17 tahap ini anak sudah mulai berpikir logis. Berpikir logis ini terjadi sebagai
akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkret, 4
Tahap operasi formal 11-15 tahun; pada tahap ini anak sudah mulai berpikir secara abstrak, dia data menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi
dunia real dan tidak tergantung pada benda-benda konkret. Menurut tahapan usia anak berdasarkan piaget, usia anak kelas V ada pada
tahap operasional konkret. Dalam tahap ini anak dalam rangka mempelajari mata pelajaran khususnya matematika, anak harus dikaitkan dengan media yang masih
konkret atau nyata sehingga akan tercapai pembelajaran sesuai tahapan usia anak yang maksimal.
Dari beberapa pendapat teori pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika akan berhasil dan lebih bermakna jika proses
pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dari struktur-sruktur yang termuat dalam pokok bahasan dengan cara melibatkan siswa secara langsung menggunakan media
pembelajaran yang relevan seperti gambar, lambang atau simbol dan benda-benda konkret lainnya. Dengan demikian pemahaman terhadap konsep matematika akan
lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.1.6 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut Gagne dan Briggs seperti yang dikutip Gredler dalam Aisyah dkk 2007: 1.3, pembelajaran sebagai ”upaya orang yang tujuannya adalah membantu
orang belajar”. Secara lebih rinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai ”seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya
18 beberapa proses belajar yang sifatnya internal” Gredler dalam Aisyah dkk 2007:
1.3. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau
yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal sekolah, pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru
merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey, seperti yang
dikutip Miarso dkk dalam Aisyah dkk 2007: 1.3, pembelajaran adalah ”suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran merupakan kata benda yang diartikan sebagai ”proses, cara, menjadikan orang atau makluk hidup
belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti ”berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman” Suharso dan Retnoningsih 2005: 21. Dari keempat pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran Matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang sipelajar melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan
proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran Matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
19 tentang matematika
.
Selanjutnya menurut Davis Thom dan Pirie 2002: 1-28 mengungkapkan bahwa, “mathematics involves students’ invented methods for
solving a problem, their mathematical verbalizations and actions, their theories or principles that are generated from such inquiries, as well as the mental
representations they construct”. Artinya, Matematika melibatkan siswa menemukan
metode untuk memecahkan suatu masalah, masalah verbal dan tindakan matematika mereka, teori-teori atau prinsip-prinsip yang mereka miliki yang dihasilkan dari
pertanyaan tersebut serta representasi mereka yang mereka bangun. Adapun tujuan matematika sekolah, khusus di sekolah dasar SD atau
Madrasah Ibtidiyah MI yaitu agar siswa memiliki kemampuan Aisyah dkk 2007: 1.4 yaitu sebagai berikut:
1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, serta menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD