36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A.1. Faktor Lingkungan Fisik dan Kimia
Hasil pengukuran faktor lingkungan pada hutan mangrove lebat, mangrove sedang dan mangrove jarang serta kawasan hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi kebun
campuran, tambak non tumpangsari dan lahan kosong, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada masing-masing lokasi penelitian.
Hutan Mangrove belum dikonversi
Hutan Mangrove telah dikonversi
No. Variabel
yang diukur
Mangrove lebat
Mangrove sedang
Mangrove jarang
K K
e e
b b
u u
n n
c c
a a
m m
p p
u u
r r
a a
n n
Tambak non T.sari
Lahan kosong
1. Suhu Udara
o
C 29,11 29,38
31,15 29,83
32,13 31,53
2 Kelembaban Udara
73,75 72,50
67,00 72,67
64,50 67,67
3. Suhu Tanah
o
C 26,83 27,13
27,17 27,03
28,10 27,88
4. Kelembaban Tanah 78,67
76,67 74,33
76,25 73,33
73,17 5. pH Tanah Lapangan
6,00 6,30 6,16 7,01 5,83 5,09 6. pH Tanah Laboratorium
- H
2
O 5,80 6,90
6,50 7,40
5,60 4,50
- KCl 5,70
6,70 6,20
7,00 5,40
3,80 7.
Bahan Organik C-Organik
22,45 19,19 16,00 2
2 6
6 ,
, 2
2 7
7 11,71 1,78
8. SalinitasDHL dSm 13.14
5.82 7.59
2 2
. .
6 6
5 5
7.55 1.42
9. N-total 0.57
0.62 0.39
1 1
. .
3 3
5 5
0.35 0.13
10. Fosphor P - Potensial mg100 g
15 44
21 7
7 3
3 37
77 - Tersedia ppm
34 51
47 3
3 9
9 27
12.8 11. Kalium
K - Potensial mg100 g
514 113
250 7
7 6
6 266
136 - Tersedia ppm
4201 632
1506 4
4 2
2 7
7 1378
273 12. Ca-potensial mg100 g
664 3542
1054 5
5 3
3 8
8 3
3 412 41
13. Kelas Tekstur
Lempung berdebu
Lempung berpasir
Lempung berdebu
Lempung liat berdebu
Lempung berliat
Lempung berpasir
- Pasir 25,80
67,85 16,20
3,77 28,72
53,17 - Debu
52,12 21,15
59,89 62,39
43,15 29,77
- Liat 22,09
11,08 23,99
33,92 28,19
17,11 14. Kadar Air
76,00 69,70
73,60 8
8 2
2 ,
, 4
4 79,50
49,20 15. Bobot isi tanahBd gcc
0,31 0,47
0,30 ,
, 1
1 7
7 0,19
0,17 16. Ruang pori total
78,8 67,3
79,1 8
8 8
8 ,
, 4
4 86,9
88,6
37
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara serta suhu dan kelembaban tanah pada masing-masing jenis penutupan lahan di ekosistem mangrove pada lokasi penelitian
menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda. Suhu udara berkisar antara 29,11
o
C - 32,13
o
C sedangkan suhu tanah berkisar 26,83
o
C - 28,10
o
C, kelembaban udara berkisar antara 64,50 - 73,75 sedangkan kelembaban tanah berkisar 73,33 - 78,67.
Analisis kandungan bahan organik tanah menunjukkan bahwa persentase kandungan bahan organik tanah tertinggi diperoleh di daerah yang telah dikonversi
menjadi kebun campuran, kemudian diikuti hutan mangrove lebat, mangrove sedang, mangrove jarang dan tambak non tumpangsari, sedangkan di lahan kosong kandungan
bahan organik tanahnya tergolong sangat rendah 2, sesuai dengan kriteria kandungan C-organik yang dikemukakan oleh Mustafa dkk., 1982.
Intensitas kemasaman suatu sistem tanah diperlihatkan oleh nilai pH-nya. Hasil pengukuran di lapangan dan di laboratorium dari masing-masing jenis penutupan lahan di
ekosistem mangrove yang diteliti terlihat ada perbedaan nilai pH tanah Tabel 2. Pada daerah ekosistem mangrove belum dikonversi yang diteliti secara umum pH tanahnya tergolong sedikit
asam sampai netral, dimana pH lapangan berkisar antara 6,00 – 6,30; pH H
2
O dan pH KCl tanah masing-masing 5,80 – 6,90 dan 5,70 – 6,70. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang diperoleh
Arief 2007, bahwa nilai pH tanah pada kawasan-kawasan mangrove yang didominasi oleh tegakan jenis Rhizophora spp. berkisar antara 4,6 – 6,5. Selanjutnya pada daerah ekosistem
mangrove yang telah dikonversi, secara umum pH tanahnya tergolong cukup asam sampai netral, dimana pH lapangan berkisar antara 5,09 – 7,01; pH H
2
O dan pH KCl tanah masing- masing 4,50 – 7,40 dan 3,80 – 7,00, dimana lahan kosong, tambak non tumpangsari dan kebun
campuran masing-masing termasuk kategori cukup asam, agak asam dan netral. Pengukuran salinitasDHL tanah menunjukkan bahwa hutan mangrove yang telah
dikonversi menjadi kebun campuran dan lahan kosong memiliki kadar salinitas tanah yang rendah yaitu 2,65 dSm dan 1,42 dSm, sedangkan hutan mangrove sedang, mangrove
jarang dan tambak non tumpangsari kadar salinitas tanahnya sedang masing-masing 5,82 dSm, 7,59 dSm dan 7,55 dSm. Adapun hutan mangrove lebat kadar salinitas tanahnya
tergolong agak tinggi yaitu sebesar 13,14 dSm. Nilai salinitasDHL yang tinggi mengindikasikan bahwa pada hutan mangrove lebat mengandung banyak ion-ion garam
terlarut Effendi, 2000.
38
Kandungan N-total tanah secara umum tergolong sedang sampai tinggi 0,35 - 0,62, kecuali pada daerah yang telah dikonversi menjadi kebun campuran tergolong
sangat tinggi 1,35, dan untuk lahan kosong kandungan N-totalnya tergolong sangat rendah 0,35. Sedangkan kandungan Ca-potensial tergolong agak tinggi terutama pada
lokasi kebun campuran 5
5 .
. 3
3 8
8 3
3 mg100 g dan hutan mangrove sedang 3542 mg100g,
selanjutnya diikuti oleh hutan mangrove jarang 1.054 mg100 g. Untuk lokasi hutan mangrove lebat, tambak non tumpangsari dan lahan kosong, kandungan Ca-potensialnya
tergolong rendah masing-masing 664 mg100 g, 412 mg100 g, 41 mg100 g. Kandungan P-tersedia tanah diberbagai jenis penutupan lahan pada ekosistem
mangrove yang diteliti cenderung sama, yaitu berkisar antara 12,8 ppm – 51,0 ppm. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia pada lokasi penelitian
cenderung rendah. Untuk kandungan K-tersedia terlihat ada perbedaan diberbagai jenis penutupan lahan Tabel 2, dimana pada hutan mangrove lebat, mangrove jarang dan tambak
kandungan K-tersedia agak tinggi masing-masing 4.201 ppm; 1.506 ppm; 1.378 ppm, sedangkan pada lahan kosong hanya sekitar 273 ppm yang lebih rendah dibandingkan dengan
hutan mangrove sedang 632 ppm dan kebun campuran 427 ppm. Kelas tekstur tanah pada setiap lokasi penelitian ditentukan dari perbandingan
relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yaitu partikel tanah yang Ф efektifnya ≤ 2 mm
berdasarkan segitiga tekstur tanah Balittanah Deptan, 2006. Pada hutan mangrove lebat dan mangrove jarang memiliki kelas tekstur tanah lempung berdebu yang berarti
komposisi debu yang dominan, pada hutan mangrove sedang dan lahan kosong memiliki tekstur tanah lempung berpasir dimana komposisi pasir yang dominan, pada lahan tambak
non tumpangsari memiliki tekstur tanah lempung berliat dimana komposisi debu sedikit libih tinggi dibandingkan dengan pasir dan liat. Sedangkan pada kebun campuran
memiliki kelas tekstur tanah lempung liat berdebu yang berarti fraksi liat yang banyak debunya.
Persentase kadar air tanah di hutan mangrove sedang dan lahan kosong tergolong rendah dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Rendahnya angka ini berkaitan
dengan kelas tekstur tanah yang termasuk kategori kasar dan sedang yaitu tekstur lempung berpasir. Adapun di kebun campuran persentase kadar air tanahnya tergolong tinggi
82,40, tingginya kadar air tanah tersebut ada kaitannya dengan tekstru tanah yang termasuk dalam kelas lempung liat berdebu.
39
Hasil pengukuran terhadap bobot isi tanah Bd di kebun campuran dan lahan kosong dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya mempunyai nilai terendah 0,17
gcc, sebaliknya persentase ruang pori total tanah pada kedua lokasi tersebut nilainya paling tinggi 88,40 dan 88,60. Hal ini disebabkan karena kerapatan massa tanah
yang menurun, menyebabkan ruang pori bertambah sehingga volume berat tanah berkurang Balittanah Deptan, 2006.
A.2. Vegetasi
Hasil pengamatan terhadap vegetasi pada masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove yang belum dikonversi didominasi oleh jenis mangrove sejati dari genus
Rhizophora, Bruguiera, Lumnitzera dan Xylocarpus. Sedangkan di hutan mangrove yang telah dikonversi tidak ditemukan lagi jenis mangrove sejati, tetapi masih bisa ditemukan jenis-jenis
mangrove ikutan seperti kangkung laut Ipomoea pes-caprae., seruni laut Wedelia biflora, Lantana camara, pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis. Selain itu ditemukan
juga tanaman pertanian dan perkebunan seperti kelapa, pisang, talas lompong dan jambu biji serta tumbuhan sejenis rumput-rumputan.
Hasil pengamatan terhadap jenis dan kerapatan tumbuhan pada setiap lokasi penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi hutan mangrove lebat dan sedang didominasi oleh jenis
mangrove sejati dengan vegetasi yang tergolong sangat rimbun sampai rimbun, kecuali jenis Bruguiera spp. dan Heritiera spp. tergolong jarang. Sedangkan di hutan mangrove jarang
ditemukan vegetasi mangrove sejati, mangrove ikutan yang kerapatannya tergolong jarang serta tumbuhan sejenis rumput-rumputan dengan kerapatan yang rimbun. Adapun kawasan
ekosistem mangrove yang telah dikonversi, didominasi oleh jenis rumput-rumputan, tanaman perkebunan dan pertanian terutama di kebun campuran serta jenis mangrove ikutan terutama
di lahan kosong. Sedangkan di daerah tambak tidak ditemukan komunitas tumbuhan karena tambak tersebut merupakan tambak non tumpangsari, dimana yang tersisa hanya akar-akar dan
batang pohon bekas tebangan dari tumbuhan mangrove yang melapuk Tabel 3.
40
Tabel 3. Jenis dan kerapatan tumbuhan pada masing-masing lokasi penelitian.
Hutan Mangrove belum dikonversi
Hutan Mangrove telah dikonversi
No. Jenis Tumbuhan
Mangrove lebat
Mangrove sedang
Mangrove jarang
K K
e e
b b
u u
n n
C C
a a
m m
p p
u u
r r
a a
n n
Tambak non T.sari
Lahan Kosong
1. Jangkar B. gymnorrhyza Lamk.
√ √
√ ≠
≠ ≠
2. Tanjang lanang
R. mucronata
√√√ √√
√ ≠
≠ ≠
3. Bakau R. stylosa Griff.
√√ ≠
≠ ≠
≠ ≠
4. Heritiera littoralis Dryand.
≠ √
√ ≠
≠ ≠
5. Lumnitzera littorea Voigt.
≠ √√
√ ≠
≠ ≠
6. Nyiri Xylocarpus granatum Konig.
√√ √
≠ ≠
≠ ≠
7. Nipah Nypa fructicans Wrumb.
≠ ≠
√ ≠
≠ ≠
8. Pandan bakau
P. tectorius
≠ ≠
√ √
≠ ≠
9. Kangkung laut Ipomoea pes-caprae
≠ ≠
≠ √
≠ √√
10. Tembelekan Lantana camara L.
≠ ≠
≠ √
≠ ≠
11. Pecut Kuda S. jamaicensis
≠ ≠
≠ √
≠ ≠
12. Paku laut
Acrostichum aureum
≠ √
√ ≠
≠ √√
13. Seruni laut W. biflora
≠ ≠
≠ √
≠ √
14. Talas lompong Colocasia esculenta
≠ ≠
≠ √
≠ ≠
15. Rumput
≠ ≠
√√ √√√
≠ √
16. Kelapa
≠ ≠
≠ √√
≠ ≠
17. Pisang
≠ ≠
≠ √√
≠ ≠
18. Jambu biji
≠ ≠
≠ √
≠ ≠
Keterangan :
≠ : Tanpa
vegetasi
√ : Vegetasi
jarang
√√ : Vegetasi
rimbun
√√√ : Vegetasi
sangat rimbun
A.3. Serasah
Kawasan hutan mangrove memiliki fenomena yang khas, yakni terjadinya guguran- guguran daun, dan adanya endapan lumpur yang ditunjang oleh proses dekomposisi sisa-sisa
bagian pohon daun, bunga, ranting, akar dan kulit batang Arief, 2007. Serasah berasal dari daun-daun dan ranting-ranting yang jatuh ke lantai hutan serta adanya kayu yang lapuk dari jenis
pohon mangrove tersebut, kemudian mengalami pelapukan sehingga menyebabkan lantai hutan banyak ditutupi oleh serasah. Serasah merupakan salah satu penyusun bahan organik yang
semakin lama akan terakumulasi dan menjadi tebal. Serasah ini akan digunakan oleh Hexapoda permukaan tanah sebagai sumber makanan dan tempat hidup. Handayanto 1996 dalam Arief
2007 mengemukakan bahwa dalam subsistem dekomposisi, organisme midle mesofauna; di antaranya Hexapoda tanah berperan sebagai organisme perombak awal bahan tanaman, serasah
41
dan bahan organik lainnya. Organisme tersebut mengkonsumsi bahan-bahan organik tersebut dengan cara melumat dan mengunyah ingested serta mencampurnya dengan sisa-sisa bahan
organik lain sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap didekomposisi oleh mikroba tanah. Hasil pengukuran tebal serasah di berbagai jenis komunitas pada ekosistem mangrove
tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil pengamatan keadaan serasah di berbagai jenis komunitas pada ekosistem
mangrove di lokasi penelitian.
No. Lokasi Penelitian
Kondisi Ketebalan Serasah
1. Mangrove lebat
Tebal 2. Mangrove
sedang Sedang
3. Mangrove jarang
Tipis-Sedang 4.
K K
e e
b b
u u
n n
c c
a a
m m
p p
u u
r r
a a
n n Tebal
5. Tambak non tumpangsari
Sedang 6. Lahan
kosong Tipis
Keterangan :
Tipis : 0 - 0.9 cm
Sedang : 1 - 2 cm
Tebal : 2.1 cm
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi ketebalan serasah baik pada hutan mangrove yang telah dikonversi maupun yang belum dikonversi ketebalan serasahnya bervariasi
dari tebal sampai tipis. Pada kawasan yang telah dikonversi, ketebalan serasah di kebun campuran diduga berkaitan dengan beragamnya jenis tumbuhan dan rumput-rumputan serta
adanya pencahayaan dari sinar matahari. Sedangkan pada daerah tambak, ditemukan ketebalan serasah dengan kategori sedang, karena kondisi tambak sejak tahun 2003 sejak panen perdana
tidak lagi difungsikan terbengkalai sehingga sisa akar-akar dan batang pohon bekas tebangan dari tumbuhan mangrove ditemukan melapuk disekitar tambak tersebut yang menghasilkan
serasah, walaupun daerah tersebut tidak ditemukan komunitas tumbuhan karena merupakan tambak non tumpangsari. Berkurangnya ketebalan serasah pada lahan kosong, karena daerah ini
lebih didominasi tanaman paku laut Acrostichum aureum dan batata pantai Ipomoea pes- caprae, sedangkan rumput-rumputan vegetasinya jarang Tabel 3. Pada kawasan hutan
mangrove yang belum dikonversi, ketebalan serasah di hutan mangrove lebat diduga berkaitan dengan kerapatan vegetasi mangrove sejati Rhizophora spp. yang tergolong
sangat rimbun sehingga lantai hutan cukup basah dan kelembaban udara cukup tinggi. Sedangkan pada hutan mangrove jarang, ketebalan serasahnya bervariasi dari tipis sampai
42
sedang, kondisi ini berkaitan dengan kerapatan vegetasi mangrove sejati tergolong jarang Tabel 3 walaupun vegetasi rumput-rumputan agak rimbun tetapi hanya pada zona yang
ke arah daratan lembahperbukitan dimana arus pasang surut semakin keciltidak ada.
A.4. Keanekaragaman Hexapoda Tanah
Keanekaragaman Hexapoda tanah yang diperoleh terdiri dari kelas Collembola dan Insecta. Kelas Collembola terdiri dari 4 ordo yaitu Poduromorpha, Entomobryomorpha,
Neelipleona dan Symphypleona Jordana Arbea, 1989, tetapi dalam penelitian ini ditemukan 3 ordo yaitu Poduromorpha, Entomobryomorpha dan Symphypleona. Populasi
Hexapoda tanah paling banyak ditemukan dengan menggunakan metode pitfall trapPFT Tabel 5 dibandingkan dengan metode pengambilan contoh tanahPCT Tabel 6.
Berdasarkan data pada Tabel 5, menunjukkan bahwa Entomobryomorpha Entomobryidae merupakan ordo yang jumlah individunya paling banyak dan ditemukan pada
setiap jenis komunitas ekosistem mangrove di lokasi penelitian. Entomobryomorpha merupakan salah satu ordo dari kelas Collembola yang jumlah individunya tinggi ditemukan di
kebun campuran, tambak non tumpangsari dan hutan mangrove lebat. Selanjutnya ordo Symphypleona kelas Collembola jumlah individunya tinggi ditemukan di tambak non
tumpangsari dan hutan mangrove lebat. Dengan menggunakan metode PFT, ordo Entomobryomorpha dan Symphypleona
kelas Collembola, serta ordo Orthoptera dan Hymenoptera kelas Insecta merupakan Hexapoda tanah yang jumlah populasi individunya tinggi jika dibandingkan dengan ordo
lainnya. Jumlah populasi Collembola tinggi ditemukan di tambak non tumpangsari, kebun campuran dan hutan mangrove lebat, sedangkan di lokasi lainnya hutan mangrove sedang,
mangrove jarang dan lahan kosong populasinya hampir merata. Pada kelas Insecta yaitu ordo Orthoptera, populasi individu yang tinggi ditemukan di hutan mangrove lebat, mangrove sedang
dan mangrove jarang, sedangkan ordo Hymenoptera populasi individu yang tinggi ditemukan di kebun campuran hutan, mangrove sedang dan mangrove jarang.
43
Tabel 5. Jumlah individu Hexapoda tanah pada enam tipe komunitas di ekosistem mangrove dengan menggunakan metode Pitfall Trap PFT.
Hutan Mangrove belum konversi Hutan Mangrove telah konversi
Nama Takson
Mangrove lebat
Mangrove sedang
Mangrove jarang
Sub total Individu
Kebun campuran
Tambak Lahan
kosong Sub total
Individu Total
Individu Taksa
A. Kelas Collembola A.1. Ordo Poduromorpha