BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Sistem Produksi LeanLean Production System
1
1
Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 1-3
3.1.1. Konsep Dasar Lean
Sistem produksi Lean atau yang lebih dikenal sebagai Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan waste dan
meningkatkan nilai tambah value added produk barang jasa agar memberikan nilai kepada pelanggan customer value. Tujuan Lean adalah meningkatkan
terus-menerus customer valuemelalui peningkatan terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste.
Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah non-value-adding activities dalam desain, produksi untuk
bidang manufaktur atau operasi untuk bidang jasa, dan supply chain management yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Lean dapat didefinisikan
sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah non-value-adding activities melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk material, work in process, output dan
informasi menggunakan sistem tarik pull system dari pelanggan internal dan eksternal untuk megejar keunggulan dan kesempurnaan.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Prinsip Dasar Lean
2
1. Mengidentifikasi nilai produk berdasarkan pada prespektif pelanggan, dimana
pelanggan menginginkan produk barang atau jasa berkualitas superior dengan harga kompetitif pada pengiriman yang tepat waktu.
Suatu perusahaan yang telah melihat bahwa sistem produksi Leanakan memberikan suatu perubahan yang baik kepada usahanya maka akan terdorong
untuk mencoba melakukan penerapan sistem ini di perusahaannya. Sebelum sistem produksi Lean diterapkan, ada lima prinsip dasar Lean yang harus
diketahui yaitu:
2. Mengidentifikasi value stream process mapping pemetaan proses pada
value stream untuk setiap produk barang atau jasa. 3.
Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas yang terdapat dalam proses value stream tersebut dengan menganalisa value
stream yang telah dibuat. 4.
Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk mengalir dengan lancar dan efisien sepanjang proses value stream dengan menggunakan sistem
tarik pull system. 5.
Secara terus-menerus dan berkesinambungan melakukan peningkatan dan perbaikan dengan cara mencari teknik-teknik dan alat peningkatan agar
mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus.
2
Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
3.1.3. Jenis-jenis Pemborosan Waste
3
3
Vincent Gaspersz, Op. cit, hlm. 7-10
Pada dasarnya terdapat dua jenis pemborosan yaitu Type One Waste dan Type Two Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan
nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, akan tetapi aktivitas tersebut tidak dapat dihindarkan pada saat ini
dikarenakan oleh berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari prespektif Lean merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga
merupakan waste, akan tetapi pada saat ini pihak perusahaan masih membutuhkan inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan sudah tua
sehingga tingkat keandalannya berkurang. Dalam jangka panjang Type One Waste harus dapat dihilangkan atau dikurangi. Type One Waste juga disebut sebagai
Incidental Activity atau Incidental Work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah non value adding work or activity.
Type Two Waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Type Two Waste sering disebut sebagai
Waste karena jenis pemborosan ini benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Adapun konsep value
added activity, non value activity type one waste, dan type two waste Waste dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Un-Lean Traditional Work Activity yang Tipikal
Dari Gambar 3.1. di atas, terlihat bahwa Un-Lean Traditional Work Activity memiliki the value to waste ratio yang dihitung berdasarkan formula:
Value Added Work Activity Type One Waste + Type Two Waste yang masih berada di bawah 30. Tujuan Lean adalah meningkatkan terus-menerus customer
value melalui peningkatas terus-menerus rasio the value to waste yang merupakan rasio antara nilai tambah real value to customer terhadap waste type one waste
+ type two waste. Pemborosan merupakan aktivitas yang tidak memberi nilai tambah non-
value added activities dan dikenal dalam kalangan praktisi Lean Manufacturing sebagai “delapan pemborosan”. Adapun delapan pemborosan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
WASTE Type Two Waste
Value added work activity
Non value added work activity
Type One Waste
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jenis-jenis PemborosanWaste Jenis
Pemborosan Waste Akar Penyebab
Root Causes
1.
OverProduction: Memproduksi lebih daripada kebutuhan
pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih cepat atau lebih awal
daripada waktu kebutuhan pelanggan internal dan eksternal
- Ketiadaan komunikasi
- Sistem balas dan
penghargaan yang tidak tepat
- Hanya berfokus pada
kesibukan kerja bukan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan internal dan eksternal
2.
Delays waiting time: Keterlambatan yang tampak melalui
orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku, suppliers,
perawatanpemeliharaan maintenance, atau mesin-mesin yang sedang menunggu
perawatan, orang-orang, bahan baku, peralatan, dll.
- Inkonsistensi metode
kerja -
Waktu penggantian produk yang panjang
long changover times
3. Transportation:
Memindahkan material atau orang dalam jarak yang sangat jauh dari satu proses ke
proses berikut yang dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah.
- Tata letak yang jelek
poorlayout -
Ketiadaan koordinasi dalam proses
- Poorhousekeeping
- Organisasi tempat kerja
yang jelek poorworkplaceorganizat
ion
- Lokasi penyimpanan
material yang banyak dan saling berjauhan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jenis-jenis PemborosanWaste Lanjutan Jenis
Pemborosan Waste Akar Penyebab
Root Causes
4.
Process: Mencakup proses-proses tambahan atau
aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien
- Ketidaktepatan
penggunaan peralatan -
Pemeliharaan peralatan yang jelek poor tooling
maintenance
- Gagal mengkombinasi
operasi-operasi kerja -
Proses kerja dibuat serial padahal proses-proses itu
tidak saling tergantung satu sama lain yang
seyogianya dapat dibuat parallel
5. Inventories:
Pada dasarnya menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan
tambahan yang seharusnya tidak diperlukan. Inventories juga
mengakibatkan extra paperwork, extra space, dan extra cost.
- Peralatan yang tidak
handal unrealibleequipment
- Aliran kerja yang tidak
seimbang -
Pemasok yang tidak kapabel
- Peramalan kebutuhan
yang tidak akurat -
Ukuran batch yang besar -
Longchange- overtimewaktu
pergantian yang panjang
6. Motion Movement:
Setiap gerakan karyawan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti
mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya.
Berjalan juga merupakan pemborosan. -
Organisasi tempat kerja yang jelek
poorworkplaceorganizat ion
- Tata letak yang jelek
poorlayout -
Metode kerja yang tidak konsisten
- Poormachinedesign
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jenis-jenis PemborosanWaste Lanjutan Jenis
Pemborosan Waste Akar Penyebab
Root Causes
7.
DefectiveProducts: Memproduksi komponen cacat atau yang
memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi
barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, biaya, waktu dan
upaya yang sia-sia. -
Incapableprocesses -
Insufficientplanning -
Ketiadaan prosedur- prosedur operasi standar
SOP
8.
DefectiveDesign: Desain yang tidak memenuhi kebutuhan
pelanggan, penambahan features yang tidak perlu.
- Lack
ofcustomerinputindesign -
Overdesign
3.2. Six Sigma