Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Implementasi Pengembangan

Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Setyawati dan Muchlas 1999 yang menyimpulkan bahwa semakin baik tanggapan terhadap pekerjaan akan memberikan kontribusi kecenderungan perilaku dokter spesialis yang semakin baik. Apabila variabel keamanan dan keselamatan kerja dikaitkan dengan teori lima tingkat kebutuhan dari Maslow maka keamanan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kebutuhan tingkat kedua. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan dan keselamatan kerja menjadi dominan dibutuhkan jika kebutuhan pertama kebutuhan fisik telah terpenuhi. Kebutuhan akan keamanan ini tidak hanya dalam arti keamanan fisik akan tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis. Karena pemuasan kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang, maka kebutuhan akan keamanan ini menjadi penting untuk diperhatikan Siagian, 2004. Demikian pula pekerjaan dokter yang memiliki risiko yang cukup tinggi, sehingga dibutuhkan jaminan atas pekerjaan dokter berupa perlindungan hukum dan rasa aman yang bersifat psikologis.

5.8. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Implementasi Pengembangan

Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Pada Dokter Pengujian statisik dengan menggunakan uji regresi linier menunjukkan bahwa variabel kondisi kerja tidak memberikan pengaruh pada dokter di RSU Tanjung Pura terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Berbeda dengan penelitian Djokosoetono 2000 yang menyebutkan bahwa kondisi pekerjaan berinteraksi dengan dorongan untuk berkembang, perasaan Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan menghasilkan secara positif perasaan bahwa pekerjaan itu berarti. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan meliputi semua kegiatan dokter, formal maupun nonformal, yang dilakukannya untuk mempertahankan, membaharukan, mengembangkan, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesionalnya sebagai upaya memenuhi kebutuhan pasiennya. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi informasi sangat membantu dan dibutuhkan, oleh karena itu sangat dianjurkan agar semua perhimpunan membangun sistem pencatatan yang web based walaupun tetap dimungkinkan pencatatan manual. Sistem berinternet ini di masa depan akan terhubung ke sistem di tingkat IDI. PB IDI, 2007. Kekurang tersediaan sarana dan faktor penguasaan teknologi informasi yang masih belum memadai akan mempengaruhi dokter dalam implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Menurut Green 2005, faktor pendukung berupa ketersediaan fasilitas dan sarana serta peraturan merupakan faktor yang dapat memungkinkan realisasi dari motivasi dan aspirasi seseorang. Relevan untuk menekankan bahwa meskipun benar bahwa efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja tergantung pada unsur manusia dalam organisasi, namun tetap diperlukan kondisi kerja yang mendukung. Hal ini antara lain berarti tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus dikerjakan. Betapapun positifnya perilaku manusia seperti tercermin dalam kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi dan dedikasi yang tidak diragukan, tanpa sarana dan prasarana kerja ia tidak akan dapat berbuat banyak apalagi meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Tingkat keterampilan yang tinggipun tidak Universitas Sumatera Utara akan banyak artinya apabila tidak didukung oleh kondisi yang memadai Siagian, 2004. 5.9. Pengaruh Prosedur Kerja terhadap Implementasi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Pada Dokter Pengujian statisik dengan menggunakan uji regresi linier menunjukkan bahwa variabel prosedur kerja tidak memberikan pengaruh pada dokter di RSU Tanjung Pura terhadap implementasi pengembangan pendidikan keprofesian berkelanjutan. Berbeda dengan penelitian Daryatmi 2005 yang menyatakan bahwa motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan pengaturan pekerjaan yang sehat. Hal-hal tersebut akan menimbulkan motivasi kerja sehingga seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian, keterampilan, tenaga dan waktunya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Menurut Gibson 1997 beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi faktor individu, psikologis dan organisasi. Faktor-faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor psikologis antara lain persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan Dalam suatu organisasi yang baik, biasanya terdapat dan berlaku suatu sistem tertentu yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang menjadi anggotanya. Berbagai komponen dalam sistem tersebut bisa mempunyai dua dasar, yaitu : a peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah yang harus Universitas Sumatera Utara ditaati oleh setiap organisasi, b ketentuan-ketentuan yang hanya berlaku bagi organisasi yang bersangkutan yang didasarkan pada tradisi, kultur dan kepentingan organisasi tersebut. Ada kalanya, sistem yang berlaku dalam suatu organisasi dibandingkan dengan sistem yang berlaku di organisasi lain yang bergerak pada jenis kegiatan organisasional yang serupa. Jika terdapat perbedaan penerapan sistem yang berlaku, akan timbul persepsi ketidakadilan yang apabila tidak diatasi dapat berakibat negatif pada perilaku dan tindak tanduk pekerja yang bersangkutan dengan berbagai konsekuensinya yang akan bersifat negatif pula Siagian, 2004. 5.10. Pengaruh Supervisi Teknis terhadap Implementasi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Pada Dokter Pengujian statisik dengan menggunakan uji regresi linier menunjukkan bahwa supervisi teknis tidak berpengaruh pada dokter di RSU Tanjung Pura terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura. Dengan demikian diketahui bahwa ada atau tidaknya supervisi dari atasan tidak akan berdampak terhadap implementasi dokter dalam Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Hasil ini selaras dengan penelitian Anggraini 2007 yang menyimpulkan bahwa variabel mutu supervisi teknis mempunyai tingkat korelasi yang sangat lemah dengan kinerja Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003 yang mengutip pernyataan dari tim kerja WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok yang salah satunya adalah orang penting sebagai referensi. Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Seorang supervisor dapat dianggap penting karena memiliki status yang dianggap lebih tinggi. Seorang supervisor secara langsung akan mempengaruhi kinerja melalui kecermatannya dalam mendisiplinkan dan menerapkan peraturan-peraturan. Namun menjalani Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kewajiban profesi professional imperative bagi setiap dokter dan merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu pelayanan kedokteran. Berbeda dengan prinsip dalam pendidikan kedokteran dasar dan pendidikan pasca dokter yang berstruktur, Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan merupakan kegiatan belajar mandiri dengan ciri self directed dan practice based. Oleh karena itu keberlangsungan program Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan sangat bergantung pada motivasi dokter itu sendiri dan tidak terlalu dipengaruhi oleh supervisi dari atasan. 5.11. Pengaruh Hubungan Interpersonal teradap Implementasi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Pada Dokter Pengujian statisik dengan menggunakan uji regresi linier menunjukkan bahwa hubungan interpersonal tidak berpengaruh pada dokter di RSU Tanjung Pura terhadap implementasi Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura. Dengan demikian diketahui bahwa baik atau buruknya hubungan antar tenaga kesehatan atau teman sejawat tidak akan berdampak terhadap implementasi dokter dalam Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara Hasil ini selaras dengan penelitian Anggraini 2007 yang menyimpulkan bahwa variabel hubungan interpersonal mempunyai tingkat korelasi yang sangat lemah dengan kinerja. Demikian pula dengan penelitian Kusumastuti 2006 yang menyimpulkan bahwa dukungan teman kerja tidak ada hubungannya dengan kinerja dokter dalam pelaksanaan persetujuan tindakan medik. Dukungan teman kerja dalam hal ini dapat diselaraskan dengan hubungan interpersonal yang menggambarkan hubungan orang-orang yang bekerja dan dapat diajak bekerja sama dalam suatu tempat kerja. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan pada dokter merupakan kegiatan belajar mandiri yang self directed dan practice based, sehingga unsur utamanya adalah dokter sendiri dalam kegiatan pencatatannya. Sedangkan hubungan dengan dokter atau tenaga kesehatan lain di rumah sakit juga tidak terlalu berpengaruh bagi dokter dalam kegiatan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN