Fungsi ekonomis Tinjauan Umum Hutan Mangrove

11

c. Fungsi ekonomis

Hutan mangrove mempunyai fungsi potensial sebagai tambak, tempat pembuatan garam, tempat rekreasi, penyedia bahan bakar, bahan bangunan, dan bahan baku industri chips, pulp, dan kertas Sikong, 1978; Kartawinata dkk., 1978; Anwar et al., 1984; Widatra dan Hamada, 1994; Sumarhani, 1994; Diana dkk., 1994. Menurut Wibawa dkk. 1994, mangrove merupakan sumberdaya modal capital resource yang dapat memberi pelayanan ekonomi, antara lain: memberikan kesempatan kerja, peluang berusaha sebagai sumber pendapatan dan pelayanan dalam perlindungan sumberdaya alam lainnya misalnya kerusakan pantai, karang, dan kemusnahan flora dan fauna. A.3. Adaptasi Mangrove Mangrove dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam kondisi tempat terjadinya penggenangan dan sirkulasi air permukaan yang menyebabkan pertukaran dan pergantian sedimen secara terus-menerus. Sirkulasi yang tetap terus- menerus meningkatkan pasokan oksigen dan nutrien, untuk keperluan respirasi dan produksi yang dilakukan oleh tumbuhan Dahuri dkk., 1996. Setiap tipe mangrove yang terbentuk berkaitan erat dengan faktor habitatnya, di antaranya tanah, genangan air pasang, salinitas, erosi, penambahan lahan pesisir, fisiografi, kondisi sungai, dan aktivitas manusia Sukardjo, 1984. Hutan mangrove dengan vegetasinya yang khas, memiliki rantai makanan yang mendukung kehidupan berbagai jenis makhluk dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat yang kompleks Odum, 1996. Pohon mangrove mempunyai sejumlah ciri morfologi khusus yang memungkinkan mereka hidup di perairan lautan yang dangkal, yaitu berakar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tudung akarnya yang khas tumbuh dari batang danatau dahan. Daun-daunnya kuat, mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi Nybakken, 1992. Sugianto 1983 dan Whitten et al., 1987 menyatakan bahwa hutan mangrove mempunyai cara yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Cara yang dimaksud antara lain bentuk jenis-jenis akar khas yang merupakan salah satu ciri khas pohon mangrove, yaitu: 1 Akar tunjang dan akar udara yang dijumpai pada pohon bakau Rhizophora sp. dan Ceriops tagal, 2 Akar nafas pada pohon api-api Avicennia 12 sp. dan Sonneratia sp., dan 3 Akar lutut pada pohon Bruguiera sp., Lumnitzera sp., dan Xylocarpus sp. A.4. Fauna Mangrove Anwar et al. 1984 membagi fauna hutan mangrove menjadi dua bagian, yaitu: komponen yang mutlak hidup bergantung pada air fauna aquatik seperti: kepiting, siput. kerang; cacing, dan ikan; dan yang hidup di daratan atau tidak langsung tergantung pada air laut, antara lain serangga, laba-laba, ular, kadal, tikus, monyet dan burung. Mac Nae 1968 dalam Arief 2007, telah menyelidiki secara intensif hewan yang ada di hutan mangrove dan menyimpulkan bahwa hutan mengrove dapat dibagi menjadi enam macam habitat. yaitu: 1. Tajuk pohon pada pokoknya dihuni oleh burung, mamalia, dan insekta yang datang dari hutantempat sekitarnya. . 2. Lubang pada cabang busuk dan air pada celah retakan antara batang dan ranting habitat yang sangat baik bagi larva nyamuk. 3. Permukaan tanah dan di bawah tanah hidup berbagai jenis siput dan kepiting. Selanjutnya ditambahkan oleh Hutching and Saenger 1987, bahwa selain yang telah disebutkan, di atas permukaan tanah juga hidup berbagai jenis semut. 4. Bagian batang dan akar nafas tempat hidup bangsa kerang dan mollusca. Akar mangrove merupakan substrat yang baik untuk berbagai jenis binatang yang menempel, selain itu ikan dan berbagai jenis moluska dan krustasea yang hidup bebas juga menemukan tempat berlindung di antara akar mangrove Sikong, 1978 5. Pohon kecil dihuni oleh jenis-jenis kepiting, larva nyamuk, dan katak. 6. Bagian yang berair dihuni oleh ikan, buaya, dan jenis-jenis biawak. Fauna mangrove memiliki banyak peran, antara lain : 1. Sumber protein hewani. Jenis-jenis yang umum dikonsumsi penduduk adalah ikan; moluska, dan kepiting. 2. Bahan produksi, seperti kulit yang dihasilkan oleh kelompok reptilia, yaitu ular. Supriyatna 1984 dalam Suhardjono dan Adisoemarto, 1998, melaporkan bahwa sedikitnya diketahui delapan jenis ular yang dapat ditemukan di hutan mangrove, 13 beberapa jenis di antaranya yang potensial sebagai penghasil kulit yang dapat dikembangkan. 3. Perombak bahan organik. Penelitian mengenai dekomposisi serasah hutan mangrove sering dilakukan, namun belum pernah melibatkan peran fauna mangrove dalam proses perombakan. Pada umumnya Arthropoda ini berperan sebagai pemotong dan pencerna, agar sisa bahan organik menjadi potongan atau bagian lebih kecil dan lunak, sehingga jasad renik dengan mudah melanjutkan proses perombakannya Kevan, 1965 dalam Adianto, 1993. 4. Penyerbukan. Beberapa jenis serangga seperti kelompok lebah madu Apis spp., tawon endas Xylocopa spp. dan kumbang mudah ditemukan di antara bunga- bunga mangrove. Besar kemungkinan kelompok lain seperti kelelawar dan burung juga berperan sebagai penyerbuk mangrove atau anggota vegetasi lain Suhardjono dan Adisoemarto, 1998. Whitten, et al. 1987 melaporkan bahwa di sepanjang pantai Sulawesi terdapat 34 jenis burung laut yang digolongkan sebagai jenis yang bermigrasi dan menghabiskan sebagian waktunya di mangrove.

B. Tinjauan Umum Fauna Tanah