32
D.3. Pengambilan Data Sifat Fisik dan Kimia Tanah D.3.1. Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah meliputi : suhu tanah dan kelembaban tanah pengukuran-nya dilakukan langsung di lapangan, kecuali untuk tekstur tanah, bobot isi
bulkdensity dan kadar air pengamatannya dilakukan di laboratorium. Pengambilan contoh tanah utuh menggunakan ”ring sample” yang diletakkan di kedua sudut dan di
tengah-tengah untuk setiap petak penelitian, kemudian dianalisis di laboratorium analitik Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
D.3.2. Sifat Kimia Tanah
Untuk mengetahui sifat kimia tanah, diambil secara parsial tiga contoh tanah komposit masing-masing sebanyak 250 gram pada setiap petak. Pengambilan contoh
tanah dilakukan di sekitar petak peletakan PFT. Unsur-unsur yang akan dianalisis adalah pH tanah H
2
O KCl, kandungan bahan organik C-Organik, kandungan N, P dan K, kandungan Ca, serta salinitas tanah. Pengukuran pH tanah selain
dilakukan di laboratorium, juga dilakukan langsung di lokasi penelitian. Analisis kimia tanah dilakukan di laboratorium analitik Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian
Departemen Pertanian, Bogor.
D.4. PengukuranPengamatan Serasah
Pengukuranpengamatan serasah dilakukan pada masing-masing petak penelitian, meliputi tebaltipis serasah, kelembaban, pH, dan suhu tanah.
D.5. PengukuranPengamatan Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuranpengamatan suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat penelitian berlangsung.
E. Identifikasi dan Analisis Peran Hexapoda Tanah
Identifikasi seranggaHexapoda tanah hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu mikroskop stereo binokuler di Pusat Penelitian Biologi LIPI,
Bidang Zoologi Cibinong, Bogor. Identifikasi dilakukan sampai pada tahap familisuku. Spesimen serangga diawetkan dalam alkohol 70. Analisis peran
Hexapoda tanah dilakukan berdasarkan kelompok taksontaksa dan mengacu pada literatur yang tersedia, serta berdasarkan morfologi mulut.
33
F. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dihitung berbagai parameter di bawah ini :
F.1. Keanekaragaman Jenis Hexapoda Tanah
Nilai keanekaragaman Hexapoda tanah dihitung berdasarkan nilai
keanekaragaman yang dikemukakan oleh Hill Ludwig and Reynolds, 1988. Nilai
keanekaragaman tersebut memiliki kemudahan karena dihitung dengan menggunakan ordo nol, satu dan dua, sehingga dari nilai ordo satu dan ordo dua
tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah suku yang melimpah dan mendominasi untuk setiap type komunitas atau jenis penutupan lahan. Nilai
keanekaragaman tersebut adalah sebagai berikut :
Or d o Nol : N0 = S
Or d o Sat u : N1 =
H
e
Or d o Du a : N2 =
λ
1
No merupakan jumlah suku yang terdapat di dalam sample. Nilai No ini
sama dengan nilai S. Untuk mengetahui nilai keanekaragaman Hill. dibutuhkan dua
indeks keanekaragaman lain. Indeks yang sering digunakan adalah indeks Shannon- Wiener
H dan indeks Simpson λ . Indeks Shannon-Wiener Odum, 1996 yang
dimaksud adalah :
Simpson 1949 dalam Ludwig dan Reynolds 1988 mendefinisikan sebagai
berikut :
Di mana : S
= Jumlah sukufamili serangga tanah yang ditemukan dalam sample
λ = Indeks Simpson
∑
=
− −
=
S i
n n
ni ni
1
1 1
λ
∑
=
− =
S i
Pi Pi
H
1
ln
∑
= −
=
S i
A
Pi NA
1 1
1
34
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener N0 = Jumlah sukufamili dalam sampel
N1 = Jumlah kelimpahan suku N2 = Jumlah dari suku yang paling melimpah dominan
P
1
= n
1
N, dimana : n
1
= Jumlah individu jenis ke-1 N = Jumlah individu seluruh jenis
Magurran 1988 mengklasifikasikan nilai-nilai indek Shanon H’ ke dalam 3 kategori yaitu: H’ = 1,5 keanekaragaman rendah; H’ = 1,5 - 3,5 keanekaragaman
sedang, dan H’ = 3,5 keanekaragaman tinggi.
Untuk menghitung nilai indeks Hill, termasuk indeks Shannon-Wiener H dan indeks Simpson
λ digunakan program analisis BioDAP for Windows v.1988. F.2. Analisis Faktor Lingkungan
Pengujian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kelimpahan Hexapoda tanah dengan parameter faktor lingkungan suhu, kelembaban, porositas,
salinitas, pH, kandungan bahan organik tanah, baik Hexapoda tanah yang aktif di permukaan tanah metode PFT maupun yang aktif di dalam tanah metode PCT, yang
menggunakan analisis korelasi dengan Program MINITAB Versi 14.01.
Daerah yang dipilih untuk dijadikan sampel pengukuran adalah hutan mangrove lebat, daerah ini dipilih atas pertimbangan karena hutan mangrovenya
belum dikonversi masih utuh dan belum mengalami gangguan yang nyata terhadap aktivitas manusia. Di samping itu vegetasi yang dominan tumbuh di daerah ini adalah
jenis mangrove sejati dengan kerapatan dan penutupan tajuk pohon yang cukup baik.
35
Gambar 7. Kondisi fisik jenis-jenis penutupan lahan pada ekosistem mangrove di lokasi penelitian.
4. Kebun Campuran 1. Mangrove Lebat
5. Tambak non tumpangsari 2. Mangrove Sedang
6. Lahan Kosong 3. Mangrove Jarang
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN