Tabel 3.1. Jenis-jenis PemborosanWaste Lanjutan Jenis
Pemborosan Waste Akar Penyebab
Root Causes
7.
DefectiveProducts: Memproduksi komponen cacat atau yang
memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi
barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, biaya, waktu dan
upaya yang sia-sia. -
Incapableprocesses -
Insufficientplanning -
Ketiadaan prosedur- prosedur operasi standar
SOP
8.
DefectiveDesign: Desain yang tidak memenuhi kebutuhan
pelanggan, penambahan features yang tidak perlu.
- Lack
ofcustomerinputindesign -
Overdesign
3.2. Six Sigma
3.2.1. Konsep Dasar Six Sigma
4
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk barang atau jasa diproses pada tingkat kerja
kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan
pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu
proses transaksi produk antara pemasok industri dan pelanggan pasar. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Six Sigma
juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa di tingkat bawah dan sebagai pengendalian
4
Vincent Gaspersz, Ibid, hlm. 37-38
Universitas Sumatera Utara
proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses.
Six Sigma didefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan
dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai
tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Metode Six Sigma
disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian masalah yang sederhana yaitu DMAIC, yang merupakan singkatan dari Define merumuskan, Measure
mengukur, Analyze menganalisis, Improve meningkatkanmemperbaiki, dan Control mengendalikan dimana yang menggabungkan bermacam-macam
perangkat statistik serta serta pendekatan perbaikan proses yang lainnya.
3.2.2. Prinsip Kualitas dan Six Sigma
5
Kualitas adalah fungsi dari variabel yang spesifik dan terukur. Perbedaan kualitas merupakan selisih dari jumlah atribut sebuah produk, misalnya jumlah
jahitan per inci pada sebuah kaos atau jumlah silinder di dalam sebuah mesin. Definisi kualitas yang lain didasarkan pada asumsi bahwa keinginan konsumen
menentukan kualitas. Pelanggan sering kali menilai kualitas dalam hubungannya dengan harga, dan hal ini disebut sebagai nilai value. Dari sudut pandang ini,
produk berkualitas adalah produk yang sama bergunanya dengan produk
5
James R. Evans dan William M. Lindsay, An Introduction to Six Sigma Process Improvement Pengantar Six Sigma, Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2007, hlm. 12-15
Universitas Sumatera Utara
kompetitor dan dijual pada harga yang lebih rendah, atau yang menawarkan kegunaan dan kepuasan yang lebih tinggi pada harga yang sebanding. Jika
kualitas dilihat dari sudut produksi maka dapat didefinisikan sebagai hasil yang diinginkan dari proses operasi atau yang sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan oleh pihak perusahaan. Adapun prinsip-prinsip kualitas yang menjadi landasan filosofi Six Sigma
yaitu: 1.
Fokus pada pelanggan 2.
Partisipasi dan kerja sama semua individu di dalam perusahaan 3.
Fokus pada proses yang didukung oleh perbaikan dan pembelajaran secara terus-menerus
Jika suatu perusahaan menerapkan ketiga prinsip tersebut maka secara aktif akan berusaha untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan dan tuntutan
pelanggan, berusaha untuk membangun kualitas dan mengintegrasikannya ke dalam proses kerja dengan cara menimba ilmu serta pengalaman dari para
karyawannya, dan terus memperbaiki semua sisi organisasi.
3.2.3. Dasar Statistik Six Sigma
6
Dari prespektif pengukuran, Six Sigmamewakili tingkatan kualitas dimana kesalahan paling banyak berjumlah 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Jika
perusahaan sudah mencapai level 6 Sigma berarti dalam proses tersebut mempunyai peluang untuk cacatatau melakukan kesalahan sebanyak 3,4 kali dari
6
James R. Evans dan William M. Lindsay, Ibid, hlm. 44-45
Universitas Sumatera Utara
1.000.000 kemungkinan. Sekumpulan data yang sangat besar atau dapat dikatakan sebagai populasi, rata-
ratanya dikenal dengan μ mu dan standar deviasinya dikenal sebagai σ Sigma.
Sebuah distribusi berbentuk kurva lonceng dari parameter atau karakteristik kualitas menunjukkan luas area dibawah kurva normal yang berada
diantara atau diluar nilai batas dari rata- rata terhadap ± 1 σ, ± 2 σ, ± 3 σ, ± 4 σ, ± 5
σ dan ± 6 σ. Berikut ini akan digambarkan kurva normal dengan batas-batas Sigma dari satu sampai dengan enam Sigma.
Gambar 3.2 Hubungan Kurva Normal dan Batas Sigma
Area yang berada di luar kurva dinamakan dengan persentasi yang menggambarkan kecacatan yang sering dikaitkan dengan DPM defects per
million. Nilai dari DPM ini juga berkaitan dengan kapabilitas proses yang sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi dari proses apakah sudah mampu
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Pada Tabel 3.2.berikut akan digambarkan hubungan spesifikasi, PPM dan kapabilitas proses.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Hubungan Kuantitatif antara Sigma, PPM dan C
pk
Kapabilitas Sigma
CacatKesalahan C
pk
DPM
σ 1
69,15 691.462DPM
0,33 σ
2 30,85
308.536DPM 0,67
σ 3
6,68 66.807 DPM
1,00 σ
4 0,62
6210 DPM 1,33
σ 5
0,0233 233DPM
1,67 σ
6 0,00034
3,4 DPM 2,00
3.3. Lean Six Sigma