Rendemen PENELITIAN UTAMA 1. Reaksi Sintesis Vanilin

64

2. Rendemen

Rendemen produk vanilin yang dihasilkan dari reaksi oksidasi isoeugenol dan oksidator nitrobenzene pada penelitian ini berkisar antara 1,97 – 9,1 . Kombinasi perlakuan dengan tingkat daya 400 Watt dan lama reaksi 4 menit menghasilkan rendemen terkecil, sedangkan kombinasi perlakuan dengan tingkat daya 800 watt dan lama reaksi 4 menit menghasilkan rendemen produk vanilin terbesar. Grafik pengaruh tingkat daya dan lama reaksi oksidasi terhadap rendemen produk vanilin disajikan pada Gambar 31. Pada tingkat daya 400 Watt dengan lama reaksi 4, 6 dan 8 menit diperoleh rendemen vanilin sebesar 1,97 , 5,00 dan 7,42 . Sedangkan pada tingkat daya 560 Watt dengan lama reaksi 4, 6 dan 8 menit diperoleh rendemen sebesar 6,4 , 6,84 dan 9,1 . Pada tingkat daya 800 Watt dengan tingkat daya 2, 3, dan 4 menit diperoleh rendemen vanilin sebesar 4,13 , 5,96 dan 8,98 . Berdasarkan perhitungan standar deviasi Lampiran 3c menunjukkan bahwa perlakuan tingkat daya dan lama reaksi memberikan nilai yang berbeda terhadap rendemen produk vanilin kasar, sehingga semakin besar tingkat daya dan semakin lama reaksi, maka rendemen produk vanilin semakin besar. Gambar 31. Pengaruh lama reaksi pada tingkat daya 400 watt, 560 watt dan 800 watt terhadap rendemen vanilin 5 6,84 9,1 1,96 7,42 6,17 5,96 8,98 4,12 2 4 6 8 10 12 2 menit 3 menit 4 menit 6 menit 8 menit Lama reaksi menit R e nde m e n 400 watt 560 watt 800 watt 65 Pada pemanasan gelombang mikro, besarnya energi panas yang dihasilkan bergantung dari lamanya waktu radiasi gelombang mikro lamanya larutan sampel dalam oven gelombang mikro dan tingkat daya Kurniawan, 2005. Semakin lama waktu radiasi gelombang mikro dan semakin tinggi tingkat daya yang digunakan, maka semakin besar energi panas yang dihasilkan atau semakin tinggi suhu larutan sehingga semakin banyak isoeugenol yang teroksidasi menjadi vanilin, akan tetapi lama reaksi akan mencapai optimal pada waktu tertentu. Menurut Cerveny et al., 1987, suatu reaksi terjadi ketika molekul- molekul reaktan bertumbukan. Laju reaksi yang semakin cepat menandakan tumbukan efektif untuk membentuk produk semakin banyak. Bergeraknya molekul-molekul dalam campuran mengakibatkan terjadinya tumbukan antara satu molekul semakin cepat dengan meningkatnya lama reaksi. Dari hasil kromatografi gas pada tingkat daya 400 Watt dengan lama reaksi 4, 6 dan 8 menit serta pada tingkat daya 800 Watt dengan waktu rekasi 2, 3 dan 4 menit dapat dilihat banyaknya K-vanilat dan rendahnya konsentrasi isoeugenol yang terbentuk dengan semakin meningkatnya jumlah vanilin yang terbentuk hasil reaksi K-isoeugenolat dengan oksidator nitrobenzene yang berjalan sempurna. Rendahnya konsentrasi isoeugenol yang terdapat dalam produk menunjukkan tingkat keberhasilan reaksi oksidasi menjadi vanilin semakin besar. Lampiran 10, 12, dan 14 pada tingkat daya 400 Watt dan Lampiran 22, 24, dan 26 pada tingkat daya 800 Watt menunjukan perubahan puncak isoeugenol pada kemurnian campuran vanilin. Namun pada tingkat daya 560 Watt dengan lama reaksi 8 menit terjadi punurunan jumlah vanilin karena semakin lama reaksi, tebentuknya reaksi samping yaitu reaksi polimerisasi semakin besar Lampiran 20. Hasil reaksi samping tersebut diantaranya polimer dan garam yang ikut bercampur dengan produk vanilin sehingga sulit untuk dipisahkan dan menyebabkan rendemen produk vanilin pada tingkat daya dan lama reaksi tersebut tinggi. 66 Gambar 31 memperlihatkan juga pengaruh tingkat daya pada lama reaksi yang sama 4 menit terhadap rendemen vanilin. Gambar tersebut menunjukkan peningkatan rendemen vanilin seiring dengan meningkatnya tingkat daya pada lama reaksi yang sama yaitu 4 menit. Berdasarkan perhitungan standar deviasi Lampiran 3c menunjukkan bahwa perlakuan tingkat daya pada lama reaksi yang sama 4 menit dalam oven gelombang mikro memberikan nilai yang berbeda terhadap rendemen produk vanilin kasar. Perlakuan tingkat daya 800 Watt pada lama reaksi 4 menit menghasilkan rendemen produk vanilin kasar yang lebih besar dari perlakuan lainnya, yaitu sebesar 8,98 . Aplikasi suhu yang lebih tinggi menciptakan energi panas yang lebih tinggi dan meningkatkan laju reaksi kimia Connors, 1990. Secara teoritis, energi panas ini mempengaruhi laju reaksi. Kenaikkan tingkat daya menyebabkan kenaikkan suhu reaksi, sehingga semakin banyak energi panas yang diserap oleh bahan dan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan tingkat daya pada gelombang mikro menyebabkan terjadinya tumbukan dan interaksi antara molekul dan radiasi gelombang semakin besar, sehingga K-isoeugenolat dan K-vanilat terbentuk dalam jumlah yang banyak seiring dengan berkurangnya jumlah isoeugenol yang tidak bereaksi. Banyaknya K-isoeugenolat yang terbentuk dapat dilihat dari puncak kromatogram isoeugenol yang semakin kecil. Lampiran 11, 17 dan 27 menunjukan perubahan puncak isoeugenol yang semakin berkurang. Setiyatno 1991 melakukan sintesis vanilin dari eugenol dengan menggunakan metode fotokimia dan katalis transfer fase menghasilkan produk vanilin berdasarkan data kromatografi gas sebesar 15,43 . Soemadhiharga et al., 1973, melakukan sintesis vanilin pada skala besar dengan mereaksikan KOH, nitrobenzene dan air di dalam autoklaf pada suhu 170 – 190 o C dengan tekanan 8 atm menghasilkan rendemen 3,6 . Sari 2003, mereaksikan eugenol dengan bantuan katalis V 2 O 5 MoO 3 menghasilkan vanilin dengan rendemen 3,15 . Sedangkan Kurschner 1928 dalam Kurniawan 2005 menghasilkan vanilin sebesar 5 – 10 67 yang diperoleh dari pemanasan lignin dengan alkali metal hidroksida. Perbedaan rendemen produk vanilin dari berbagai penelitian tersebut, sangat tergantung dari kondisi proses yang dilakukan. Tabel 14. Perbandingan rendemen vanilin yang dihasilkan dari penelitian ini dengan rendemen vanilin hasil penelitian Sastrohamidjojo 1981. Metode Rendemen Modifikasi 1, Gelombang mikro 800 Watt, 4 menit Modifikasi 1, Refluks 130 o C, 3 jam Metode Sastrohamidjojo, Refluks 130 o C, 3 jam Hasil penelitian Sastrohamidjojo 1981, 130 o C, 3 jam 8,96 6,20 25,6 56,25 Dari Tabel 14 dapat dilihat rendemen vanilin yang dihasilkan dari proses oksidasi pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rendemen hasil penelitian yang dilakukan Sastrohamidjojo. Rendahnya rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini disebabkan oleh faktor kecepatan pengadukan sebelum proses oksidasi di luar oven gelombang mikro dan kecepatan pengadukan dengan pemanasan konvensional serta lamanya pengocokan lamanya proses ekstraksi campuran vanilin setelah proses oksidasi dengan pelarut dietil eter. Pengadukan kedua campuran antara fase air dan fase organik sebelum reaksi oksidasi berlangsung di luar oven gelombang mikro pada metode penelitian ini dilakukan pada kecepatan pengadukan rendah dan waktu pengadukan yang singkat. Pengadukan sebelum proses oksidasi ini bertujuan untuk meratakan campuran, dilakukan dengan menggunakan pengaduk magnetik dengan kecepatan 600 rpm dan hanya beberapa menit saja. Sedangkan sintesis vanilin dengan pemanasan konvensional, pengadukan sebelum reaksi oksidasi dan pada saat reaksi oksidasi berlangsung dilakukan dengan mesin pengaduk yang dimasukan dalam refluks dengan kecepatan yang sama yaitu 600 rpm. Kecepatan ini digunakan karena merupakan kecepatan maksimum bahan bersentuhan 68 dengan pengaduk. Ketika kecepatannya dinaikan menjadi 700 rpm atau lebih, maka pengaduk akan berputar dengan kecepatan tinggi di atas bahan sehingga pengaduk tidak besentuhan dengan bahan karena jumlah volume keseluruhan bahan hanya 70,94 gram dengan ukuran refluks 2000 ml. Diduga rendahnya rendemen pada penelitian ini karena singkatnya waktu pengadukan sebelum proses oksidasi pada metode pemanasan dengan gelombang mikro dan rendahnya kecepatan pengadukan pada saat reaksi oksidasi berlangsung dengan cara konvensional menyebabkan rendahnya interaksi antara fase air dan fase organik, sehingga sebagian besar substrat awal tidak ikut bereaksi. Hal ini dapat dibuktikan setelah proses oksidasi dan hidrolisis asam, terdapatnya senyawa organik yang masih tersisa seperti isoeugenol dan nitrobenzene yang terdapat pada lapisan bawah lapisan organik yang ikut bersamaan dengan hasil samping reaksi seperti azobenzene, asetaldehid dan senyawa lain, sehingga hanya sedikit vanilin yang terikat bersamaan dengan air pada lapisan atas. Menurut Suwarso, et al 2002, penyebab rendahnya rendemen hasil reaksi adalah karena sebagian besar substrat awalnya tidak bereaksi. Kemungkinan lainnya disebabkan karena terbentuknya senyawa-senyawa reaksi samping bukan pembentuk produk by-product. Menurut Setiyanto 1991, untuk keberhasilan reaksi dua fase, faktor pengadukan harus betul-betul diperhatikan. Makin cepat derajat pemutaran dan makin lama waktu pemutaran, maka reaksi akan berjalan makin baik. Aturan umum mengatakan bahwa pemutaran reaksi bisa berjalan dengan baik adalah 1000 rpm. Pada kecepatan pemutaran tersebut, diharapkan kemungkinan untuk saling bertemunya zat-zat yang harus bereaksi yang ada di dua fase yang berbeda sering terjadi. Kecepatan dan lamanya pengocokan proses ekstraksi campuran vanilin setelah proses oksidasi dengan pelarut dietil eter sangat berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan. Proses ekstraksi ini tidak dilakukan dengan alat khusus atau mesin ekstraksi, melainkan mengekstraksinya dalam labu pisah dengan menggunakan tangan, sehingga kecepatan pengocokan dan lamanya waktu ekstraksi tidak 69 diperhitungkan. Dalam satu kali perlakuan pada prosedur pembuatan sintesis vanilin ini dilakukan 7 kali proses ekstraksi, yaitu ekstraksi dengan dietil eter sebanyak 5 kali dan 2 kali ekstraksi dengan natrium bisulfit untuk mengikat vanilin dari campuran yang tidak bereaksi lainnya. Pada saat proses ekstraksi sebagian vanilin terikat oleh pelarut dietil eter dan sebagian lagi masih berada dalam campuran sehingga ikut terbuang karena proses ekstraksi yang kurang maksimal. Selain itu juga pada saat ekstraksi, vanilin yang terikat dalam dietil eter terdapat beberapa yang menempel pada dinding luar labu pisah dan membentuk butiran halus dengan aroma vanilin ketika pelarutnya hilang. Butiran tersebut sulit untuk dipisahkan karena menempel pada dinding luar labu sehingga banyak vanilin yang terbuang. Mariana 2004, melakukan ekstraksi oleoresin jahe dengan menggunakan oven gelombang mikro menghasilkan rendemen oleoresin yang rendah, yaitu 7,6 - 7,96 . Menurutnya, rendahnya rendemen oleoresin ini dikarenakan waktu proses pengocokan yang rendah, karena semakin lama proses pengocokan ekstraksi menyebabkan rendemen oleoresin yang diperoleh semakin banyak. Proses ekstraksi yang maksimal dapat dilakukan dengan menggunakan alat ekstraksi yang dilengkapi dengan pengaduk dengan memperhitungkan lamanya waktu ekstraksi. Semakin lama proses ekstraksi pengocokan, semakin banyak vanilin yang terikat dalam pelarutnya, sehingga rendemen vanilin yang diperoleh semakin banyak. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya rendemen vanilin ini adalah karena adanya sejumlah bahan yang hilang menguap pada saat reaksi oksidasi berlangsung. Banyaknya bahan yang hilang ini dipengaruhi oleh lamanya waktu reaksi pemanasan gelombang mikro. Semakin lamanya waktu reaksi, semakin tinggi suhu menyebabkan semakin banyak isoeugenol teroksidasi menjadi vanilin, namun lamanya reaksi ini menyebabkan sejumlah bahan yang akan direaksikan dan produk vanilin yang terbentuk menguap pada suhu tertentu. Leody 1992, pada hasil penelitiannya mengisomerisasi eugenol menjadi isoeugenol terdapat 70 sejumlah besar bahan yang menguap dengan semakin tingginya suhu dan lama reaksi pada pemanasan konvensional. Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya energi molekul-molekul gas, sehingga kecepatan senyawa dalam larutan akan semakin besar. Selain itu juga oven gelombang mikro yang digunakan tidak dilengkapi dengan kondensor sehingga uap mudah sekali keluar. Tabel hasil analisis sintesis vanilin metode Sastrohamidjojo dan metode modifikasi 1 menggunakan cara konvensional dapat dilihat pada Lampiran 1b.

3. Densitas