15
4. Pelaksanaan Pelayanan Administrasi;
5. Pemeriksaan pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur, sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2.1.5 Kualitas Hasil Audit
De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas hasil audit sebagai “probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi klien.” Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien
tergantung pada independensi auditor. Tetapi lebih lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak
yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan
oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan.
16
Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.
Menurut Irahandayani 2003 kualitas audit dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : “berkualitas dapat dipertanggungjawabkan dan tidak
berkualitas tidak dapat dipertanggung jawabkan”. Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dikatakan berkualitas jika hasil
pemeriksaan tersebut dapat meningkatkan bobot pertanggungjawaban atau akuntabilitas, serta dapat memberikan informasi pembuktian ada tidaknya
penyimpangan, kesalahan serta tindak pidana korupsi. Hal ini akan memberikan kontribusi bagi mutu akuntabilitas instansi pemerintah daerah
yang bersih dan bebas korupsi. Kualitas hasil audit bisa juga dilihat dari kualitas keputusan-
keputusan yang diambil. Menurut Edwards et. al 1984 “ada dua
pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan yaitu outcome oriented dan process oriented.” Pendekatan outcome oriented
digunakan jika solusi dari sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang
diambil dilakukan dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
pendekatan process oriented digunakan jika solusi sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sangat sulit dipastikan. Maka untuk
menilai kualitas keputusan yang diambil auditor dilihat dari kualitas
17
tahapan proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan pekerjaan dari awal hingga menghasilkan sebuah keputusan.
Terdapat empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: 1 lama waktu auditor telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tenure, semakin lama seorang auditor telah melakukan
audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, 2 jumlah klien, semakin
banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya, 3 kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan
ada cenderung klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan 4 review oleh pihak ketiga,
kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh
pihak ketiga Alim dkk, 2007.
2.1.6 Akuntabilitas