15
larva-larva serangga, 3 Periodik, yaitu binatang-binatang tanah yang sering berpindah- pindah masuk dan keluar dari tanah, contohnya bentuk-bentuk aktif serangga, 4
Bertukar-tukar, yaitu satu atau lebih generasi binatang yang berada di dalam tanah, generasi lainnya hidup di atas tanah, contohnya Rhopalosiphoninus dan Biorhiza, 5
Mendiami sementara, yaitu fase inaktif telur, pupa, fase hibernasi berada di tanah dan fase aktif berada di atas tanah, contohnya serangga, 6 Kebetulan, yaitu binatang yang
jatuh atau tertiup angin dari tajuk dan masuk ke dalam tanah, contohnya larva serangga dari tajuk pohon dan binatang permukaan yang jatuh ke dalam lubang tanah. Dari
pendapat Hole 1981 tersebut menurut Suhardjono 1997, dibedakan menjadi empat kelompok saja, karena sebenarnya pembagian nomor 2, 4, dan 5 hampir serupa, yaitu
singgah transit, sementara, berkala periodik, dan menetap permanen.
c. Pengelompokan fauna tanah berdasarkan tempat hidup pada lapisan tanah
Berdasarkan tempat hidupnya pada lapisan tanah, digolongkan sebagai : 1 Epigon, yaitu fauna tanah yang hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan
tanah, 2 Hemiedafon, hidup pada lapisan organik tanah, 3 Euedafon, yang hidup pada lapisan mineral tanah Suin, 2003.
d. Pengelompokan fauna tanah berdasarkan cara mempengaruhi sistem tanah
Menurut Hole 1981, binatang tanah dibagi menjadi dua golongan berdasarkan caranya mempengaruhi sistem tanah, yaitu: 1. Binatang eksopedonik mempengaruhi
dari luar tanah, golongan ini mencakup binatang-binatang berukuran besar, sebagian besar tidak menghuni sistem tanah; meliputi kelas Mamalia, Aves, Reptilia, dan
Amphibia. 2 Binatang endopedonik mempengaruhi dari dalam tanah, golongan ini mencakup binatang-binatang berukuran kecil sampai sedang
θ 1,0 cm, umumnya tinggal di dalam sistem tanah dan mempengaruhi penampilannya dari sisi dalam,
meliputi kelas Hexapoda, Myriapoda, Arachnida, Crustacea, Tardigrada, Onychophora, Oligochaeta, Hirudinea, dan Gastropoda.
e. Pengelompokan fauna tanah berdasarkan jenis makanancara makan.
Fauna tanah juga dibedakan berdasarkan jenis makanan, ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungivora, dan predator Suin, 2003. Wallwork 1970, Brown
16
1980, dan Borror, et al. 1996 membagi binatang tanah berdasarkan kebiasaan makannya, yaitu:
1 Microphytic feeders, merupakan binatang pemakan tumbuhan mikro, seperti spora dan lumut. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa spesies
semut, Nematoda, Protozoa, dan beberapa Mollusca. 2 Saprophytic feeders, merupakan pemakan bahan organik serasah segar,
setengah segar dan bahan organik yang telah melapuk, contohnya cacing tanah, Millipoda, Isopoda, Acarina, dan Collembola. Termasuk di dalamnya
binatang tanah pemakan feses coprophagous, pemakan kayu mati xylophagous dan pemakan bangkai necrophagous.
3 Phytophagous, merupakan binatang pemakan tumbuhan contohnya Mollusca dan larva Lepidoptera, pemakan sistem perakaran contohnya kumbang
Scarabidae, Lepidoptera, Mollusca dan jangkrik, pemakan bagian kayu contohnya beberapa jenis rayap dan larva Coleoptera.
4 Carnivora, termasuk dalam kelompok ini adalah predator pemakan binatang tanah lain seperti Carabidae, Staphylinidae, laba-laba, kalajengking,
Centipede, beberapa Nematoda dan Mollusca.
B.3. Peran Fauna Tanah
Secara esensial semua fauna yang menghuni lingkungan hutan mempengaruhi sifat-sifat tanah Setiadi, 1989. Kehadiran jasad tanah yang beraneka ragam dengan
populasi optimum di ekosistem hutan tanaman sangat penting untuk melestarikan kesinambungan dan kecukupan pasokan hara melalui keikutsertaannya dalam
menghancurkan dan menguraikan bahan organik Poerwowidodo dan Haneda, 1998. Fauna tanah berperan penting dalam menghancurkan dan menguraikan bahan
organik untuk memperoleh energi. Dengan demikian anasir hara dan senyawa lain yang terbebaskan dapat berperan dalam daur kehidupan dan pengendalian aneka
fenomena di dalam tanah. Kehidupan dan kegiatannya yang khusus ini menjadikannya sebagai salah satu faktor pembentuk tanah Poerwowidodo, 1992. Selanjutnya Setiadi
1989 menambahkan bahwa organisme tanah berperan penting di dalam ekosistemnya, yaitu sebagai perombak bahan organik dan mensintesa kemudian
melepaskan kembali dalam bentuk bahan anorganik yang tersedia bagi tumbuh-
17
tumbuhan hijau. Dengan kata lain, dilihat dari fungsi, organisme tanah ini memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan dinamika dan stabilitas
ekosistem alam. Di dalam tanah telah diketahui bahwa komponen biotik memberikan
sumbangan terhadap proses aliran energi dari ekosistem setempat. Hal tersebut dicapai karena kelompok biotis ini dapat melakukan penghancuran terhadap materi tumbuhan
dan hewan yang telah mati. Proses inilah yang dikenal dengan proses dekomposisi atau perombakan Burges and Raw, 1967. Serangga tanah berfungsi sebagai
perombak material tanaman dan penghancur kayu Wallwork, 1976. Secara garis besar proses perombakan berlangsung sebagai berikut; pertama-tama perombak yang
besar atau makrofauna meremah-remah substansi nabati yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses.
Butiran-butiran tersebut dapat dimakan oleh mesofauna dan atau makrofauna pemakan kotoran, seperti cacing tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam
bentuk feses pula. Materi terakhir ini akan dirombak oleh mikroorganisme terutama bakteri untuk diuraikan lebih lanjut. Selain dengan cara tersebut, dapat pula feses
dikonsumsi lebih dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna
apabila hasil ekskresi hewan ini dihancurkan dan diuraikan lebih lanjut oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada proses mineralisasi. Melalui
proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan lagi Burges and Raw, 1967.
B.4. Pengaruh Tanah dan Vegetasi terhadap Keberadaan Fauna Tanah
Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah sehingga kehidupannya sangat ditentukan oleh faktor fisik dan kimia tanah serta lingkungan di sekitarnya
Suin, 2003. Menurut Szujecki 1987, faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah: 1 struktur tanah berpengaruh pada
gerakan dan penetrasi; 2 kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup; 3 suhu tanah mempengaruhi peletakan
telur; 4 cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Fauna tanah bereaksi cepat terhadap perubahan di lingkungannya yang datang dari tanah itu sendiri, faktor
18
iklim atau akibat pengolahan tanah Herbke, 1962; Brauns, 1968; Graff, 1971 dalam Adianto, 1993.
Populasi fauna tanah umumnya meningkat pada tanah subur yang mampu menyuplai nutrisi tetapi sifat kimiawi tanah biasanya kurang berpengaruh langsung
daripada sifat fisik tanah Setiadi, 1989. Selain itu pula ditambahkan oleh Setiadi 1989 bahwa kegiatan organisme tanah juga dipengaruhi oleh musim dan
kedalaman tanah, karena setiap organisme tanah mempunyai selang optimum untuk pertumbuhannya. Kegiatan organisme tanah yang terbesar terjadi pada musim semi
dan gugur, menurun pada musim panas dan dingin serta kegiatan biasanya terpusat di permukaan tanah Setiadi, 1989.
Kedalaman lapisan tanah menentukan kadar bahan organik dan nitrogen. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm, makin ke
bawah makin berkurang. Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia tanah dan meningkatkan aktifitas biota tanah. Sumber utama bahan organik tanah berupa
jaringan tumbuhan, sedangkan sumber kedua adalah hewan. Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh keadaan iklim, terutama suhu dan curah
hujan. Kandungan kapur, erosi, tekstur, drainase dan vegetasi penutup tanah juga dapat mempengaruhi penimbunan bahan organik tanah Buckman dan Brady, 1982;
Foth, 1998.
C. Serangga Hexapoda