Hakikat Matematika Teori Belajar Matematika

13 gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah, ranah kognitiflah yang banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar afektif dan psikomotor juga harus menjadi bagian dari penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari penjelasan hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan perilaku yang lebih baik lagi.

2.1.4 Hakikat Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Matematika mengkaji benda abstrak yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol lambang dan penalaran deduktif. Sutawija dalam Aisyah dkk 2007: 1. Menurut Hudoyo dalam Aisyah, dkk 2007: 1, 14 matematika berkenaan dengan ide-ide gagasan-gagasan, aturan-aturan, dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis, sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak yang diatur secara logis dan menjadi dasar dari berbagai disiplin ilmu.

2.1.5 Teori Belajar Matematika

Menurut Brunner seperti yang dikutip Hudoyo dalam Aisyah dkk 2007: 1.5, belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan- hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik atau memanipulasi bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimikili siswa. Dengan demikian, siswa dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, sehingga anak dapat memahami materi yang harus dikuasainya. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Dalam setiap kesempatan, hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Selanjutnya Brunner seperti ysng dikutip Hudoyo dalam Aisyah dkk 2007: 1.6 menyatakan bahwa anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu: 1 Tahap enaktif; pada tahap ini, dalam belajar, anak-anak menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret secara langsung, 15 2 Tahap ikonik; pada tahap ini kegiatan anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Dalam hal ini, anak-anak tidak memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek- objek yang dimaksud, 3 Tahap simbolik; tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Berdasarkan tahapan yang disebutkan oleh Brunner, usia anak kelas V masih dalam tahap ikonik. Tahap ini menjelaskan bahwa kemampuan anak akan tercapai dengan maksimal jika anak akan mempelajari mata pelajaran harus dikaitkan dengan objek yang bersifat nyata meskipun tidak secara langsung tapi siswa diberikan gambaran tentang objek yang mudah ditemui dalam keseharian. Hal ini akan berakibat positif dalam ranngka membelajarkan matematika secara efektif. Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematika, diperlukan guru yang profesional dan kompeten. Guru yang profesional dan kompeten adalah guru yang menguasai materi pembelajaran matematika, memahami bagaimana siswa belajar, menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan siswa, dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dukungan dan bimbingan untuk mengembangkan profesionalisme guru dalam mengajar matematika dapat berupa pengembangan dan penetapan ukuran-ukuran baku standar yang perlu dikuasai setiap guru yang professional. Beberapa komponen dalam standar guru matematika yang professional Muhsetyo, 2008: 1.8, yaitu: 16 1 Penguasaan dalam pembelajaran matematika, 2 Penguasaan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika, 3 Penguasaan dalam pengembangan professional guru matematika, 4 Penguasaan tentang posisi penopang dan pengembang guru matematika dan pembelajaran matematika. Guru yang professional dan kompeten harus mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk mengembangkan dan atau perbaikan pembelajaran matematika. Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget dalam Muhsetyo 2008: 1.9 menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional atau operasi formal: 1 Tahap sensorimotor 0-2 tahun; pada tahap ini anak mengembangkan konsep pada dasarnya melalui interaksi dengan dunia fisik, 2 Tahap pra-operasional 2-7 tahun; pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan bahasa untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih tergantung pada persepsi. Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan simbol, dia belajar untuk membedakan antara kata atau istilah dengan menggunakan objek yang diwakili oleh kata atau istilah tersebut, 3 Tahap operasional konkret 7-11 tahun; selama tahap ini anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk menyatakan dan mengingat konsep-konsep. Pada 17 tahap ini anak sudah mulai berpikir logis. Berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkret, 4 Tahap operasi formal 11-15 tahun; pada tahap ini anak sudah mulai berpikir secara abstrak, dia data menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia real dan tidak tergantung pada benda-benda konkret. Menurut tahapan usia anak berdasarkan piaget, usia anak kelas V ada pada tahap operasional konkret. Dalam tahap ini anak dalam rangka mempelajari mata pelajaran khususnya matematika, anak harus dikaitkan dengan media yang masih konkret atau nyata sehingga akan tercapai pembelajaran sesuai tahapan usia anak yang maksimal. Dari beberapa pendapat teori pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika akan berhasil dan lebih bermakna jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dari struktur-sruktur yang termuat dalam pokok bahasan dengan cara melibatkan siswa secara langsung menggunakan media pembelajaran yang relevan seperti gambar, lambang atau simbol dan benda-benda konkret lainnya. Dengan demikian pemahaman terhadap konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

2.1.6 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGK Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Stad ( Students Teams Achievement Division) ( PTK di Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2011/2012 ).

0 0 16

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Stad ( Students Teams Achievement Division) ( PTK di Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2011/2012 ).

0 0 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 4

0 0 16