mencari nafkah untuk kebutuhan hidup atau untuk meningkatkan surplus. Kenyataan yang dapat dilihat bahwa masyarakat petani yang ada di Desa Kolam juga melakukan diversifikasi okupasi baik itu di desa sendiri, ke desa lain tetangga dan juga pergi ke kota. Beragam okupasi mereka masuki, baik itu di sektor formal maupun sektor informal. Sebagai konsekwensi logis dari diversifikasi okupasi tersebut diantaranya adalah terjadinya mobilitas status di kalangan rumah tangga petani Badaruddin 1998:5. Orang yang lebih banyak memperoleh keuntungan, terutama dalam bidang ekonomi akan lebih cepat naik dalam tangga sosial Adiwikarta,1988:59. Jika keuntungan material terakumulasikan dalam bentuk pemilikan harta benda yang cukup banyak, maka otomatis mereka memiliki status sosial yang lebih tinggi Sarman 1994:73. Di Sumatera Utara jumlah penduduk sangat padat sudah jelas Universitas Sumatera Utara banyak juga terdapat sumber daya manusia dan sumber mata pencaharian yang beranekaragam. Penduduk pada umumnya memiliki berbagai jenis bentuk pekerjaan baik di swasta ataupun negeri. Dengan penghasilan yang beranekaragam sesuai dengan jenis atau bidang yang mereka kerjakan. Namun sering sekali penghasilan yang didapatkan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara menyeluruh. Maka banyak orang yang memiliki pekerjaan tambahan “ side job” karena kebutuhan hidup dari tahun ke tahun semakin tinggi biaya yang dikeluarkan. Di Desa Tandem Hilir II Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang, banyak juga yang memiliki pekerjaan tambahan di samping pekerjaan utama mereka. Pegawai Negeri Sipil Desa Tandem Hilir II Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang, merupakan contoh salah satu dari banyaknya masyarakat di Desa Tandem Hilir II Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang yang memiliki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan di dalam keluarga mereka. Di Atas dasar uraian tersebut, maka peneliti ingin meneliti Desa Tandem Hilir II Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang sebagai penelitian yang berkaitan dengan diversifikasi okupasi dan strategi peningkatan status sosial ekonomi Pegawai Negri Sipil di Desa Tandem Hilir II Kec. Hamparan perak Kab.Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah