pendapatan, tentu saja pendapatan yang nilainya melebihi untuk keperluan pokoknya. Mereka sudah tentu ingin bisa membeli makin jenis-jenis barang selain bahan pangan
yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu, dan jika mereka sudah berfikir demikian, mmaka para petani akan menanam atau ingin mengusahakan
sesuatu yang paling menguntungkan atau memberi pendapatan yang lebih banyak. Kalau perlu mereka petani bisa berpindah pekerjaan, atau mengambil pekerjaan
tambahan Rahardjo 1986 dalam Badaruddin 1998:95. Penjelasan yang dikemukan oleh Rahardjo dalam tesis Badaruddin tersebut
sedikit hampir sama dengan kehidupan PNS di Desa Tandem Hilir II, yang pada umumnya memang masyarakatnya sebagian besar adalah petani. Walaupun mereka
sudah menjadi PNS, namun keinginan mereka untuk memiliki pendapatan ekonomi yang lebih untuk keluarganya juga lebih besar. Karena kalau hanya bertahan dengan
satu jenis pekerjaan saja, maka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan yang lain. Peluang sebagai petani untuk sebagai diversifikasi okupasi seorang PNS di Desa
Tandem Hilir II, sudah tidak asing lagi karena memang dari kecil anak-anak di Desa Tandem Hilir II sudah biasa ikut ke sawah atau ke ladang membantu orang tua
mereka. Maka banyak PNS di Desa Tandem Hilir II memilih diversifikasi okupasinya adalah petani.
4.7. Arah Mobilitas Status Ekomoni Dalam Melakukan Diversifikasi
Okupasi
Diversifikasi okupasi telah mempengaruhi tingkat pengahasilan rumah tangga PNS di Desa Tandem Hilir II, yang telah melakukan diverfisikasi okupasi cukup
lama. Namun bagi yang masih baru melakukannya tingkat penghasilan yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh belum terasa di dalam rumah tangga mereka. Kalau yang sudah lama sudah terjadi peningkatan status ekonomi yang lebih baik dari sebelum melakukan
diversifikasi okupasi. Adanya perubahan di dalam rumah tangga PNS di Desa tandem Hilir II, mereka bisa membeli kebutuhan sekunder dari hasil diversifikasi okupasi
yang mereka lakukan. Namun bagi mereka yang baru belum ada peningkatan pendapatan karena
sebagian besar PNS yang melakukan diversifikasi okupasi meminjam modal ke bank dengan memotong gaji dari sebagai PNS tiap bulannya, jadi apabila pinjaman modal
itu belum selesai atau lunas terbayar. Maka belum ada peningkatan penghasilan karena keuntungan yang didapat hanya untuk mengganti gaji yang dipotong tiap
bulannya melalui bank. Pendapat Pak Miskam mengenai status sosial yang ada pada saat ini di tuturkannya dalam wawancara sebagai berikut :
“ ...Semuanya kebutuhan sudah mahal-mahal kalau kita tidak mulai dari sekarang dan berani mencoba semuanya tidak akan pernah terjadi seperti saya
sekarang ini...” Wawancara September 2010.
4.7.1. Mobilitas Status Sosial Dalam Diversifikasi Okupsi
Diversifikasi okupasi yang dilakukan sebagian besar PNS berhasil meningkatkan penghasilan rumah tangga mereka, terutama yang memilih petani
sebagai Diversifikasi okupasinya. Karena letak geografis dari Desa Tandem Hilir II memang cocok untuk bertani atau berladang. Lahan yang masih memadai sebagai
alasan mengapa PNS lebih memilih bertani dari pada usaha lainnya. Perubahan tingkat penghasilan rumah tangga PNS secara ekonomi, dapat juga merubah status
sosial mereka di dalam masyarakat. Dengan demikan terjadi peningkatan secara
Universitas Sumatera Utara
ekonomi vertikal maka status sosial meningkat juga vertikal. Namun ada juga tidak sama dengan kenyataan yang terjadi ada juga peningkatan ekonomi vertikal,
tetapi peningkatan status sosial horizontal. Karena orang tersebut tidak pintar untuk memanfaatkan uang yang ia miliki yang dapat meningkatkan status sosialnya.
4.7.2. Diversifikasi Okupsi dan Gaya Hidup
Diversifikasi okupasi yang dilakukan PNS merupakan pilihan dalam meningkatan mobilitas status sosial dan status ekonomi rumah tangga. Peningkatan
penghasilan akan terlihat dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita yang memiliki. Dimana kebutuhan sehari-hari akan meningkat sejak
adanya perubahan dalam penghasilan yang didapatkan dari Diversifikasi okupasi. Terjadinya mobilitas sosial mobilitas sosial dari satu lapisan sosial ke lapisan
sosial lainnya berarti menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada orang rumah tangga yang mengalami mobilitas tersebut. Adanya beberapa kriteria yang telah
diakui secara umum yang menjadi ciri ditempatkannya membuat orang berupaya untuk mendapatkannya. Pendapat Pak Bugiman mengenai gaji PNS di tuturkan dalam
wawancara sebagai berikut: “...Penghasilan PNS kurang di bandingkan dengan harga yang selalu
meningkat, di bandingkan dengan negara lain seperti di Malaysia gaji sebagai PNS sudah Rp.14.000.000,- kalau di rupiahkan...”.
Wawancara September 2010
Ini berarti ada perbedaan-perbedaan tertentu yang membedakan seseorang dalam lapisan-lapisan sosial tersebut. Salah satu kriteria yang membedakannya adalah
dalam hal gaya hidup. Perbedaan gaya hidup yang ditemukan dalam bangunan rumah, gaya dalam pemilikan barang-barang konsumtif, dan gaya hidup tersebut berkaitan
Universitas Sumatera Utara
erat dengan daya dukung ekonomis. Dengan perkataan lain, tingkat penghasilan seseorang rumah tangga sangat menentukan gaya hidupnya yang selanjutnya
menentukan pada lapisan mana ia berada Badaruddin 1998:113. Begitu yang terjadi di Desa Tandem Hilir II, jarak desa yang tidak jauh dari
Kota Medan, kira-kira 1 jam lebih saja sudah dapat di tempuh dengan kendaraan. Membuat masyarakat Desa tandem Hilir II lebih memilih membeli barang-barang isi
rumah mereka ke kota. Karena bentuk dari barang-barang tersebut tidak sama dengan barang-barang yang di jual di desa mereka dan lebih terkesan mewah, contohnya
barang-barang furnitur, elektronik, handphone, kendaraan, baju dan sebagainya. Pemilikian barang-barang konsumtif juga merupakan salah satu dari gaya hidup yang
menempatkan seseorang pada status sosial tertentu. Maka makin tinggi lapisan sosial rumah tangga tersebut. Bagaimanapun juga, kemampuan untuk dapat memiliki
barang-barang konsumtif tersebut ditentukan oleh besarnya tingkat penghasilan rumah tangga. Hanya rumah tangga yang banyak uanglah yang mampu membeli
barang-barang konsumtif tersebut yang juga merupakan salah satu simbol status sosial dalam masyarakat Badaruddin 1998:118.
Bukan hanya pemilikan berbentuk benda saja yang dapat menyimbolkan status sosial seseorang dari bentuk gaya bangunan rumah juga dapat
mengidentifikasikan siapa memiliki rumah tersebut, banguan rumah di desa tandem Hilir II memang rata-rata sudah batu semua namun ada juga yang masih
menggunakan batu separuh dan kemudian menggunakan tepas. Namun masih banyak masyarakat disana yang jamban atau WC berada di luar
rumah mereka, biasanya berada di belakang rumah mereka dan masih menggunakan
Universitas Sumatera Utara
air tanah atau sumur. Bagi yang memiliki status ekonomi lebih, biasanya bentuk bangunan rumah mereka, di teras depan rumah di bentuk seperti joglo atau ada tiang-
tiang di kanan-kirinya. Dengan warna cat yang berani atau menyolok dan adanya pagar rumah mengelilingi rumah mereka, ada juga sekarang yang membangun
rumahnya dengan gaya minimalis seperti yang ada di kota-kota khususnya kota Medan.
Seperti yang sudah di jelaskan pada monografi desa, jumlah rumah permanen sekitar 187 unit sedangkan rumah semi permanen sekitar 276 unit selebihnya rumah
tepas sekitar 461 unit dan rumah kumuh 311 unit. Untuk lebih jelasnya mobilitas status sosial dapat di lihat dari tabel setelah melakukan diversifikasi okupasi, dari
pemilikan barang-barang konsumtif:
Tabel 10 Jumlah barang-barang konsumtif yang dimiliki setiap rumah tangga
No Jenis Barang Konsumtif
yang Dimiliki Banyaknya barang yang dimiliki
Kepala Keluarga responden Jumlah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1. Sepeda 1
- 1
1 2 2
1 2
2 2
14 buah 2.
Sepeda Motor 3
3 2
2 2
2 2
2 1
3 22 buah
3. Dvd
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
10 buah 4.
Televisi 1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 11 buah
5. Radiotape
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
10 buah 6.
Handphone 5
4 4
4 3
2 3
3 2
4 34 buah
7. Komputerlaptop - 1
1 1
- 1 1
- - 1 6
buah
Sumber hasil dari data di lapangan
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa barang-barang konsumtif salah satu sepeda motor dan handphone berfungsi sebagai alat komunikasi dan transfortasi
untuk memudahkan mereka dalam beraktivitas sehari-hari, ini bukan menjadi suatu simbol status sosial seseorang menjadi meningkat, karena hampir semua masyarakat
di Desa Tandem Hilir II memilikinya. Namun kepemilikan komputerlaptop yang biasanya menjadi simbol status seseorang, karena belum semua rumah tangga
memilikinya. Bukan hanya dari pemilikan barang-barang elektronik saja yang dapat meningkatkan status sosial seseorang dari penggunaan pakaian yang di pakai
seseorang di dalam suatu rumah tangga juga dapat mencerminkan status seseorang tersebut di lingkungan masyarakat tempat seseorang itu tinggal.
Di Desa Tandem Hilir II, masyarakatnya khususnya PNS disana menyesuaikan penggunaan pakaian sesuai dengan situasi atau keadaan dimana
seseorang itu berada. Kalau waktu dinas mereka menggunakan baju dinas PNS yang berwarna coklat, pada waktu dirumah mereka hanya menggunakan baju yang biasa
saja seperti masyarakat lainnya tidak terlalu mencolok. Namun pada waktu acara- acara tertentu akan nampak perbedaan dari jenis pakian yang dipakai. Biasanya
mereka menggunakan pakaian yang lebih rapi dan terkesan mewah, agar lebih terlihat bahwa mereka mampu secara ekonomi di sekitar masyarakat tempat mereka tinggal.
Status sosial seseorang juga dapat dilihat dari cara mereka bergaul dengan lingkungan masyarakat tempat seseorang itu tinggal. Banyak orang yang lebih senang dengan
orang yang ramah tamah perduli terhadap orang di sekitarnya, dan orang-orang akan menilai orang tersebut memiliki sifat sosial yang tinggi dengan tidak sombang
dengan apa yang ia miliki secara ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya orang yang memiliki peningkatan status sosial dan ekonomi, lebih banyak mengeluarkan uang untuk sumbangan atau iuran yang di adakan untuk
pembangunan atau hajatan yang sedang diadakan oleh masyarakat di tempat ia tinggal. Di desa biasanya ketika warga mengadakan hajatan, warga yang lainnya pasti
itu berpartisipasi dalam acara tersebut tanpa harus diberi tahu, namun biasanya bagi yang kenal. Mereka akan datang dan ikut membantu, setiap warga yang datang ke
acara hajatan tersebut akan membawah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk acara hajatan tersebut, tanpa ada suruhan tetapi memang niat dari individu masing-masing.
Biasanya berupa: gula, beras, kopi, mie, minyak goreng, ayam dan sebagainya. Namun kegiatan seperti ini bukan hanya terjadi di desa-desa saja, peneliti juga pernah
melihat tradisi seperti yang di jelaskan di atas di daerah yang dekat kota ke arah kota medan seperti daerah Martubung, masyarakatnya juga masih melakukan tradisi
seperti yang di jelaskan di atas. Namun sumbangan-sumbangan yang diberikan terhadap orang yang punya
hajatan nantinya akan dikembalikan ke orang yang memberi sumbangan tersebut, sesuai dengan apa yang ia sumbang pada waktu kita melakukan hajatan ketika
seseorang itu melakukan hajatan juga. Misalnya seseorang menyumpang 50 ekor ayam maka orang yang hajatan tersebut akan mengembalikan 50 ekor ayam juga
ketika seseorang tersebut melakukan hajatan. Namun bagi mereka tidak jadi masalah karena sudah menjadi tradisi, dan dapat disimpulkan bahwa bagi orang-orang yang
mampulah yang dapat mengikuti tradisi seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
Tradisi seperti ini dapat dikatakan seperti arisan yang biasanya dilakukan orang-orang di kota-kota. Di Desa Tandem Hilir II walapun masyarakatnya rata-rata
petani tetapi mereka tetap bisa mengikuti tradisi yang sudah dari turun menurun dilakukan di Desa Tandem Hilir II tersebut setiap ada acara hajatan. Tradisi seperti
ini sebenarnya juga memberatkan orang yang melakukan hajatan ketika nantinya di harus mengembalikan apa yang telah ia terima ketika ia hajatan. Dalam setiap hajatan
biasanya mereka menyewa anggota keybord yang menampilkan wanita-wanita cantik sebagai penyanyinya, dan pada malam hari wanita-wanita penyanyi tersebut
bernyanyi di atas pentas hanya menggunakan pakian yang sangat minim untuk menarik pengunjung atau tamu yang ada di acara hajatan tersebut.
Kegiatan seperti ini disebut paguyuban yaitu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat
alamiah serta kekal.
Ciri-ciri paguyuban menurut Tonnies:
1. Intimate, hubungan yang menyeluruh yang mesra
2. Private hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja
3. Exclusive hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak orang-orang
di luar “kita”
Tipe-tipe paguyuban menurut Tonnies
1. Paguyuban karena ikatan darah merupakan ikatan yang didasarkan pada
ikatan darah atau keturunan
Universitas Sumatera Utara
2. Paguyuban karena tempat, suatu paguyuban yang berdiri orang-orang yang
berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, contoh rukun tetangga,arisan.
3. Paguyuban karena jiwa-pikiran, terdiri dari orang-orang yang walapun tidak
mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideologi yang sama Tonnies dalam
Irfan 2010:82 Kegiatan paguyuban inilah yang dapat mempersatukan persaudaraan warga
desa tersebut. Dari penelitian yang dilakukan dan peneliti melihat secara langsung, acara seperti inilah yang hanya dapat di nikmati oleh warga Desa Tandem Hilir II,
karena jauh dari kota tidak ada hiburan yang lain. Ketika adanya acara seperti ini di desa, warga akan beramai-ramai datang ke acara tersebut walaupun bukan untuk
undangan tetapi hanya untuk menikmati acara hiburannya saja. Adanya acara tersebut membuat adanya acara minum-minuman alkohol yang di lakukan bapak-bapak atau
pemudah-pemudah setempat di desa tersebut. Ini merupakan tindakan yang sebenarnya tidak bagus untuk dilakukan karena dapat mengakibatkan terjadinya
perkelahian apabila terjadi kesalah pahaman ketika seseorang sudah di bawah pengaruh minuman.
Kegiatan sumbang-menyumbang biasanya bukan dalam rangka hajatan saja, tetapi sebagai warga desa masyarakatnya sangat memiliki rasa bertanggung jawab
untuk membangun desanya menjadi desa yang maju tidak tertinggal dengan desa- desa lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya biaya iuran yang dikenakan ke masyarakat tidak di tentukan jumlahnya, terserah warga ingin memberi sumbangan berapa. Biasanya bagi status ekonominya
mapan, lebih banyak jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembangunan desa. Dari penjelasan di atas, warga Desa Tandem Hilir II, dapat dikatakan bahwa
kehidupan di desa atau pun di kota masyarakatnya sama-sama memiliki sifat yang ingin dianggap lebih secara status sosial di mata orang lain. Masyarakat desa juga
mampu memberikan bantuan yang cukup besar untuk desanya, partisipasi dalam hal apa pun akan di laksanakan atau dilakukan oleh masyarakat desa agar desa mereka
tidak tertinggal dengan desa lainnya. Status sosial merupakan posisi relatif seseorang dalam masyarakat berdasarkan penghargaan sosial yang berkaitan dengan rasa
hormat, hak istimewah, dan prestise sosial. Penghargaan sosial itu akan membentuk tingkat sosial yang bersifat personal dan situasionalAmaluddin dalam Badaruddin
1998:123. Maksud dari sifat personal itu sifat sosial yang ada di dalam diri kita sedangkan sifat situasional itu merupakan hasil dari penilaian orang terhadap diri kita.
4.7.3. Peningkatan Status Sosial
Peningkatan dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Vertikal adalah peningkatan yang naik bisa baik atau juga sebaliknya yaitu buruk sedangkan
horizontal tidak adanya peningkatan dari baik atau buruk status seseorang, ia berada di posisi sebelumnya dan tetap pada posisi tersebut. Setiap individu yang memiliki
status ekonomi yang sama belum tentu memiliki status sosial yang sama juga. Karena setiap individu memiliki pemikiran sendiri dalam suatu hal tertentu.
Ada seseorang yang menjadi sombong karena sudah memiliki status ekonomi yang mapan, namun ada juga seseorang yang memiliki sifat bergaul dengan siapa saja
Universitas Sumatera Utara
walaupun ia memiliki status ekonomi yang mapan. Tidak pintar dalam mengelolah uang yang di dapat membuat tidak adanya peningkatan status sosial.
Peningkatan status sosial akan kita rasakan ketika kita di tengah-tengah masyarakat. Apakah kita selalau di undang dalam segala acara-acara yang dilakukan
oleh warga di tempat kita tinggal, acara peringatan kemerdekaan atau hari-hari besar agama yang di lakukan di wilayah rumah kita tempat ibadah. Perlakuan seperti ini
menunjukkan bahwa kita memiliki status sosial yang dapat di perhitungkan. Penghargaan seperti ini biasanya kita dapatkan bila kita juga melakukan yang sama
ke orang lain, maka orang tersebut juga penghargain kita. Misalnya kita selalu ikut membantu dalam segala aktivitas yang dilakukan warga untuk lingkungan tempat
tinggal kita berupa sumbangan atau ke ikut sertaan kita dalam pengerjaannya.
4.8. Mobilitas Status Sosial dan Ekomoni Antar Generasi