PENDAHULUAN Pengalaman Remaja Dalam Menerima Pendidikan Seks : Studi Fenomenologi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masa remaja adalah tahap antara masa kanak- kanak menuju masa dewasa. Istilah ini memperlihatkan awal dari masa pubertas menuju masa kematangan seksual. Hal ini terjadi biasanya pada usia 14 tahun pada pria dan 12 tahun pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari suatu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orangtua mereka Kozier, 1995. Masa ini merupakan masa ujian, masa penuh tantangan, sukar dimengerti dan masa yang penuh dengan gelora Agus, 1998. Biasanya masa remaja terjadi sekitar dua tahun setelah masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosional mendalam. Perempuan dan laki-laki menjadi matang, tanggung jawab mereka meningkat, dan harapan tentang dirinya berkembang lebih besar, baik itu di ukur dari dirinya sendiri maupun dari diri orang lain. Pada saat yang sama perubahan sosial memainkan peran utama dalam masa remaja, sebagaimana aktivitas laki-laki dan perempuan menjadi lebih bervariasi dan individual Nugraha, 1998. Diantara perubahan-perubahan pada remaja, yang dapat mempengaruhi hubungan orangtua dan remaja adalah pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran yang idealis dan meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan disekolah, dengan teman sebaya. Beberapa peneliti telah menunjukan bahwa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA konflik antara orangtua dan remaja, terutama antara ibu dan anak laki-laki, adalah yang membuat paling tertekan, selama masa puncak pubertas Soetjiningsih, 2004. Banyak remaja putra dan putri saling mempengaruhi secara sosial melalui teman sebaya yang dimilikinya baik dalam kelompok formal maupun informal, namun melalui kontak serius antara dua orang yang berlainan jenis kelamin muncul Christina, 2007. Peningkatan masalah-masalah remaja seperti kehamilan remaja, pemerkosaan yang terjadi pada saat berkencan, dan penyakit seksual yang menular membuat hubungan romantik pada masa awal kehidupan ini menjadi dimensi yang penting dalam perkembangan individu Adrienzens, 2008. Remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya, mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997. Kebanyakan orangtua tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks secara dini dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku yang baik dari pada anak yang mendapatkannya dari orang lain Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997. Sumber pendidikan seks yang digunakan oleh remaja adalah media massa baik media cetak seperti koran, majalah, dan buku maupun media elektronik seperti UNIVERSITAS SUMATERA UTARA televisi dan internet serta teman sebaya atau peer group. Remaja banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan seks dari media massa dan teman sebaya karena sumber pendidikan tersebut dapat memberikan informasi dan pengetahuan secara terbuka dan transparan pada mereka Christina, 2007. Keengganan para orangtua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi pendidikan seks. Hasil pre- test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja RSAR di Jakarta Timur perkotaan dan Lembang pedesaan menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi, mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks Nugraha, 2000. Hambatan utama adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah Nugraha, 2000. Fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat adalah adanya penyimpangan-penyimpangan seksual di kalangan remaja, misalnya hamil diluar nikah dan pemerkosaan, dimana remaja masih mencari jati diri mereka. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengalaman remaja dalam menerima pendidikan seks.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam pengalaman remaja dalam menerima pendidikan seks. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah bagaimanakah pengalaman remaja dalam menerima pendidikan seks?

4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, diharapkan dapat bermanfaat bagi : 4.1 Pendidikan Remaja Sebagai dasar informasi dalam memberikan pendidikan seks terhadap remaja. 4.2 Pendidikan Keperawatan Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya penyuluhan pendidikan seks dini bagi remaja. 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan tentang pengalaman remaja dalam menerima pendidikan seks. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA