Teori Pilihan Rasional KAJIAN PUSTAKA

a. Nilai-nilai abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang b. Nilai-nilai tersebut senantiasa diisi dan bersifat dinamis c. Nilai-nilai merupakan kriteria untuk mencapai tujuan hidup yang terwujud dalam prikelakuan Soejono Soekanto dalam Simarmata 2001

2.6 Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional memusatkan pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor dipandang mempunyai pilihan atau nilai, keperluan. Teori pilihan rasional tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Meski teori pilihan rasional berawal dari tujuan atau maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurang-kurangnya dua pemaksa utama tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber, aktor mempunyai sumber yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar, pencapaian tujuan mungkin relatif mudah. Tetapi, bagi aktor yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan mungkin sukar atau mustahil sama sekali Ritzer Goodman, 2007:357 . Ide dasar aliran pemikiran ini dapat dirujuk kepada tiga proposisi utama yang diajukan oleh Swedberg Granovetter 1992:619, tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial, tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, institusi- institusi ekonomi dikonstruksi secara sosial. Ketiga proposisi tersebut berakar dari Universitas Sumatera Utara pemikiran weber yang dikembangkan secara lebih luas tajam oleh Swedberg dan, granovetter. Memahami tindakan ekonomi sebagai bentuk dari tindakan sosial dapat dirujuk kepada konsep tindakan sosial yang diajukan Weber. Bagi Weber, dunia sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memiih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Struktur sosial adalah produk hasil tindakan itu. Cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Keadaan sosial yang tercipta karena tindakan itu menjadi hambatan sebagai kekuatan struktural, tetapi bagaimanapun tindakan sejatinya tetap mental yang dipilih dalam persepsi pelaku dari hambatan srtuktural itu. Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan. Teori-teori sosiologi bukanlah teori-teori mengenai system social, yang memiliki dinamikanya sendiri, melainkan mengenai makna di balik tindakan. Tipe- tipe tindakan sosial: tindakan tradisional, tindakan afektif, tindakan berorientasi nilai, atau penggunaan rasionalitas nilai, tindakan berorientasi tujuan, atau penggunaan rasionalitas instrumental. Misalnya, “Saya melakukan ini karena saya selalu melakukannya”, “Apa boleh buat saya lakukan”, “Yang saya tahu hanya melakukan ini”, Tindakan ini paling efisien untuk mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya”. http:ferarashekill.blogspot.com200908bab-1-pendahuluan- sebagaimana-kita.html di akses pada tanggal 10 Januari 2010 pukul : 20:18 WIB. Universitas Sumatera Utara Tindakan ekonomi dapat di pandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain. Memberikan perhatian ini dilakukan secara sosial dalam berbagai cara misalnya memperhatiakn orang lain, berbincang dengan mereka, berpikir tentang mereka, dan memberi senyum kepada mereka. Lebih jauh Weber menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakannya kepada perilaku orang orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Itu berarti bahwa aktor menginterpresikan verstehen kebiasan-kebiasaan, adat, dan norma- norma yang dimiliki, dalam sistem hubungan sosial yang sedang berlangsung Weber 1964:112. Adanya kelompok formal dan informal yaitu suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuwan sosial ialah adanya keterkaitan antara kelompok formal dan informal. Segera setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah, universitas, perusahaan atau kantor, ia sering mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain dalam organisai formal tersebut sehingga dalam organisasi formal akan terbentuk berbagai kelompok informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok yang tempat tinggalnya berdekatan, kelompok yang bertugas dalam satu bagian kantor yang sama, kelompok yang lulus dari perguruan tinggi sama, kelompok yang lulus sekolah seangkatan dan sebagainya. Dalam tindakan ekonomi adanya etika subsistensi, muncul dari kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan dan merupakan konsekuensi dari satu kehidupan yang begitu dekat dengan garis dari krisis subsitensi James Scott dalam Damzar 2002: 1976. Universitas Sumatera Utara

2.7 Mobilitas Sosial