28
kebun campuran ini salah satunya berada di pulau Batudaka, tepatnya di desa Taningkola. Tanaman yang dominan ditemukan di kebun campuran ini adalah tanaman kelapa. Di
samping itu, ditemukan juga vegetasi berupa semak dan tumbuhan bawah sejenis rumput- rumputan. Hal ini dimungkinkan karena tajuk pohon tidak menghalangi cahaya matahari
masuk ke lantai hutan, sehingga tumbuhan bawah bisa tumbuh. Banyaknya jenis tumbuhan yang terdapat di kebun campuran, sehingga serasah di lokasi ini tergolong tebal.
5. Tambak Non Tumpangsari
Daerah ini merupakan daerah hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak. Tambak yang diamati ini bukan merupakan tambak tumpangsari, karena
seluruh vegetasi mangrove di sekitar tambak telah dibersihkan. Di lokasi ini tidak ditemukan vegetasi, yang tersisa hanya akar-akar dari tumbuhan mangrove. Serasah
di lokasi ini tergolong sedang yang berasal dari pohon dan ranting yang lapuk, serta akar pohon mangrove. Lokasi tambak non tumpangsari ini salah satunya terdapat di
pulau Togean di sekitar desa Baulu.
6. Lahan Kosong
Lahan kosong yang terdapat di sekitar desa Baulu pulau Togean, sebelumnya merupakan hutan mangrove. Vegetasi mangrovenya oleh penduduk setempat
dimanfaatkan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Setelah vegetasi mangrovenya dibabat untuk kepentingan komersial, kemudian lahan ini ditinggalkan tanpa
dilakukan penanaman kembali revegetasi. Eksploitasi berlebihan oleh masyarakat setempat menyebabkan kematian vegetasi mangrove secara alami, di lokasi ini
hanya ditumbuhi oleh tumbuhan bawah jenis kangkung pantai Ipomoea pes-caprae dan paku cai Acrostichum aureum L.. Kurangnya keberadaan rumput dan semak di
sekitar lokasi, menyebabkan serasah di lahan kosong ini tergolong agak tipis.
D. Metode Pengambilan Data
D.1. Penempatan Petak Penelitian
Petak penelitian ditempatkan pada beberapa lokasi penelitian. Sebagai lokasi perlakuan adalah hutan mangrove yang belum dikonversi hutan mangrove lebat, hutan
mangrove sedang, hutan mangrove jarang, dan hutan mangrove yang telah dikonversi
29
kebun campuran, tambak non tumpangsari, lahan kosong. Indikator hutan mangrove yang belum dikonversi adalah sebagai berikut :
1 hutan mangrove lebat, ditandai dengan kanopi yang rapat, serasah tebal, lantai
basah, sinar matahari sedikit mencapai lantai. 2
hutan mangrove sedang, ditandai dengan kanopi yang kurang rapat, serasah kurang tebal sedang, lantai basah, sinar matahari lebih banyak mencapai lantai.
3 hutan mangrove jarang, ditandai dengan proporsi kanopi yang lebih banyak terbuka,
serasah agak tipis sampai sedang, lantai kurang basah agak kering.
Pada setiap lokasi penelitian dibuat transek secara acak dari arah laut ke daratan, berukuran 25 m x 10 m Gambar 4 sebanyak dua transek sebagai unit contoh primer.
Selanjutnya pada setiap transek dibuat sub-transek sebagai plot pengamatan yang berukuran 5 m x 5 m secara silang kiri-kanan poros transek sebagai unit contoh
sekunder Mercianto, dkk. 1997; Rahmawaty, dkk. 2000. Penempatan perangkap sumuran Pitfall traps dan pengambilan contoh tanah pada plotpetak pengamatan
dilakukan secara terstrata stratified sampling dan masing-masing lokasi penelitian diambil 5 satuan contoh secara sistematis.
D.2. Pengumpulan Serangga Tanah
Metode pengumpulan sampel Hexapoda tanah yang digunakan adalah metode Perangkap Sumuran atau Pitfall Traps PFT dan metode Pengambilan Contoh Tanah
5 m 5 m
5 m 5 m
5 m
5 m
5 m
= Titik peletakan
Pitfall traps
PFT = Titik pen cuplikan con toh tan ah PCT
Keteran gan : Gam bar 4. Tata letak petak penelitian di lapangan.
30
PCT. Pemilahan serangga tanah dari contoh tanah dilakukan dengan menggunakan Corong Barlese. Mercianto, dkk. 1997; Rahmawaty, dkk. 2000; Suin, 2003.
D.2.1. Metode Perangkap SumuranPitfall Traps PFT
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan Hexapoda yang aktif di permukaan tanah. Metode PFT diterapkan langsung di lapangan. Perangkap sumuran
dipilih atas dasar pemikiran praktis, harganya murah, mudah digunakan dan dibawa, karena perangkap sumuran tersebut berupa gelas plastik yang biasanya dipakai
sebagai gelas minum dengan ukuran Ф = 5 cm dan tinggi 10 cm.
Perangkap sumuran cukup memberi hasil yang baik dalam jumlah dan keanekaragaman individu. Selain itu Hexapoda tanah yang dapat ditangkap adalah
Hexapoda diurnal dan nokturnal. Namun metode ini mempunyai keterbatasan bahwa Hexapoda yang tertangkap hanyalah yang merayap dan aktif berkeliaran di
permukaan lantai hutan Golley, 1977 dalam Suhardjono, 1985.
Perangkap sumuran di pasang dengan cara menanam gelas yang berisi alkohol 70 setinggi 5 cm di atas tanah Gambar 5 dan ditetesi 1 tetes gliserin
untuk mengurangi penguapan alkohol. Permukaan gelas harus benar-benar rata dengan permukaan tanah. Pemasangan perangkap dipilih di daerah yang relatif
kering agar dapat ditanam dan air tidak masuk. Pengumpulan Hexapoda dengan metode ini harus memperhatikan waktu-waktu pasang surut air laut di kawasan
ekosistem mangrove. Lama pemasangan perangkap untuk masing-masing lokasi ditetapkan selama 22 jam, berdasarkan periode waktu pasang-surut air laut.
Hasil tangkapan dipindahkan ke dalam kantong plastik dan diikat.
Gam b ar 5. Per an gkap su m u r an PFT d i lap an gan
Sketsa PFT
31
D.2.2. Metode Pengambilan Contoh Tanah PCT
Metode Pengambilan Contoh Tanah PCT digunakan untuk memisahkan atau memilih Hexapoda dari serasah dan tanah. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
Hexapoda yang berada di dalam lapisan tanah. Adapun cara pengumpulan Hexapoda dengan metode ini adalah mengambil contoh tanah beserta serasah dan humus di
atasnya. Contoh tanah yang diambil sebanyak 0.5 liter, ukuran petak pengambilan 10 cm x 10 cm dengan ketebalan antara 6-8 cm. Contoh tanah tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam kantong belacukarung terigu untuk dibawa ke laboratorium. Contoh tanah yang telah diambil, selanjutnya di letakkan pada corong Barlese hasil
modifikasi Gambar 6.
Contoh tanah kemudian diperlakukan di dalam corong Barlese Modifikasi selama satu minggu dan setiap tiga hari sekali dilakukan pembalikan tanah yang
terdapat pada corong Barlese, apabila tanah tersebut kering diberi percikan air agar fauna di dalam tanah tersebut tidak mati. Sebagai larutan pembunuh sekaligus
preservasi digunakan alkohol 70. Selanjutnya faunaHexapoda yang tertampung kemudian dipisah-pisahkan disortir, dan diidentifikasi sampai tahap suku atau famili
dengan bantuan mikroskop. Hexapoda tersebut kemudian dihitung jumlahnya.
Gam bar 6 . Alat pem isah seran gga dari serasah dan tan ah Coron g barlese m odifikasi
32
D.3. Pengambilan Data Sifat Fisik dan Kimia Tanah D.3.1. Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah meliputi : suhu tanah dan kelembaban tanah pengukuran-nya dilakukan langsung di lapangan, kecuali untuk tekstur tanah, bobot isi
bulkdensity dan kadar air pengamatannya dilakukan di laboratorium. Pengambilan contoh tanah utuh menggunakan ”ring sample” yang diletakkan di kedua sudut dan di
tengah-tengah untuk setiap petak penelitian, kemudian dianalisis di laboratorium analitik Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
D.3.2. Sifat Kimia Tanah
Untuk mengetahui sifat kimia tanah, diambil secara parsial tiga contoh tanah komposit masing-masing sebanyak 250 gram pada setiap petak. Pengambilan contoh
tanah dilakukan di sekitar petak peletakan PFT. Unsur-unsur yang akan dianalisis adalah pH tanah H
2
O KCl, kandungan bahan organik C-Organik, kandungan N, P dan K, kandungan Ca, serta salinitas tanah. Pengukuran pH tanah selain
dilakukan di laboratorium, juga dilakukan langsung di lokasi penelitian. Analisis kimia tanah dilakukan di laboratorium analitik Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian
Departemen Pertanian, Bogor.
D.4. PengukuranPengamatan Serasah
Pengukuranpengamatan serasah dilakukan pada masing-masing petak penelitian, meliputi tebaltipis serasah, kelembaban, pH, dan suhu tanah.
D.5. PengukuranPengamatan Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuranpengamatan suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat penelitian berlangsung.
E. Identifikasi dan Analisis Peran Hexapoda Tanah