serius dapat menimbulkan kesenjangan dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya terhadap orang lain. Pada masa ini remaja memerlukan informasi tentang
penularan penyakit menular seksual Soetjiningsih, 2004 Remaja Akhir Late Adolescence yaitu remaja yang berusia berkisar 17-20
tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol oleh karena masa ini merupakan masa menuju periode dewasa. Pada masa ini remaja mengenal dirinya sendiri, tahu apa
yang menjadi minatnya, mau bersosialisasi dengan orang lain, tidak terlalu egois terhadap keinginannya sendiri, dan dapat membedakan antara hal yang pribadi
dengan hal yang umum Soetjiningsih, 2004
1.4 Tugas dan Perkembangan Seks Remaja
Tugas-tugas perkembangan masa remaja merupakan suatu peralihan dari masaa kanak- kanak menuju dewasa. Adapun ciri-ciri dari masa remaja antara lain
pertumbuhan fisik yang cepat, emosi yang tidak stabil, perkembangan seksual sangat menonjol, cara berpikir kausalitas hukum sebab akibat dan terikat pada
kelompoknya Kriswandaru, 2003.
Adapun tugas perkembangan yang harus dilalui para remaja, antara lain mampu menerima keadaan fisiknya, mencapai kemandirian secara emosi,
memperluas hubungan dengan tingkah laku sosial yang lebih dewasa, mengetahui serta menerima kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki, membentuk nilai
moral sebagai dasar untuk berperilaku Soetjiningsih, 2004
1.5 Perilaku Seksual Remaja
Ahli mempertanyakan alasan keterlibatan remaja dalam berbagai perilaku seksual yang membuatnya terjebak pada resiko yang berkaitan dengan aspek
sosial, emosional, maupun kesehatan Turner Feldman, 1995. Alasan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
melandasi perilaku remaja adalah berkaitan dengan upaya-upaya untuk pembuktian perkembangan indentitas diri, belajar menyelami anatomi lawan jenis,
menyenangkan pasangan dan mengatasi rasa kesepian Soetjiningsih, 2004. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pemahaman remaja mengenai dampak
personal dan interpersonal dari perilaku seksual yang dilakukan tidak menjadi bahan pertimbangan.
1.6 Tempat Remaja Berdiskusi Masalah Seks dan Kesehatan Reproduksi
Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orangtua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orangtua dalam keluarga sebagai
suami-istri yang bersatu dalam perkawinan yang diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak Howard, 1990. Kesulitan yang
timbul adalah apabila pengetahuan orangtua kurang memadai secara teoritis dan objektif menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan
pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Tentang hal ini Davis 1957 menyimpulkan hasil
penelitiannya bahwa informasi seks yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlihat dalam kasus-kasus berupa konflik-konfilk dan
gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks.
Pendidikan seks di sekolah merupakan komplemen dari pendidikan seks di rumah Kilander, 1997. Peran sekolah dalam memberikan pendidikan seks harus
dipahami sebagai pelengkap pengetahuan sari rumah dan institusi lainnya yang berupaya keras untuk mendidik remaja tentang seksualitas dan tidak berarti bahwa
sekolah mengambil porsi orangtua Yeni, 1992.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Pendidikan Seks 2.1 Definisi