Serangga Hexapoda TINJAUAN PUSTAKA

18 iklim atau akibat pengolahan tanah Herbke, 1962; Brauns, 1968; Graff, 1971 dalam Adianto, 1993. Populasi fauna tanah umumnya meningkat pada tanah subur yang mampu menyuplai nutrisi tetapi sifat kimiawi tanah biasanya kurang berpengaruh langsung daripada sifat fisik tanah Setiadi, 1989. Selain itu pula ditambahkan oleh Setiadi 1989 bahwa kegiatan organisme tanah juga dipengaruhi oleh musim dan kedalaman tanah, karena setiap organisme tanah mempunyai selang optimum untuk pertumbuhannya. Kegiatan organisme tanah yang terbesar terjadi pada musim semi dan gugur, menurun pada musim panas dan dingin serta kegiatan biasanya terpusat di permukaan tanah Setiadi, 1989. Kedalaman lapisan tanah menentukan kadar bahan organik dan nitrogen. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm, makin ke bawah makin berkurang. Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia tanah dan meningkatkan aktifitas biota tanah. Sumber utama bahan organik tanah berupa jaringan tumbuhan, sedangkan sumber kedua adalah hewan. Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh keadaan iklim, terutama suhu dan curah hujan. Kandungan kapur, erosi, tekstur, drainase dan vegetasi penutup tanah juga dapat mempengaruhi penimbunan bahan organik tanah Buckman dan Brady, 1982; Foth, 1998.

C. Serangga Hexapoda

C.1. Klasifikasi Serangga Dunia binatang terbagi menjadi 14 filum berdasarkan tingkat kekompleksan dan urutan evolusinya, sehingga filum binatang disusun dari filum yang rendah ke filum yang tinggi. Semua serangga adalah anggota dari filum Arthropoda binatang dengan kaki beruas-ruas, yang terbagi menjadi tiga sub filum, yaitu Trilobita telah punah dan tinggal fosil, Chelicerata terdiri atas beberapa kelas termasuk Arachnida, dan Mandibulata terdiri atas beberapa kelas yang salah satunya adalah kelas InsectaHexapoda Lilies, 1997. Kelas Hexapoda dibagi menjadi beberapa ordo Borror et al., 1996, yaitu Protura, Collembola, Diplura, Microcoryphia, Thysanura, Ephemeroptera, Odonata, 19 Grylloblattaria, Phasmida, Orthoptera, Mantodea, Blattaria, Isoptera, Dermaptera, Embiidina, Plecoptera, Zoroptera, Psocoptera, Pthiroptera, Hemiptera, Homoptera, Thysanoptera, Neuroptera, Coleoptera, Strepsiptera, Mecoptera, Siphonaptera, Diptera, Trichoptera, Lepidoptera, dan Hymenoptera. Sedangkan menurut Kristensen 1991, Hexapoda diangkat jadi super kelas dan terbagi ke dalam dua kelas, yaitu: Ellipura Pra-insecta dan Insecta. Ellipura terdiri atas ordo Collembola, Protura, dan Diplura. Sedangkan dalam kelas Insecta ada 25 ordo, meliputi : Orthoptera, Isoptera, Blattodea, Mantodea, Grylloblattodea, Phasmatodea, Strepsiptera, Dermaptera, Embioptera, Plecoptera, Psocoptera, Zoraptera, Thysanoptera, Hemiptera, Coleoptera, Neuroptera, Trichoptera, Lepidoptera, Diptera, Siphanoptera, Pthiroptera, Megaloptera, Rhapidioptera, Mecoptera, dan Hymenoptera. Berdasarkan klasifikasi Manton 1979 dalam Suhardjono, 2007 yang memisahkan Collembola dari kelas Insecta Serangga. Selanjutnya Jordana dan Arbea 1989 membedakan kelas Collembola menjadi empat ordo berdasarkan bentuk tubuh. Ordo pertama adalah Poduromorpha bertubuh gilik dengan pembagian ruas-ruas toraks dan abdomen tampak jelas. Ordo kedua adalah Entomobryomorpha bertubuh gilik, bagian dorsal ruas toraks pertama tidak jelas. Ordo ketiga adalah Symphyleona dengan bentuk tubuh bulat, dengan ruas-ruas toraks masih terlihat dan ruas abdomen ke-4 menjadi abdomen kecil. Ordo keempat adalah Neelipleona juga bertubuh bulat, tetapi ruas-ruas toraks tidak jelas dan pada umumnya tidak bermata Suhardjono, 2007. Pada umumnya serangga dewasa mempunyai ciri-ciri : tubuh terdiri dari tiga bagian kepala, toraks dan abdomen, sepasang antena, dua pasang sayap, tiga pasang kaki serta mempunyai bagian-bagian mulut yang terdiri dari mandibula, maksila, hipofaring, epifaring, labium dan labrum Mani, 1982; Natawigena, 1990; Borror et all., 1996. C.2. Peran Serangga Serangga tidak selalu bersifat hama. Lingkungan telah mempunyai sistem keseimbangan antara komponen-komponennya Hardi dan Anggraeni, 1997. Ditinjau dari segi kepentingan manusia, serangga dapat digolongkan ke dalam: 1 serangga hama, termasuk serangga yang dapat menimbulkan kerugian, seperti ulat, wereng, kepik, belalang, ngengat, dan lain-lain, 2 serangga berfaedah, merupakan sumber 20 penghasil bahan makanan bagi manusia, ikan, dan burung, seperti lebah dan ulat sutera, 3 serangga penyerbuk, yang dapat membantu penyerbukan tanaman, sehingga menunjang keberhasilan pembuahan, seperti kupu-kupu, kumbang, dan beberapa spesies lebah Natawigena, 1990. Serangga mempunyai peranan yang berguna bagi organisme lain, sebagaimana disebutkan oleh Partosoedjono 1985 adalah sebagai berikut: 1. Membantu dalam aktifitas penyerbukan, baik pada tanaman pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. 2. Menghasilkan produk madu dari peternakan lebah madu. 3. Ulat sutera Bombyx mori banyak diternakkan sebagai penghasil kokon sutera yang merupakan bahan baku bagi industri tekstil. 4. Penyedia bahan makanan, baik bagi manusia, ikan, maupun burung. 5. Perombak, beberapa jenis serangga memakan sisa-sisa tumbuhan dan organisme lain yang telah mati. 6. Musuh alami, dalam hal ini sebagai parasit dan predator, misalnya dari ordo Odonata, Orthoptera, Hymenoptera dan Hemiptera. Beberapa di antara serangga mempunyai peranan amat kecil terhadap bahan organik tanah, sedang lainnya seperti semut dan kumbang sangat mempengaruhi susunan humus karena ditranslokasikan atau dicernakan. Hasil kerja semut sangat nyata, karena serangga ini menggunakan jaringan tumbuhan yang sedikit banyak telah terurai sebagai makanan. Jadi berperan sebagai pengurai perintis, proses yang akan dilanjutkan oleh bakteri dan fungi Buckman dan Brady, 1982. Collembola merupakan kelompok serangga tanah, yang berperan penting dalam membantu mempercepat proses perombakan bahan organik tanah. Hal ini disebabkan karena mereka mengkonsumsi jamur dan bahan organik membusuk. Collembola juga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator =indikator hayati polusi tanah dari logam berat atau pestisida. Di samping itu, berkat perilakunya dalam mengkonsumsi jamur, maka Collembola dapat dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit tanaman. Pada sawah yang diberakan dapat ditemukan Collembola dalam jumlah banyak. Dalam kondisi ini, Collembola merupakan cadangan pakan bagi para predator hama pertanian, dalam hal ini Collembola berlaku sebagai pakan 21 alternatif bagi predator. Dengan demikian, Collembola dinilai membantu menjaga keseimbang-an ekosistem lahan persawahan dengan mempertahankan populasi serangga predator Suhardjono, 2007. C.3. Habitat Serangga Habitat adalah tempat suatu organisme hidup Romoser dan Stoffolano, 1998. Pada dasarnya serangga merupakan hewan darat, walaupun sebagian besar ada yang hidup di air tawar, air asin dan macam habitat lain. Serangga banyak ditemukan pada lapisan serasah dan di lapisan tanah atas, baik secara berkoloni seperti: Isoptera dan Hymenoptera maupun secara individu seperti: Diptera, Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera, Acarina, dan Collembola Daly, 1978. Collembola tanah terdapat pada lapisan tanah atas, berkisar pada kedalaman tanah dari 0 cm sampai 15 cm Suhardjono, 1992. Selanjutnya Suhardjono 2007 mengemukakan bahwa sebagian besar anggota Collembola adalah penghuni tanah, namun ada beberapa yang dapat ditemukan pada kanopi dengan ketinggian 40 m. Binatang ini menempati berbagai macam habitat, dari tepi pantai sampai pegunungan tinggi bahkan yang bersalju.

D. Indeks Keanekaragaman